94
menjadi hambatan bagi perusahaan dalam memperkenalkan produk yang sama jenisnya ke benak masyarakat. Karena secara historis pengalaman konsumsi tersebut
menimbulkan image buruk di benak masyarakat pada produk yang sama. Identifikasi lingkungan mikro yang diambil dari sudut pandang perusahaan
terhadap keberadaan pemasok, perantara pemasaran, pelanggan, pesaing, dan aspek publik menhasilkan kecenderungan perusahaan akan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Tabel 16, menunjukkan kekuatan dan kelemahan pemasaran yang dimiliki E-YOCI berdasasarkan pendekatan lingkungan mikro di luar aspek
persaingan yang cenderung mengarah pada ancaman bagi perusahaan. Aspek pesaingpersaingan dan publik ditampilkan pada identifikasi peluang dan ancaman
yang dihadapi perusahaan.
6.2.2 Lingkungan Eksternal Makro
Perusahaan beserta pemasoknya, perantara pemasarannya, pelanggannya, pesaingnya, dan aspek publik yang mempengaruhinya secara keseluruhan beroperasi
dalam lingkungan makro yang lebih luas. Respon perusahaan beserta pemasok, perantara pemasaran, pelanggan, pesaing, dan publik terhadap lingkungan makro
akan menghasilkan suatu kombinasi berupa peluang dan ancaman bagi perusahaan. Lingkungan makro suatu perusahaan meliputi faktor-faktor demografi, ekonomi,
alam, teknologi, politik, serta sosial budaya. Adapun lingkungan makro yang dihadapi oleh E-YOCI dipaparkan sebagai berikut.
1. Faktor Demografi
Perkembangan pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap perkembangan produk yoghurt
karena adanya peluang munculnya konsumen baru. Adanya perkembangan jumlah penduduk akan berdampak pada ketersediaan jumlah tenaga kerja. Respon positif dari
lingkungan sosial di luar perusahaan memberikan dampak positif dan merupakan peluang terhadap perkembangan usaha pemasaran yoghurt. Respon positif ini dapat
berupa adanya dukungan terhadap peningkatan produksi sehingga akan menyerap jumlah tenaga kerja, selain itu peningkatan produksi juga akan membutuhkan bahan
95
baku yang besar sehingga perusahaan harus memasok bahan baku dari perusahaan terkait. Perkembangan pertumbuhan jumlah penduduk Jawa Barat, Jakarta, dan
Banten sebagai daerah sasaran pasar dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 18 . Pertumbuhan Jumlah Penduduk Jawa Barat, Jakarta, dan Banten
Provinsi Tahun
Rata-rata Pertumbuhan
1990 2000
2010 Jawa Barat
35.384.352 35.729.537
43.021.826 10,70
DKI Jakarta 8.259.266
8.389.443 9.588.198
7,95 Banten -
8.098.780 10.644.030
31,4
Sumber: BPS RI diolah
6
2. Faktor Ekonomi
Keadaan perekonomian suatu Negara mempengaruhi kinerja perusahaan dalam memasarkan produknya. Perekonomian yang stabil dan berkembang dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ketidakstabilan kondisi perekonomian Indonesia saat ini memberikan pengaruh terhadap kecenderungan iklim usaha yang tidak
menentu. Hal ini ditandai dengan tersendatnya perekonomian, dan tingkat inflasi yang cukup tinggi. Keadaan tersebut menyulitkan perusahaan ataupun lembaga
keungan dalam membuka peluang pemberian bantuan usaha yang ditujukan untuk penambahan akses modal untuk perluasan usaha. Ketidakstabilan perekonomian suatu
Negara menjadi ancaman untuk perkembangan dunia industri. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi keadaan perekonomian suatu Negara sehingga berdampak pada
perkembangan perusahaan terutama pada aspek pemasaran. Dengan adanya krisis ekonomi global maka Negara-negara lain berlomba-lomba untuk mencari pasar baru
guna memasarkan produknya sehingga arus impor produk yang masuk ke Indonesia semakin tinggi dari tahun ke tahun. Tingginya impor produk yoghurt tentu
