Buku Fakta Tembakau
| 67
Tabel 4.20 Jumlah Petani Perkebunan Cengkeh menurut Provinsi, Indonesia, 2012
Sumber: Sta s k Perkebunan Indonesia 2011-2013: Cengkeh, Kementerian Pertanian, 2012
Provinsi
Jawa Timur Jawa Tengah
Jawa Barat Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan Bali
Maluku Sulawesi Tengah
NTT Sumatera Barat
Lainnya Jumlah
Jumlah Petani
224.632 203.326
136.834
72.207 65.277
56.686 58.164
65.277 23.447
23.098
114.706 1.043.654
21,5 19,5
13,1
6,9 6,3
5,4 5,6
6,3 2,2
2,2
11,0 100,0
Gambar 4.3 Tren Jumlah Petani Cengkeh di Indonesia dalam Ribuan, 2004-2012
1.120 1.100
1.080 1.060
1.040 1.020
1.000 980
1.113
1.025 1.045
1.043 1.043
1.044
2004 2006
2008 2010
2011 2012
4.8 Harga Cengkeh
Tata Niaga Cengkeh
Dalam upaya untuk mengatur dan menstabilkan harga cengkeh yang kelebihan pasokan 20,000 ton per tahun⁴, pemerintah membentuk Badan Penyangga dan Pemasaran
Cengkeh BPPC melalui Keppres No. 20 tahun 1992. Tujuan dibentuknya BPPC adalah untuk memelihara stabilitas harga cengkeh di ngkat petani, melalui kegiatan: a pembelian dan
pengadaan cengkeh hasil produksi dalam negeri milik petani melalui KUD dan; b penjualan
68 |
Buku Fakta Tembakau
cengkeh kepada pengguna. Dalam tata niaga cengkeh ini, harga cengkeh ditetapkan oleh presiden. Petani wajib
menjual cengkeh melalui KUD. Selain itu, petani juga wajib membayar sumbangan wajib khusus petani dan dana penyertaan modal yang mekanismenya langsung dipotong dari
penjualan cengkeh dari petani. Hal ini menyebabkan petani dak bisa menikma hasil penjualan cengkeh mereka dan membuat petani cengkeh rugi sehingga banyak petani yang
dak merawat pohon cengkehnya. BPPC dibubarkan oleh pemerintah pada tahun 1998 sebagai konsekuensi
penandatangan Le er of Intent dengan IMF. Sejak dibubarkannya BPPC harga cengkeh per kg mulai naik menjadi Rp 7.420 tahun 1998, Rp 20.000 tahun 1999 dan Rp 30.000 tahun 2000,
Tahun 2007, harga cengkeh naik menjadi Rp 39.000 per kg. Tahun 2011 harga cengkeh mencapai 125.756 per kg.
4.9 Perdagangan Cengkeh
4.9.1 Ekspor Cengkeh
Sebagai negara produsen cengkeh terbesar di dunia, Indonesia ternyata dak banyak mengekspor cengkeh. Dari tahun 1990 hingga 1997 ekspor cengkeh Indonesia hanya sekitar
satu persen 1 dari produksi. Pada tahun 1998 terdapat lonjakan kenaikan ekspor hingga mencapai 30. Namun pada tahun-tahun berikutnya, jumlah ekspor cengkeh berfluktuasi dari
3 hingga 20. Sementara pada ga tahun terakhir 2007-2011, produksi cengkeh berada di kisaran yang sama, yaitu 6-7 Tabel 4.21. Kecenderungan ini menunjukkan bahwa sebagian
besar produksi cengkeh diserap untuk konsumsi dalam negeri terutama untuk produksi rokok kretek.
4.9.2 Impor Cengkeh
Indonesia mulai mengimpor cengkeh dengan jumlah besar sejak tahun 1999 yang mencapai 22,6 ribu ton 42,7 dari total produksi hingga tahun 2001 yang mencapai 16,9 ribu
ton 23,2. Namun sejak tahun 2002 impor cengkeh mulai menurun hingga mencapai 0 tahun 2007, dan sedikit meningkat menjadi 0,28 pada tahun 2010.
Dilihat dari rasio impor dan impor, hanya selama 3 tahun 1999-2001 Indonesia lebih banyak mengimpor daripada mengekspor, yang ditunjukkan dengan rasio di atas 100.
Sebelum dan setelah periode itu, rasio impor dan ekspor nilainya satu persen atau kurang kecuali tahun 2002 sebesar 8,5 dan tahun 2010 sebesar 4,6 Tabel 4.21. Kondisi ini
tampaknya berkaitan dengan adanya larangan impor cengkeh yang dilakukan oleh pemerintah