Dinamika Sistem dan Tarif Cukai Rokok
Buku Fakta Tembakau
| 105
Tabel 6.7 Perubahan Kebijakan Cukai Hasil Tembakau 2007-2012
Tahun Kebijakan Cukai HT
2007
2008
2009
Tahun
2010
2011
2012
Ÿ
Tarif gabungan advalorum dan spesifik memper mbangkan jenis, golongan, dan HJE.
Ÿ
HJE semua jenis HT naik sebesar 7 per batang
Ÿ
Kenaikan beban cukai rata-rata 7
Ÿ
Target batas produksi 231 miliar btg per tahun
Ÿ
Penggabungan Gol IIIa dan IIIb untuk SKT
Ÿ
Penetapan tarif cukai SKTF sama dengan SKM
Ÿ
Tarif gabungan advalorum dan meningkatkan tarif spesifik
Ÿ
Kenaikan beban cukai rata-rata 8
Ÿ
Target batas produksi 240 miliar btg per tahun
Ÿ
Pemberlakuan DBH Cukai Hasil Tembakau 2
Ÿ
Penghilangan golongan III pada SKM dan SPM serta SKT dalam 3 golongan
Ÿ
Tarif cukai spesifik dengan memper mbangkan jenis, golongan, dan batasan HJE
Ÿ
HTP dapat lebih nggi dari HJE 5
Ÿ
Pemerintah dak menjadikan HJE sebagai instrumen pengendali harga
Ÿ
Kenaikan beban cukai rata-rata 7, SKT golongan III dinaikkan 33
Ÿ
Target batas produksi 242,4 miliar btg per tahun
Ÿ
UU PDRD mengatur pajak rokok daerah pada tahun 2014, 10 dari cukai HT
Ÿ
Insen f cukai HT untuk ekspor dihapus
Kebijakan Cukai IHT
Ÿ
Konversi SPM terhadap SKM didekatkan
Ÿ
Gap tarif cukai spesifik antar strata HJE dan antar golongan diturunkan secara gradual
Ÿ
Kenaikan beban cukai rata-rata 8,1, Gol II SKM 5 - 15, Gol II SPM 18 - 31, Gol II SKT 17 - 20 dan Gol III SKT 63
Ÿ
Target batas produksi 248,2 miliar batang per tahun
Ÿ
Tarif cukai SPM didekatkan dengan SKM
Ÿ
Tarif cukai SKT didekatkan dengan SKM
Ÿ
Strata batasan HJE untuk penetapan tarif cukai tetap dalam 19 strata tarif
Ÿ
Sesuai arahan Menteri Keuangan, tarif cukai HT 2011 dinaikkan dengan kisaran 5.
Ÿ
Untuk SKT golongan III masih dipertahankan tarifnya yaitu Rp 65 per batang
Ÿ
SKM golongan II layer 3, kenaikan tarifnya rela f lebih nggi untuk mencegah tumbuhnya merek baru dari pabrikan kecil yang terafiliasi dari pabrikan besar
Ÿ
Target batasan produksi 258,6 miliar batang per tahun
Ÿ
Tarif cukai dinaikkan dengan kenaikan rata- rata 16,3;
Ÿ
Batasan jumlah produksi SKT gol. III diturunkan menjadi 300 juta batang per tahun;
Ÿ
Memper mbangkan roadmap kebijakan cukai HT yaitu: 1 Penyederhanaan struktur tarif menjadi 15 strata tarif, yaitu:
Ø
SKM golongan II layer 3 digabungdinaikkan menjadi layer 2;
Ø
SPM golongan I dari 3 layer digabung menjadi 1 layer pada layer 1;
Ø
SKT golongan I layer 3 digabungdinaikkan menjadi layer 2. 2 Jenis HT SKT golongan III masih dipertahankan seper sebelumnya
Sumber : Kebijakan Cukai Hasil Tembakau, Badan Kebijakan Fiskal, Jakarta 13 Maret 2012
106 |
Buku Fakta Tembakau Ÿ
Pokok-pokok kebijakan cukai tahun 2015
Ÿ
Berdasarkan paparan dari Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, tahun 2015 pemerintah akan melakukan berbagai kebijakan dalam hal cukai hasil
tembakau HT yaitu:
1. Kenaikan tarif cukai HT memper mbangkan: a. ngkat pertumbuhan produksi hasil tembakau di masing-masing layer;
b. jenis HT, tarif cukai jenis sigaret tangan lebih rendah dari jenis sigaret mesin; c. skala industri HT, dimana pengusaha pabrik golongan kecil dibebankan tarif
cukai yang lebih rendah. 2. Penyederhanaan struktur tarif cukai HT memper mbangkan ngkat signifikansi
perbedaan harga di masing-masing layer. 3. Pemecahan strata produksi HT jenis SKT golongan III memper mbangkan aspek
perlindungan terhadap pengusaha kecil. 4. Penyesuaian batasan jumlah produksi golongan III dari 300 juta batang menjadi
350 juta batang. 5. Penyempurnaan ketentuan dalam PMK tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.
