kesehatan dalam rangka pencapaian SPM yang menjadi panduan dalam perencanaan di Kabupaten.
Dukungan pendanaan Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Kesehatan yang berkaitan dengan kegiatan penyusunan, penetapan, pelaporan, monitoring dan
evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sistematau sub sistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas untuk mendukung penyelenggaraan SPM
kesehatan dibebankan kepada APBN Depkes, 2008. Pada intinya untuk mencapai SPM dan MDGs walaupun ada beberapa
program dari Kementerian Kesehatan tidaklah cukup, karena upaya ini bukan hanya tugas dari Kementerian Kesehatan semata, melainkan juga tugas dari semua jenjang
pemerintahan, mulai dari Kepala Daerah, Wakil rakyat yang duduk di DPRDPRD dan seluruh lapisan masyarakat.
5.1.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalah aspek penunjang yang oenting untuk mencapai tujuan BOK. Sarana dan prasarana juga menjadi sumber daya yang penting dalam
melaksanakan sebuah kebijakan, karena jika tidak disertai dengan sarana dan prasarana pendukung maka tujuan tidak akan dapat tercapai.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sarana dan parasarana yang ada di 18 Puskemas yang menjadi objek penelitian menunjukkan keadaan yang cukup dan
baik.Kondisi ini dapat tercapai karena pengadaan sarana dan prasarana Puskesmas telah secara rutin diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi sejak adanya
program Dana Alokasi Khusus DAK Bidang kesehatan yang memfasilitasi kegiatan
Universitas Sumatera Utara
pengadaan sarana dan prasarana kesehatan. Memang ada kekurangan dalam hal alat peraga penyuluhan yang harus menjadi perhatian dari Dinas Kesehatan. Sarana dan
prasarana yang ada di 18 puskesmas telah dapat memenuhi upaya pelayanan kesehatan yang dibiayai oleh BOK. Namun tidak menutup kemungkinan untuk
diadakan penambahan sarana dan prasarana yang ada untuk mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal dalam mengimplementasikan dana BOK. Namun,
sampai saat ini pembelian sarana dan prasarana masih belum dapat diakomodir dengan dana BOK.
5.2. Evaluasi Proses
Proses mengacu kepada cara bagaimana kebijakan dimulai, dikembangkan atau disusun, dinegosiasi, dikomunikasikan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dari segi
proses, kebijakan BOK cukup dapat diterima dan dipahami maksud, tujuan, cara pelaksanaan dan pengawasannya. Dengan dikeluarkannya Juknis yang selalu
mengalami perubahan ke arah lebih baik menunjukkan bahwa kebijakan ini benar- benar dikomunikasikan dengan baik ke seluruh KabupatenKota di Indonesia. Hal itu
ditunjukkan dengan respon informan yang mengapresiasi adanya perubahan Juknis
dan mengaku cukup mendapat sosialisasi tentang BOK. 5.2.1. Perencanaan P1
Perencanaan Puskesmas merupakan sebuah tahapan kegiatan yang sangat penting dalam suatu manajemen puskemas. Dalam menentukan sebuah tindakan yang
tepat harus diawali dari penentuan masalah, prioritas masalah, alternatif pemecahan
Universitas Sumatera Utara
masalah dan menentukan intervensi yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Dari hasil studi dokumentasi dan wawancara mendalam yang dilakukan terhadap informan dapat dijelaskan bahwa Pimpinan Puskesmas tidak menyusun
rencana tahunan puskesmas. Dokumen perencanaan yang dimulai harus dari dokumen analisa situasi, penetapan prioritas masalah,merumuskan masalah dan
mencari akar penyebab masalah untuk dijadikan sebuah Rencana Usulan Kegiatan RUK, tidak ada disusun oleh Kepala Puskesmas. Dalam menyusun kegiatan Kepala
Puskesmas sebagai pelaksana programkegiatan BOK masih memiliki mind-set project atau budget-oriented dan belum berorientasi kepada Permormance Based
Budget. Kenyataan ini terungkap dari hasil Penjelasan Kepala Puskemas yang
menyatakan tidak mengetahui tentang tahapan tersebut karena masih baru menjabat sebagai Kepala Puskemas yaitu Kepala Puskesmas Silalahi, Bakal Gajah, Sopobutar,
Tigalingga dan Kutabuluh. Kepada Kepala Puskesmas yang masih baru seharusnya Dinas Kesehatan dapat memberikan kembali sosialiasi BOK dan melakukan
bimbingan teknis dan pelatihan secara khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola manajemen puskesmas. Sedangkan penjelasan dari
Kepala Puskesmas yang sudah Senior merasa tidak perlu lagi menyusun perencanaan puskesmas karena Dinas Kesehatan juga tidak merespon usulan kegiatan yang
disusun yang sesuai dengan mekanisme perencanaan . Untuk mengatasi permasalahan tersebut Dinas Kesehatan dapat memberikan penyegaran berupa kegiatan pelatihan
Universitas Sumatera Utara
manajemen puskesmas. Hotma, 2012 yang mengutip pendapat Subarsono bahwa sikap atau disposisi implementor memiliki peran yang tidak kalah penting dengan
faktor lain, para pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan dan memiliki kemampuan untuk melaksanakannya dengan dukungan sumber daya,
tetapi implementor harus memiliki kemauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Apabila implementor memiliki sikap yang baik, maka kebijakan akan mampu
dilaksanakan dengan baik seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan namun ketika implementor memiliki sikap dan perspektif yang berbeda dengan pembuat
kebijakan maka implementasi kebijakan akan menjadi tidak efektif. Kepala Puskesmas hanya menyusun perencanaan setelah mereka mengetahui