memberikan implikasi ancaman persaingan terhadap produk sejenis, sehingga perusahaan harus mengantisipasi persaingan ini dengan menciptakan pangsa pasar
baru serta menciptakan produk yang sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. _____________________________
6 http:www.bps.go.idtab_subview.php? [diakses 21 November 2010]
96
Kabar ekonomi terbaru yang berpengaruh terhadap kondisi industri di Indonesia bahkan dunia saat ini, terutama bagi keberadaan industri kecil dan
menengah adalah kenaikan harga gula yang disebabkan oleh penurunan produksi gula dalam negeri akibat pergesaran iklim dan tingginya pemakaian bahan baku gula
sebagai bahan dasar industri biodiesel. Kenaikan harga gula yang mencapai sekitar 20 persen dari harga sekitar Rp. 9.000,- per kilo menjadi Rp. 11.000,- per kilo ini sangat
mengancam keberadaan industri kecil dan menengah yang memproduksi makanan dan minuman yang melibatkan komponen gula sebagai bahan bakunya. Kenaikan ini
membuat industri makanan dan minuman berbahan baku gula harus mampu menghitung kembali harga jual yang tepat karena menjadi komponen utama
pemasaran perusahaan. E-YOCI sebagai salah satu unit usaha yang menggunakan gula sebagai bahan
baku produksinya turut merasakan dampak kenaikan harga gula ini. Biaya produksi perusahaan menjadi meningkat yang menyebabkan harga jual produk pun ikut
meningkat. Hal ini tentu berpengaruh negatif terhadap penjualan produk E-YOCI. Namun demikian kenaikan yang wajar ini coba disiasati dengan perbaikan-perbaikan
produk baik dari segi pelayanan maupun kualitas produk yang dihasilkan. Kenaikan harga bahan baku gula ini dirasakan menjadi sebuah ancaman yang akan terus
dihadapi perusahaan sepanjang isu pergerakan harga gula terus terjadi.
3. Faktor Alam
Faktor alam yang biasanya paling berpengaruh terhadap aktivitas pemasaran E-YOCI adalah cuaca. Musim penghujan yang tidak menentu dalam periode
pemasaran E-YOCI seringkali menjadi penghambat aktivitas distribusi produk dan penurunan jumlah permintaan produk. Namun demikian kondisi ini hampir dihadapi
oleh semua perusahaan sejenis dalam industri yoghurt karena menjadi satu kondisi yang relatif tidak dapat dihindari. Kelemahan E-YOCI yang sangat terkait dengan
faktor alam berupa musim penghujan yang tidak menentu ini adalah ketiadaan kendaraan distribusi yang memadai sehingga faktor alam ini menjadi penghambat
yang belum mampu diatasi oleh E-YOCI.
97
4. Faktor Teknologi
Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan. Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi keberadaan bahan baku,
produk, jasa, pasar, pesaing, pelanggan, distributor, proses produksi, termasuk pemasaran perusahaan. Perubahan teknologi dapat member peluang besar bagi
perusahaan untuk meningkatkan hasil, tujuan, atau sebaliknya dapat mengancam kedudukan perusahaan. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru yang
menghasilkan penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik, perubahan posisi biaya kompetitif dalam suatu industri dan membuat produk dan jasa saat ini menjadi
ketinggalan zaman. Perubahan teknologi dapat mengurangi hambatan biaya antar perusahaan,
menciptakan siklus produksi yang lebih pendek, menciptakan kekurangan dalam keterampilan teknis, serta menghasilkan perubahan dalam nilai-nilai dan harapan
karyawan, manajer, dan pelanggan. Kemajuan teknologi dalam perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif baru yang lebih baik dari keunggulan saat ini, hal
ini didukung dengan pengetahuan yang mendalam mengenai pengguanaan teknologi yang dipakai.
