Pengukuran Stres TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2.1 Gejala Stres Menurut John B.Arden

F. Pengukuran Stres

Menurut Karoley 1985 dalam Airmayanti, 2010 teknik pengukuran stres dapat digolongkan dalam empat cara, yaitu: 1. Self Report Measure Cara ini menggunakan kuesioner untuk mengukur stres yaitu dengan menyatakan intensitas pengalaman psikologis, fisiologis dan perubahan fisik yang dialami dalam peristiwa kehidupan seseorang. Cara ini juga dikenal sebagai “Life Event Scale” yang berisi beberapa pertanyaan sebagai indikator dalam menentukan stres kerja. No. Gejala Fisik Gejala Psikologis Gejala Perilaku  Sakit Kepala  Sakit Punggung  Diare  Insomnia  Kehilangan nafsu makan  Bahu menjadi tegang  Kelelahan  Sering menderita flu  Gangguan pencernaan  Napas pendek  Makan berlebihan  Pesimisme  Mudah lupa  Mudah bosan  Menjadi tidak tegas  Menjadi tidak sabar  Pikiran yang kaku  Depresi  Kecemasan  Tidak logis  Apatis  Kesepian  Merasa tidak berdaya  Ingin melarikan diri  Keresahan  Mudah marah  Rentan mengalami kecelakaan  Sifat suka memerintah  Isolasi sosial  Lebih agresif  Membela diri  Sering curiga  Higiene yang buruk  Tidak memiliki rasa humor  Mudah bingung  Produktifitas kerja buruk  Mangkir kerja Berdasarkan pertanyaan pada daftar pertanyaan metode Life Event Scale setiap pertanyaan bernilai 0-2. Untuk melakukan penilaian indikator stres kerja, dapat dilakukan penilaian sendiri self assesment. Pertanyaan yang digunakan tidak bersifat mutlak, artinya pertanyaan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi saat itu. Sehingga penilaian dan pengelompokannya juga dapat disesuaikan Karoley,1985 dalam Airmayanti,2010. 2. Performance Measure Cara ini mengukur stres dengan melihat atau mengobservasi perubahan- perubahan perilaku yang ditampilkan oleh seseorang. Contohnya, penurunan prestasi kerja terlihat dari gejala seperti cenderung berbuat salah, cepat lupa dan menjadi lamban dalam bereaksi. 3. Psysiological Measure Pada pengukuran ini berusaha untuk melihat perubahan fisik akibat stres, seperti ketegangan pada otot bahu, leher dan pundak. Cara ini sering dianggap paling tinggi reabilitasnya, namun sangat tergantung si pengukur dan pada alat yang digunakan. 4. Biochemical Measure Teknik ini melihat stres melalui respon biokimia individu berupa perubahan kadar hormon katekolamin dan kortikosteroid setelah pemberian stimulus. Reabilitas dari cara ini tergolong tinggi namun hasil pengukurannya dapat berubah bila subjek penelitiannya adalah perokok, peminum alkohol dan kopi. Hal ini karena rokok, kopi dan alkohol dapat meningkatkan kadar kedua hormon tersebut dalam tubuh. Dari keempat cara tersebut, yang paling sering digunakan dalam penelitian stres adalah life event scale, karena paling mudah diatur dan membutuhkan biaya yang relatif lebih murah walaupun sering terdapat keterbatasan tertentu.

G. Dampak Stres Kerja