Dampak Ra fikasi Framework Conven on on Tobacco Control FCTC pada Penerimaan Negara

Buku Fakta Tembakau | 103 Table 6.5 Proporsi Cukai Tembakau terhadap Total Pajak di Empat Negara, 2000-2012 No. 1 2 3 4 Negara Turki India Indonesia China 2000 0,1 3,0 5,1 7,8 2003 0,1 3,0 7,6 7,8 2004 0,1 2,6 7,1 8,0 2005 0,1 2,4 6,7 7,6 2007 0,3 2,0 5,7 6,2 2009 0,2 2,2 4,8 4,9 2010 0,2 2,2 4,3 4,2 2012 0,2 2,4 3,4 2,8 Pertumbuhan 100 -20 -33 -64 Sumber: World Health Organiza on Country Profile and Tobacco Atlas, 2013 Dibandingkan dengan China, India dan Turki penerimaan dari cukai rokok di Indonesia, menunjukkan penurunanan dan konsisten Gambar 6.1 Proporsi Cukai Tembakau terhadap Total Pajak di Empat Negara, 2000-2012 Sumber: World Health Organiza on Country Profile and Tobacco Atlas, 2013 India and Turkey party to FCTC 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Indonesia China India Turkey China party to FCTC

6.7 Kebijakan Cukai Rokok di Indonesia

6.7.1 Sistem Tarif Cukai Rokok di Indonesia

Ÿ Terdapat 2 sistem cukai hasil tembakau yaitu ad valorem dan spesifik. Sistem cukai ad valorem berupa persentase tertentu terhadap harga jual eceran dari HJE sedangkan sistem cukai spesifik berupa sejumlah uang tertentu per satu batang rokok Rp.batang. Ÿ Sebelum tahun 2005, Indonesia menggunakan sistem cukai ad valorem berupa tertentu terhadap HJE. Pada saat itu, terdapat 10 layer HJE. Ÿ Pada periode 2006-2009, Indonesia menggunakan sistem cukai campuran dimana 104 | Buku Fakta Tembakau produk IHT terutama rokok dikenai 2 jenis cukai yaitu spesifik dan ad valorem. Ÿ Setelah tahun 2009, Indonesia menggunakan sistem cukai spesifik, dimana cukai ditetapkan per batang rokok. Namun, masih tetap ada layer yang didasarkan pada HJE. Di tahun 2012, masih terdapat 15 layer HJE. Ÿ Menurut Peraturan Menteri Keuangan PMK No. 1792012 untuk tahun 2013-2014 terdapat mencapai 13 layer dan menurut PMK No. 2052014 untuk tahun 2015 terdapat 12 layer. Penggunaan sistem cukai spesifik di landasi per mbangan kemudahan administrasi. Akan tetapi banyaknya layer HJE akan memperumit administrasi pemungutan cukai. Layer HJE Periode Sistem Cukai 10 Juli 2005 – Nov’ 2006 Advalorem 10 Des’2006 – Okt’ 2007 Mix Advalorem Spesifik 9 Nov’ 2007 – Nov’ 2009 Mix Advalorem Spesifik 19 Nov’ 2009 – Des’ 2011 Spesifik 15 2012 Spesifik 13 2013- 2014 Spesifik Spesifik 2015 12 Tabel 6.6 Perubahan Sistem Cukai Hasil Tembakau 2005-2015 Sumber : - Kebijakan Cukai Hasil Tembakau, Badan Kebijakan Fiskal, Jakarta 13 Maret 2012, - Kebijakan Cukai Hasil Tembakau Sebagai Instrumen Pengendalian Konsu m s i, Badan Kebijakan Fiskal, 27 November 2014

6.7.2 Dinamika Sistem dan Tarif Cukai Rokok

Ÿ Kebijakan cukai hasil tembakau periode 2007-2012 mengalami sejumlah perubahan. Perubahan-perubahan ini diharapkan akan mampu mengendalikan konsumsi hasil tembakau rokok dan meningkatkan penerimaan negara dari cukai hasil tembakau. Ÿ Beberapa prinsip dari perubahan kebijakan cukai hasil tembakau antara lain: 1 Kebijakan tarif cukai tetap menggunakan sistem spesifik; 2 Kenaikan tarif cukai secara moderat; 3 Penyederhanaan golongan dengan memperha kan skala keekonomian usaha dan aspek fiskal yang lebih proporsional; 4 Eliminasi layer HJE secara bertahap; 5 Pembedaan besaran tarif cukai antara HT buatan mesin dengan buatan tangan.