Teknologi merupakan salah satu fungsi yang memegang peranan penting dalam perlkembangan usaha E-YOCI. Perubahan teknologi yang terus mengalami
kemajuan menuntut E-YOCI untuk terus mengamati bahkan mengadopsi perkembangan teknologi tersebut dan melakukan berbagai inovasi agar dapat
bersaing dengan perusahaan lainnya. Teknologi di bidang transportasi, komunikasi dan produksi yang dapat memperlancar dan mempermudah kegiatan pemasaran dan
proses produksi merupakan sebuah peluang bagi perusahaan. Pemesanan produk dapat dilakukan tanpa harus datang ke lokasi usaha dan pengiriman dapat dilakukan
dengan sistem delivery order. Perkembangan teknologi e-market menjadi satu peluang yang telah dimanfaatkan E-YOCI dengan pembuatan website atau toko
online . Adanya teknologi yang lebih canggih yang digunakan oleh pesaing
menjadikan suatu ancaman bagi E-YOCI. Namun ada beberapa pesaing yang menggunakan kemajuan teknologi untuk meningkatkan pendapatan melalui rekayasa
98
protein dengan menambahkan melamin ke dalam produk sehingga dapat merusak citra yoghurt yang dipasarkan sehingga pengalaman konsumsi masyarakat terhadap
produk yoghurt yang tidak baik tersebut dapat mengancam proses pemasaran E- YOCI saat ini.
5. Faktor Politik
Keadaan politik dan hukum yang berlaku saat ini dapat mempengaruhi kegiatan operasional dan keberlangsungan usaha perusahaan. Peraturan-peraturan dan
kebijakan pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan usaha di industri pengolahan produk peternakan
seperti yoghurt. Selain dapat memudahkan perkembangan perusahaan kondisi politik dan hukum juga dapat menghambat perkembangan perusahaan sehingga dapat
menjadi faktor peluang dan ancaman bagi perusahaan. Salah satu variabel politik yang dapat digunakan untuk menganalisa keadaan
politik di suatu Negara adalah kebijakan-kebijakan atau peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah yang berhubungan dengan industri pengolahan susu. Salah
satu kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan industri pengolahan susu yaitu kebijakan tariff impor susu termasuk di dalamnya adalah yoghurt dalam negeri
sebagai makanan turunan susu. Pada tahun 1998 pemerintah Indonesia mengeluarkan tariff impor susu tentang Tarif Bea Masuk produk susu yang berkisar antara 5 persen
sampai dengan 20 persen sesuai dengan SK Menteri Keuangan No. 16KMK.0171998, akan tetapi pemerintah mengubah tingkat tariff impor sebesar 0
persen untuk bahan baku dan 5 persen untuk produk susu, dan pada tahun 2000 dikeluarkan kembali SK Menteri Keuangan No. 573 MK.012000 untuk tarif impor
produk susu sebesar 5 persen. Informasi terbaru mengenai tarif impor adalah terhitung mulai 13 Februari
2009. Peraturan Menteri Keuangan PMK No. 19PMK.0112009 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor Produk-Produk Tertentu. Dalam peraturan
tersebut ditetapkan bahwa tarif bea masuk untuk skim milk powder, full cream milk,
99
yoghurt, buttermilk , dan produk susu lainnya adalah 0 persen.
7
Hal tersebut dipertegas lagi dengan adanya kesepakatan perdagangan bebas antara ASEAN dan China yang
disebut ASEAN-China Free Trade Agreement ACFTA yang dimulai per 1 Januari 2010 yang sangat mengancam keberadaan industri nasional.
8
Namun selain kebijakan tarif impor pemerintah juga turut serta membuat suatu program hari minum susu
nasional, sehingga dapat memberikan peluang kepada industri susu dan produk turunannya untuk memasarkan lebih luas dan menarik pelanggan sebanyak-
banyaknya. Perubahan tarif impor produk susu dan olahannya yang pada awalnya sebesar
20 persen menjadi 0 persen menyebabkan perusahaan susu dan olahannya harus siap berhadapan dengan produk-produk luar negeri yang masuk ke dalam negeri. Harga
produk-produk impor yang lebih murah dan berkualitas mengharuskan perusahaan untuk mampu meningkatkan kualitas dan menekan harga jual untuk dapat terus
bersaing. Hal inilah yang kemudian menjadi ancaman bagi perkembangan dan pemasaran produk perusahaan dalam negeri.
