menonjolkan  lekuk  tubuh,  memakai  pakaian  yang  minim  seksi,  menggunakan parfum yang menarik lawan jenis, cara bicara yang mendesah dan sebagainya.
Oleh  karena  itu  saat  keluar  rumah  untuk  melakukan  aktivitas  kerja, wanita bekerja sebaiknya menghindari penggunaan pakaian  yang terbuka, ketat,
pendek,  maupun  tembus  pandang.  Selain  itu  juga  sebaiknya  menghindari pemakaian  parfum  secara  berlebihan,  serta  diharapkan  untuk  mencari  sumber
informasi mengenai pelecehan seksual ditempat kerja untuk dapat terhindar dari pelecehan seksual di tempat kerja.
R. Kekerasan di Tempat Kerja
Responden  dalam  penelitian  ini  sebagian  besar  tidak  pernah  mengalami kekerasan  di  tempat  kerjanya.  Responden  yang  tidak  pernah  mengalami
kekerasan di tempat kerja maupun responden yang pernah mengalami kekerasan di tempat kerja, keduanya lebih banyak yang mengalami stres.
Dari  hasil  uji  chi-square  didapatkan  bahwa  tidak  ada  hubungan  antara kekerasan  di  tempat  kerja  dengan  stres  kerja.  Hal  ini  tidak  sejalan  dengan  teori
yang  dinyatakan  National  Safety  Council  2004  bahwa  kekerasan  di  tempat kerja  merupakan  salah  satu  faktor  penyebab  stres  kerja.  Hasil  ini  juga  tidak
sejalan  dengan  teori  yang  dinyatakan  Health  safety  Executive  2006  bahwa kekerasan dapat menyebabkan distress. Selain kekerasan dengan fisik, pelecehan
maupun  ancaman  verbal  secara  serius  ataupun  berulang  juga  dapat  merusak kesehatan karyawan melalui kecemasan atau stres
Tidak  adanya  hubungan  antara  kekerasan  di  tempat  kerja  dengan  stres kerja  mungkin  dikarenakan  pertanyaan  pada  kuesioner  dalam  penelitian  ini
bersifat subyektif sehingga responden memilih jawaban sesuai dengan keinginan hatinya  ditambah  lagi  dengan  perasaan  takut  dalam  dirinya  apabila  orang  lain
mengetahui.  Hal  ini  diperkuat  oleh  Yoan  dan  Ning  2009  yang  menyatakan bahwa adanya keengganan wanita korban kekerasan untuk berbicara, berasal dari
situasi  sosial  yang  tidak  mendukung  posisi  wanita  tersebut  ketika  berusaha mendapatkan keadilan setelah diperlakukan sewenang-wenang.
S. Kemacetan
Berdasarkan  hasil  penelitian,  sebagian  besar  responden  menyatakan terganggu  dengan  kemacetan  yang  ada  saat  berangkat  kerja  maupun  pulang
kerja.  Hal  ini  ,mungkin  karena  kemacetan  akan  menghambat  waktu  tempuh responden ke tempat kerjanya menjadi lebih lama.
Responden  yang  merasa  terganggu  karena  kemacetan  sebagian  besar mengalami  stres,  sedangkan  responden  yang  tidak  merasa  terganggu  karena
kemacetan  lebih  banyak  yang  tidak  mengalami  stres.  Dan  dari  hasil  uji  chi- square  didapatkan  bahwa  tidak  ada  hubungan  bermakna  antara  kemacetan
dengan  stres  kerja  pada  wanita  bekerja  yang  bertempat  tinggal  di  wilayah Kecamatan Pamulang. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian  yang Vierdelina
2008  yang  mendapatkan  bahwa  belum  terbukti  ada  hubungan  yang  signifikan antara persepsi terhadap kemacetan dan stres kerja.
Tidak  adanya  hubungan  antara  kemacetan  dengan  stres  kerja  mungkin karena  saat  pergi  dan  pulang  kerja  responden  sudah  terbiasa  menghindari
kemacetan dengan cara berangkat lebih awal namun tidak menggangu jam kerja dan  bagi  yang  naik  kendaraan  pribadi  sudah  terbiasa  melalui  jalur  alternatif
untuk dapat menghidari kemacetan.  Hal ini didukung oleh men health Indonesia 2013  bahwa  berangkat  lebih  awal  dan  merubah  rute  perjalanan  merupakan
salah satu cara  untuk menghindari stres.
146
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN