rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.
20
d. Ciri-ciri Belajar
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
belajar nampak adanya beberapa ciri-ciri belajar yaitu,
1 Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku change of
behaviour. Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dan lain sebagainya. Tanpa pengamatan dari tingkah laku hasil belajar orang
tidak dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar. Karena perubahan hasil belajar hendaknya dinyatakan dalam bentuk yang dapat diamati.
2 Perubahan perilaku relative permanent, ini diartikan bahwa
perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-berubah, akan tetapi dilain
pihak tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup. 3
Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut
bersifat potensial. Artinya hasil belajar tidak selalu sertamerta terlihat segera setelah selesai belajar. Hasil belajar dapat berproses setelah
kegiatan belajar selesai. 4
Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. Artinya belajar itu harus dilakukan secara aktif, sengaja,terencana,
bukan karena peristiwa yang insendental. 5
Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat memberikan semangat atau dorongan untuk
mengubah tingkah laku.
21
20
Ibid., h. 54
21
Makmuun Khairani, Psikologi Belajar,Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013, h. 8
e. Tahapan-tahapan dalam Belajar
Sebagai suatu proses perubahan, aktivitas belajar mengandung tahapan-tahapan yang satu sama lain bertalian secara berurutan dan
fungsional. Menurut Bandura, dalam proses belajar siswa menempuh empat tahapan, yaitu:
1. Tahapan perhatian attentional phase. Pada tahap perhatian, siswa
memusatkan perhatian pada objek materi. Pada umumnya siswa lebih memusatkan perhatian mereka pada stimulus yang menonjol
atau menarik bagi mereka. Tahap ini penting karema jika siswa tidak dapat memfokuskan perhatian mereka pada materi yang
disajikan, maka mereka akan kesulitan untuk melanjutkan ke tahap selanjutanya. Karena itu, guru perlu mencari cara untuk menarik
perhatian siswa, misalnya dengan menggunakan intonasi suara yang dinamis dan tidak monoton, mengekspresikan mimik
tertentu, atau bila mungkin membawa media pembelajaran yang bisa menarik perhatian siswa.
22
2. Tahapan penyimpanan dalam ingatan retention phase. Pada
tahap penyimpanan dalam ingatan, informasi materi yang disajikan ditangkap, diproses, dan kemudian disimpan dalam
memori. Mengingat struktur memori manusia memiliki tiga lapisan masing-masing memiliki lama penyimpanan dan kapasitas
yang berbeda-beda, maka proses ini membutuhkan strategi khusus dari siswa-siswa. Di samping itu, setiap siswa juga memiliki
kemampuan dan strategi penyimpanan informasi yang berbeda- beda, tergantung pada modelitas belajar masing-masing. Guru juga
dapat membantu siswa dalam tahapan ini, misalnya ddengan memberikan visualisasi atau pengulangan terhadap informasi yang
dianggap penting.
23
22
Nyanyu Khodijah, op. cit., h. 56
23
Ibid., h 57
3. Tahapan reproduksi reproduction phase. Pada tahap reproduksi,
semua informasi dalam bentuk kode-kode simbolis yang tersimpan dalam memori diproduksi atau muncul kembali. Sulit atau
mudahnya pemunculan kembali memori ini bukan hanya bergantung pada strategi penyimpanan yang digunakan pada tahap
penyimpanan, akan tetapi juga bergantung pada stimulus yang digunakan untuk memunculkan informasi tersebut. Untuk itu,
dalam hal ini guru perlu menggunakan “isyarat” yang memungkinkan siswa mampu memunculkan informasi materi
yang telah disimpan dalam memorinya.
24
4. Tahapan motivasi motivation phase. Pada tahap motivasi, semua
informasi yang telah tersimpan dalam memori diberi penguatan. Untuk itu, guru dianjurkan memberikan pujian, hadiah atau nilai
tertentu pda siswa yang berprestasi, sebaliknya bagi siswa yang kurang berprestasi perlu diberi kesadaran tentang pentingnya
penguasaan materi, dan jika memang diperlukan guru dapat memberikan hukuman yang bersifat edukatif dengan memberikan
tugas tambahan yang mendorong mereka untuk mempelajari kembali.
25
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar mengajar
Secara fundamental Dollar dan Miller menegaskan bahwa kefektivan perilaku belajar itu dipengaruhi oleh empat hal, yaitu: Adanya motivasi,
siswa harus menghendaki sesuatu; Adanya perhatian dan mengetahui sasaran, siswa harus memperhatikan sesuatu; adanya usaha, siswa harus
melakukan sesuatu; adanya evaluasi dan pemantapan hasil siswa harus memperoleh sesuatu.
26
24
Ibid., h. 58
25
Ibid., h. 59
26
Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Hal 164
g. Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan kondisi belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan
dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem
lingkungan belajar ini sensiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-
komponen itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam
hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia.
27
Secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis: 1
Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan
kemampuan berpikir
tanpa bahan
pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam
kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.
2 Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmani
maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan- keterampilan
yang dapat
dilihat, diamati,
sehingga akan
menitikberatkan pada keterampilan gerakpenampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini
masalah- masalah “teknik” dan “pengulangan”. Sedangkan
27
Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2007, h. 25