Kebijakan pemerintah lainnya yang berkaitan dengan pengolahan makan dan minuman adalah tentang perlindungan konsumen dari produk pangan olahan yang
membahayakan kesehatan. Kebijakan pemerintah tersebut adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1999 tentang kewajiban pendaftaran
produk pangan olahan. Dalam PP No. 69 tahun 1999 dinyatakan semua produk makanan dan minuman yang akan dijual di wilayah Indonesia, baik produksi local
maupun impor harus didaftarkan dan mendapat nomor pendaftaran dari Badan POM sebelum beredar ke pasaran. Peraturan ini berlaku bagi semua produk pangan yang
dikemas dengan menggunakan label sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
___________________________
7 www.google.com.susu Indonesia vs susu impor 04 april 2009 [diakses 16 mei 2009]
8 http:berita.liputan6.commendalam201001258439ACFTA.Kado.Pahit.di.Awal.Tahun 11 Januari 2010
[diakses 27 Oktober 2010]
100
6. Faktor Budaya
Yoghurt tidak termasuk konsumsi utama masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari posisi susu atau yoghurt dibandingkan makanan pokok atau bahan pokok
yang lebih sering dikonsumsi oleh masyarakat. Akan tetapi pola konsumsi yang meningkat menunjukkan adanya kesadaran masyarakat dalam hal mengkonsumsi
yoghurt. Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan menghasilkan loyalitas konsumen sehingga merupakan peluang bagi industri yoghurt.
Adanya trend gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi minuman berbahan dasar alami akan berpengaruh terhadap perkembangan pemasaran usaha E-YOCI, dengan
demikian faktor budaya ini merupakan peluang bagi E-YOCI untuk mengembangkan pemasaran usahanya. Identifikasi peluang dan ancaman terlihat pada Tabel 18.
101
Tabel 18 . Faktor-faktor Peluang dan Ancaman Pemasaran E-YOCI Tahun 2010
Lingkungan Eksternal Peluang
Ancaman Eksternal Mikro
1. Perusahaan
- Memiliki posisi sebagai penantang pasar
- 2. Pemasok
- Ketersediaan pasokan bahan baku yang cukup.
- 3. Perantara Pemasaran
- Keterbatasan jangkauan
agen. 4. Pelanggan
- Loyalitas pelanggan yang rendah
5. Pesaing Persaingan a. Ancaman
Masuk Pendatang Baru
- Kemudahan mendirikan dan menjalankan usaha yoghurt.
b. Persaingan Sesama
Perusahaan dalam Industri - Keberadaan pesaing besar
- Persaingan bahan baku susu segar
c. Ancaman Produk
Pengganti Banyaknya produk substitusi
d. Kekuatan Tawar
Menawar Pembeli Banyaknya perusahaan sejenis
e. Kekuatan Tawar
Menawar Pemasok - Banyaknya jumlah pemasok
f. Pengaruh Kekuatan Stake Holder Lainnya
- Dukungan masyarakat
sekitar lokasi usaha. 6. Publik
- Sorotan media
terhadap perkembangan dunia usaha
- Pengetahuan konsumen
terhadap produk yang kurang baik.
Eksternal Makro 1. Demografi
- Potensi pasar dan permintaan produk yang meningkat
2. Ekonomi - Peningkatan
daya beli
masyarakat - Meningkatnya harga bahan
baku 3. Alam
- Musim penghujan yang tidak menentu
4. Teknologi - Perkembangan teknologi e-
market 5. Politik
- Dukungan pemerintah
terhadap perkembangan usaha kecil dan menengah
- Kebijakan tarif impor 0
persen 6. Budaya
- Perkembangan gaya hidup sehat
102
6.3 Perumusan Alternatif Strategi