alokasi dana BOK saja. Untuk dana operasional puskesmas dari APBD Kabupaten Dairi Tahun 2012 dari hasil telah dokumen sesuai dengan mekanisme pengelolaan
keuangan daerah yang dimulai dari penyusunan RKA Rencana Kerja Anggaran dikerjakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi. Untuk merubah kondisi tersebut
peranan komunikasi dari Dinas Kesehatan dan pengelola BOK Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi menjadi sangat penting. Hotma, 2012 mengutip pendapat Hessel
menyebutkan bahwa komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam implemetasi kebijakan karena jika implementor tidak mengetahui dengan jelas
kebijakan tersebut maka akan menimbulkan kesalah pahaman dan kebingungan yang akan meningkatkan kemungkinan tidak terlaksananya suatu kebijakan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas yang ada di Kabupaten Dairi sebagai Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi memiliki peran sebagai tugas teknis operasional
yang berhubungan langsung dengan masyarakat dan Dinas Kesehatan Kabupaten. Dengan memiliki kemampuan manajemen puskesmas diharapkan puskesmas mampu
mengelola lingkungan –lingkungan yang yang mempengaruhi aktivitas manajemen. Sebagai konsekuensi dari perubahan lingkungan puskesmas, baik lingkungan internal
maupun eksternal Puskesmas harus mampu menganalisis potensi yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam lingkungan internal puskesmas dan memiliki
kemampuan menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal yaitu berupa peluang dan ancaman dari luar organisasi. Dengan melakukan analisis tersebut dapat
membantu Kepala Puskesmas sebagai pengambil keputusan membuat kerangka berfikir yang logis dalam menyusun identifikasi dan analisis berbagai alternatif yang
layak untuk dipertimbangkan dalam menentukan keputusan. Kemampuan Kepala Puskesmas dalam menganalisis ini dapat dicapai melalui kegiatan pembinaan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi berupa pelatihan manajemen puskemas bagi Kepala Puskemas ,on the job training dan bimbingan teknis dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Dairi. 5.2.2. Penggerakan Pelaksanaan P2
Dalam Petujuk Teknis BOK penggerakan dan pelaksanaan P2 di implementasikan melalui kegiatan Lokakarya mini Puskesmas. Rencana Kerja
Tahunan yang telah disusun dalam P1 dipertegas dalam perencanaan bulanan dalam Lokakarya mini Puskesmas.Kekuatan progam BOK sebenarnya adalah pada proses
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan Lokakarya mini Puskesmas. Dari hasil studi dokumentasi dan wawancara yang telah dilakukan kepada informan telah melaksanakan mekanisme
pelaksanaan Lokakarya mini Puskesmas dan output dari pelaksanaan Lokakarya mini Puskesmas adalah disepakatinya POA kerja yang akan dilaksanakan bulan
berikutnya, walaupun masih ada POA yang disusun sendiri oleh Kepala Puskesmas. Lokakarya mini hanya dimanfaatkan untuk membagi habis tugas yang telah disusun
oleh Kepala Puskesmas. Dari hasil telaah dokumen terhadap penyampaian POA BOK bulanan dari Puskemas ke Tim Pengelola BOK Dinas Kesehatan masih ditemukan
keterlambatan pengiriman. Hal ini menyebabkan Tim Pengelola BOK Kabupaten terlambat melaksanakan verifikasi sehingga Puskesmas terlambat mengajukan Surat
Permintaan Uang SPU sesuai dengan jadwal kegiatan. Dari hasil obsevasi lapangan dan telaah dokumen yang dilakukan terlihat
bahwa pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang dilaksanakan oleh Puskesmas belum sesuai dengan pedoman kerja Puskesmas. Lokakarya mini diadakan hanya
membicarakan BOK saja, seharusnya Lokakarya mini untuk menyusun perencanaan dari seluruh sumber anggaran yang diterima Puskesmas, jadi lokakarya mini
sebenarnya tidak ada khusus untuk BOK. Pelaksanaan lokakarya mini hanya sebagai rutinitas menyampaikan laporan bulanan dan pertemuan antara staf. Menurut Dorlin
Sirait, 2005 yang menyatakan bahwa supaya Pimpinan Puskesmas menjadikan lokakarya mini Puskesmas sebagai sarana pelaksanaan pembelajaran organisasi oleh
karena efektif terhadap karyawan dan melibatkan seluruh karyawan untuk kemajuan pelayanan Puskesmas. Dengan metoda pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas
Universitas Sumatera Utara
dengan melibatkan staf untuk menyampaikan materi yang berhubungan dengan kesehatan secara khusus menyangkut tugas dan program-program puskesmas
sehingga menimbulkan diskusi terhadap masalah-masalah yang di hadapi dilapangan. Beberapa staf Puskesmas bergiliran menyampaikan materi yang disesuaikan dengan
tugas dan tanggungjawabnya di Puskesmas. Sehingga dari hasil diskusi dapat disusun rencana kegiatan prioritas dari masing-masing program yang ada.
Hasil telaah dokumen juga menunjukkan bahwa pelaporan pelaksanaan program tidak seluruhnya masuk setiap bulan dengan tepat waktu. Menurut peneliti,
hal itu terjadi karena tidak semua puskesmas mampu menyelesaikan POA dengan tepat waktu juga dan tidak semua POA dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu
yang terjadwal. Hasilnya akhirnya juga tidak semua Puskesmas dapat menyelesaikan pertanggungjawabannya dengan tepat waktu. Keterlamabatan POA akan berdampak
dengan pencairan dana yang tidak tepat waktu pada kegiatan berikutnya yang berakibat pada kemungkinan tidak tercapainya capaian program sesuai dengan yang
diharapkan Desmar dkk, 2013.
5.2.3. Pengawasan Pengendalian dan Penilaian P3