HIRARKI UTAMA : STRATEGI PENILAIAN PRESTASI KERJA DALAM PENGEMBANGAN KUALITAS KARYAWAN

kebersihan. Pada level ini tingkat pendidikannya mulai dari SMP, SMU dan staranya SMK, STM, SMA kimia analis. Untuk level kepala regu atau group leader karyawan tidak secara penuh bertindak sebagai operator, tetapi lebih membimbing dan mengawasi bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan. Karyawan level ini umumya sudah mempunyai pengetahuan yang baik terhadap pekerjaannya dan sudah berpengalaman dalam bidangnya. Pada level ini tingkat pendidikanya mulai dari SMA yang sudah memiliki pengalaman bekerja yang cukup pada bidangnya, dan sarjana muda D3 dan sederajatnya. Untuk level supervisor dan manager pekerjaannya lebih mengarah kepada konseptual dan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan managerial Pada karyawan level ini banyak melakukan kegiatan hubungan interaksi sosial yaitu dengan pihak luar dalam melakukan negosiasi yang menyangkut kepentingan perusahaan dan pihak intern perusahaan untuk mendelegasikan tugas kepda level bawahannya dalam mencapai target pekerjaan yang telah ditetapkan. Pada level ini tingkat pendidikannya sarjana keatas. Setelah mengetahui elemen-elemen pada penilaian prestasi kerja kemudian dilakukan penyusunan dalam bentuk hirarki yaitu dengan cara mengelompokan elemen-elemen kedalam beberapa kumpulan yang sejenis, dan menatanya pada tingkatan yang berbeda.

1. HIRARKI UTAMA : STRATEGI PENILAIAN PRESTASI KERJA DALAM PENGEMBANGAN KUALITAS KARYAWAN

Hirarki utama berupa penilaian prestasi kerja di PT Capsugel disusun dalam rangka menentukan bobot dan prioritas komponen strategi yang efektif dan efesien sesuai dengan kondisi perusahaan. Perhitungan bobot dan prioritas komponen strategi dipengaruhi oleh faktor, aktor dan tujuan. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai strategi penilaian prestasi kerja diperoleh berdasarkan studi pustaka, wawancara dengan pengambil keputusan dan kebijakan penilaian prestasi kerja yang dilakukan oleh manajemen perusahan antra lain : kepribadian dan perilaku, proses dan cara kerja, interaksi dan kepemimpinan serta prestasi dan hasil kerja. Kepribadian dan perilaku dari karyawan dalam bekerja merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan penilaian prestasi kerja. Kepribadian dan perilaku karyawan ini dapat menjadi cerminan untuk mengetahui prestasi kerja. Kepribadian dan perilaku yang menjadi aspek penilaian antara lain : etika pergaulan, disiplin kerja, dan kesetiaan terhadap perusahaan. Proses dan cara kerja yang dilakukan dalam penilaian prestasi kerja dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh keberhasilan atau kegagalan karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Adapun proses dan cara kerja yang menjadi aspek penilaian antara lain : pengetahuan tentang pekerjaan, kemauan, semangat dan motivasi kerja, dan kesesuaian dengan sistem dan prosedur kerja yang berlaku. Interaksi dan kepemimpinan dari seorang karyawan merupakan faktor yang juga mendapat perhatian dari perusahaan. Interaksi dan kepemimpinan disini dapat diartikan sebagai kerja sama dan komunikasi. Kerja sama dan komunikasi seorang karyawan berbeda sesuai dengan jabatan atau levelnya. Bagi level worker, penilaian yang dilakukan hanya kerja sama dan komunikasi dengan atasan, sedangkan untuk level group leader keatas ditambah dengan komunikasi dengan rekan sejawat dan bawahan. Kerja sam dan komunikasi dalam bekerja sangat dibutuhkan terutama untuk menyelesaikan permasalahan-permasalah yang terjadi dilapangan. Prestasi dan hasil kerja menunjukan kepada keterampilan dan kemampuan karyawan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Prestasi dan hasil kerja, dalam hal ini terdiri dari kualitas dan kuatintas. Prestasi dan hasil kerja secara kualitas menekankan kepada mutu ketelitiannya, tingkat kesalahan, kelengkapan dan kerapihan dari hasil kerja, tugas atau proyek yang telah diselesaikan, sedangkan prestasi dan hasil kerja secara kuantitas menekankan