Sumber: Kebijakan Cukai Hasil Tembakau Sebagai Instrumen Pengendalian Konsumsi, Badan Kebijakan Fiskal, 27 November 2014
Peningkatan Tarif Cukai Hasil HT Tembakau 2009-2015
Ÿ
Penentuan tarif cukai HT ditentukan oleh jenis HT, kelompok produksinya dan rentang HJE-nya. Jenis hasil tembakau terdiri dari sigaret kretek tangan SKT, sigaret kretek
mesin SKM, sigaret pu h mesin SPM, sigaret kretek tangan filter SKTF, cerutu CRT, klobot KLB, klembak menyan KLM dan tembakau iris TIS. Dari semua jenis
hasil tembakau tersebut yang paling mendominasi SKT, SKM dan SPM. Karena itu, hanya ga jenis yang disajikan dalam tabel 6.7a.
Ÿ
Untuk jenis HT SKM dan SPM pengelompokkan produksinya sama yaitu yaitu golongan I yang memproduksi lebih dari 2 milyar batang per tahun, golongan II yang memproduksi
dak lebih dari 2 milyar per tahun.
Ÿ
Untuk jenis HT SKT, ada ga golongan produksi yaitu golongan I yang memproduksi lebih dari 2 milyar batang per tahun, golongan II memproduksi antara 300 juta – 2 milyar
batang per tahun dan golongan III yang memproduksi di bawah 300 juta batang per tahun.
Buku Fakta Tembakau
| 107
Ÿ
Mulai tahun 2015, untuk jenis HT SKT ada perubahan golongan produksi yaitu golongan II diubah menjadi lebih dari 350 juta tetapi dak lebih dari 2 milyar batang dan golongan
III dipecah menjadi IIIA yang memproduksi lebih dari 50 juta batang tetapi dak lebih dari 350 juta batang dan IIIB dak lebih dari 50 juta batang.
Ÿ
Pada tahun 2015 jumlah layer tarif menjadi 12 layer dibandingkan tahun 2013-2014 yang jumlahnya 13 layer.
Ÿ
Perubahan kebijakan ini jelas untuk melindungi industri rokok kecil yaitu golongan IIIA dan IIIB yang hanya dikenakan cukai I masing-masing Rp85 dan Rp80 rupiah per batang,
sedangkan golongan II dikenaikan cukai rela f lebih nggi yaitu Rp 125 per batang.
Ÿ
Tahun 2014 dak ada kenaikan cukai karena ada desakan dari industri rokok untuk dak menaikkan cukai dengan asalan ada pemberlakuan pajak rokok daerah, sehingga tarif
cukainya sama dengan tarif 2013.
Ÿ
Tarif cukai tahun 2015 sangat bervariasi dari yang terendah sebesar Rp. 80 per batang untuk SKT golongan IIIB dan yang ter nggi sebesar Rp.425 untuk SPM golongan I.
Ÿ
Rentang HJE untuk tahun 2015 ditetapkan yang paling rendah sebesar Rp 286 per batang untuk jenis SKT golongan III dan ter nggi sebesar Rp 825 untuk SKT golongan I.
Untuk tahun 2014, dak ada kenaikan cukai rokok sehingga tarifnya sama seper tahun 2013, karena desakan dari industri rokok. Rentang tariff cukai terlalu lebar antara Rp. 286
SKT golongan III sampai Rp. 825 SKT golongan I. SKT golongan I layer paling atas HJEnya lebih mahal dari SKM golongan I maupun SPM golongan I.