kepada jumlah hasil kerja, tugas atau proyek yang dapat diselesaikan. Aktor atau pelaku yang berperan terhadap strategi penilaian prestasi kerja dalam pengembangan kualitas karyawan terdiri dari pimpinan perusahaan, atasan yang bersangkutan, departemen personalia, dan karyawan yang bersangkutan. Aktor atau pelaku ini akan berbeda sesuai dengan level masing-masing karyawan, terutama dengan aktor atasan. Mogginson 1997, mengatakan bahwa pimpinan perusahaan harus mendukung dan memberi arah dalam hal peningkatan kinerja karyawan yang bersangkutan. Pimpinan perusahaan merupakan aktor atau pelaku yang mengetahui tentang kondisi umum perusahaan, aktor ini memegang peranan penting dan bertindak sebagai pengambil keputusan agar dapat bersaing di pasar domestik maupun internasional. Atasan yang melakukan penilaian terhadap karyawan ditentukan dengan prinsip satu tingkat diatas Soeprihanto, 1996. Untuk dapat memberikan penilaian yang lebih objektif , maka pelaksanaan penilaiannya terdiri dari dua orang. Penilai pertama adalah atasan langsung dari karyawan yang bersangkutan, sedangkan penilai kedua adalah atasan yang kedudukannya lebih tinggi dari penilai pertama, selain itu para penilai harus jujur adil dan sesuai dengan kenyataan, mengetahui secara jelas uraian jabatan dari setiap pegawai yang akan dinilai dan juga mengetahui dengan benar kriteria tiap- tiap skala penilaian standarisasi yang berlaku diperusahaan. Penentuan penilai untuk masing-masing departemen akan berbeda, sesuai dengan struktur yang ada di departemen tersebut. Departemen personalia di perusahaan memiliki peranan dalam hal penilaian prestasi kerja untuk pengembangan karyawan. Penilaian yang dilakukan tersebut terbatas pada hal-hal tertentu yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan yang berlaku di perusahaan diantaranya kebijakan mutu, lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja, selain itu departemen personalia juga melakukan pemeriksaan terhadap hasil-hasil penilaian prestasi kerja yang telah dilakukan oleh atasan disesuaikan dengan prosedur penilaian yang berlaku dan juga bertugas untuk menyiapkan dan merencanakan kebutuhan pelatihan dan pendidikan sesuai dengan usulan dari penilaian yang dilakukan oleh atasannya. Departemen personalia juga berperan dalam menjamin keseragaman kriteria penilaian berdasarkan uraian pekerjaaan sesuai jabatanya pada departemen masing-masing dan melakukan perhitungan terhadap besarnya presentasi kenaikan gaji berdasarkan hasil pekerjaan yang dicapai karyawan. Handoko 1997, mengatakan bahwa hasil penilaian harus ditunjukan kepada karyawan yang bersangkutan, hal ini bertujuan agar karyawan yang bersangkutan berkesempatan untuk mengajukan keberatan apabila ia menganggap penilaian itu tidak obyektif. Setiap karyawan berhak untuk mendapatkan penilaian dari atasannya. Karyawan ini nantinya akan menjadi pelaksana dari program-program penilaian prestasi kerja. Program penilaian tersebut dapat dijadikan tolok ukur bagi karyawan untuk pengembangan dirinya. Tujuan yang hendak dicapai dari strategi penilaian prestasi kerja adalah meningkatkan kualitas karyawan, menurunkan turn-over karyawan, mengembangkan potensi dan kreatifitas karyawan, dan pengembangan karir karyawan. Tujuan-tujuan tersebut bersifat umum, dan akan berbeda untuk masing-masing level yang ada di perusahaan. Peningkatan kualitas karyawan dilakukan melalui pelatihan dan pendidikan yang sesuai untuk pengembangan potensi karyawan dan kebutuhan perusahaan, sehingga nantinya akan membawa kemajuan bagi perusahaan. Menurunkan turn-over karyawan disini maksudnya menumbuhkan rasa loyalitas karyawan yang tinggi tehadap perusahaan sehingga jarang terjadi keluar masuknya karyawan dan menciptakan kondisi kerja yang kondusif. Setiap karyawan memiliki potensi dan kreatifitas pada dirinya, oleh karenanya perlu dikembangkan dengan baik. Pengembangan potensi ini dapat dilakukan dengan cara memberikan motivasi kerja dan bimbingan untuk mengetahui bakat yang dimiliki karyawan. Pengembangan karir karyawan ditunjukan untuk memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi sesuai dengan prestasi kerjanya. Untuk menciptakan tujuan tersebut perlu adanya suatu komponen strategi yang dilakukan dalam hal penilaian prestasi kerja berdasarkan klasifikasi karyawan jika dilihat dari jabatannya. Komponen tersebut adalah program penilaian prestasi kerja dalam pengembangan kualitas karyawan bagi level worker, level group leader dan level Supervisor dan Manager. Struktur hirarki strategi penilaian prestasi kerja dalam pengembangan kualitas karyawan dapat dilihat pada Gambar 4. Faktor : Aktor : Tujuan : Kompnen : Strategi Gambar 4. Struktur hirarki strategi penilaian prestasi keja dalam pengembangan kualitas karyawan Hiraki utama strategi penilaian prestasi keja dalam pengembangan kualitas karyawan ini mempunyai tiga komponen strategi penilaian yang dapat diturunkan menjadi hirarki tingkat dua diantaranya penilaian prestasi kerja untuk level worker, group leader serta supervisor dan manager, yang dapat dijadikan suatu strategi penilaian prestasi kerja di perusahaan. Ketiga stetagi penilaian ini tentunya mempunyai kriteria yang berbeda mulai dari faktor penilaian yang disesuaikan dengan job discription sesaui dengan tingkatan jabatanya, aktor yang berperan memberikan penilaian, tujuan yang ingin dicapai pada setiap level, sampai dengan metode atau alternatif yang dapat digunakan. STRATEGI PENILAIAN PRESTASI KERJA DALAM PENGEMBANGAN KUALITAS KARYAWAN Kepribadian dan perilaku Proses dan cara kerja Interaksi dan kepemimpinan Prestasi dan Hasil kerja Pimpinan Perusahaan Atasan yang bersangkutan Departemen Personalia Karyawan yang bersangkutan Meningkatkan Kualitas Karyawan Menurunkan Turn-Over Karyawan Mengembangkan Potensi dan Kreatifitas Karyawan Pengembangan Karir karyawan Program Penilaian bagi Level Supervisor dan Manager Program Penilaian bagi Level Group Leader Level III-IV Program Penilaian bagi Level Worker Level I-II 2 HIRARKI TINGKAT DUA : PROGRAM PENILAIAN PRESTASI KERJA DALAM PENGEMBANGAN KARYAWAN BAGI LEVEL WORKER LEVEL I-II Level worker yang ada di perusahaan terdiri dari dua level, yaitu worker dan skilled worker. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengambil keputusan dan melihat peniliaian prestasi kerja yang ada, maka faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penilaian prestasi kerja pada level ini adalah hasil pekerjaan, loyalitas, disiplin kerja serta kerjasama dan komunikasi dengan atasan. Hasil pekerjaan disini terdiri dari kualitas dan kuantitas. Kualitas disini ditekankan kepada kecakapan dalam melakukan pekerjaan dan mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sedangkan kuantitas yaitu mengarah kepada jumlah atau target yang harus diselesaikan. Loyalitas berkaitan terhadap sikap dan prilaku karyawan. Penilaian terhadap faktor loyalitas bagi level worker antara lain : menjaga kerahasiaan perusahaan, bersedia bekerja lembur dan menempatkan kepentingan secara berimbang, serta dapat melindungi kepentingan perusahaan. Disiplin kerja yang menjadi penilaian berupa absensi atau tingkat kehadiran, ketaatan terhadap peraturan, mematuhi prosedur keselamatan kerja, menghindari kegiatan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan serta menjaga sikap dan perilaku. Dalam melakukan pekerjaannya, karyawan perlu melakukan kerja sama dan komunikasi. Untuk level worker kerja sama dan komunikasi dilakukan dengan atasannya. Penilaian yang dilakukan antara lain : mampu bekerja sama dengan atasan untuk menyelesaikan suatu masalah, menjaga kepercayaan yang diberikan dan mampu memahami kondisi atasan. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan oleh aktor atau pelaku. Aktor atau pelaku disini terdiri dari group leader sebagai penilai pertama, supervisor sebagai penilai kedua, departemen personalia serta karyawan yang bersangkutan. Group leader mempunyai posisi langsung sebagai atasan dari worker sehingga bertanggung jawab untuk menilai bawahannya terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Group leader yang menjadi penilai akan berbeda untuk masing-masing departemen, sesuai dengan struktur yang ada. Supervisor sebagai atasan yang kedudukannya lebih tinggi satu tingkat dari group leader juga berhak memberikan penilaian kepada karyawan. Aktor lain yang berperan dalam penilaian adalah departemen personalia, dalam hal melakukan pemeriksaan terhadap hasil penilaian yang dilakukan oleh atasannya. Hasil dari penilaian yang telah dilakukan diharapkan memberikan feed back atau umpan balik terhadap karyawan dalam hal memperbaiki kelemahannya atau mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pelaksanaan penilaian prestasi kerja dalam pengembangan karyawan bagi level worker mempunyai beberapa tujuan antara lain perbaikan dan peningkatan motivasi kerja, pelaksanaan sistem penilaian yang objektif, mengetahui kekuatan dan kelemahan karyawan, serta membina hubungan yang harmonis dengan atasan. Tujuan-tujuan yang disebutkan diatas disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan karyawan level worker. Tujuan perbaikan dan peningkatan motivasi kerja dimaksudkan untuk menjaga motivasi kerja dari karyawan sehingga dengan begitu dapat meningkatkan produktifitas perusahaan. Pemberlakuan pelaksanaan sistem penilaian yang objektif bagi level worker dapat memberikan kepuasan dan menimbulkan perasaan lebih dihargai apabila hasil kerjanya dinilai dengan baik. Setiap individu karyawan pada level worker mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam bekerja. Dengan adanya penilaian prestasi kerja dapat menjadi masukan bagi karyawan mengenai kekuatan dan kelemahannya dan nantinya dapat diperuntukan sebagai umpan balik kepada karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Karyawan level worker banyak berinteraksi dengan atasannya dalam melakukan pekerjaannya, hubungan diantara keduanya diharapkan dapat terbina hubungan yang harmonis dua arah sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik. Melalui program ini diharapkan tujuan tersebut dapat diwujudkan sehingga penyampaian informasi dapat berjalan lancar. Metode yang dapat dilakukan dalam pengembangan karyawan level worker yaitu penilaian perfoma prestasi kerja untuk sistem penggajian atau bonus, dan penilaian perfoma prestasi kerja untuk kenaikan jabatan atau pangkat. Program penilaian perfoma prestasi kerja untuk sistem penggajian atau bonus, lebih diarahkan pada penilaian yang dikaitkan dengan gaji atau bonus yang diperoleh. Hasil dari metode ini akan memberikan hasil yang berbeda dari beberapa karyawan sesuai dengan prestasi yang dihasilkan masing-masing individu. Metode penilaian perfoma prestasi kerja untuk kenaikan jabatan atau pangkat, akan berdampak pada promosi jabatan terhadap karyawan. Kenaikan jabatan atau pangkat dipersiapkan untuk karyawan yang mempunyai prestasi kerja yang baik, sehingga jika ada lowongan posisi yang kosong karyawan tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengisi posisi tersebut. Struktur hirarki penilaian prestasi kerja dalam pengembangan karyawan bagi level worker dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Faktor : Aktor : Tujuan : Metode : Gambar 5. Struktur hirarki strategi penilaian prestasi kerja dalam pengembangan karyawan bagi level worker STRATEGI PENILAIAN PRESTASI KERJA DALAM PENGEMBANGAN KARYAWAN BAGI LEVEL WORKER Hasil Pekerjaan Loyalitas Disiplin Kerja Kerjasama dan komunikasi dengan atasan Group leader Sebagai penilai 1 Supervisor sebagai penilai 2 Departemen Personalia bagian Pengembangan Karyawan Karyawan yang bersangkutan Penilaian perfoma prestasi kerja untuk sistem penggajia atau Bonus Penilaian perfoma prestasi kerja untuk kenaikan jabatan atau pangkat Perbaikan dan peningkatan motivasi kerja Pelaksanaan sistem penilaian yang objektif Mengetahui kekuatan dan kelemahan karyawan Membina hubungan yang harmonis dengan atasan

3. HIRARKI TINGKAT DUA : PROGRAM PENILAIAN PRESTASI KERJA DALAM PENGEMBANGAN KARYAWAN BAGI LEVEL