Variabel Hubungan Atasan dan Bawahan

6.3.1 Variabel Hubungan Atasan dan Bawahan

Hubungan antara atasan dan bawahan merupakan hubungan dua arah, yaitu pimpinan sebagai atasan dengan karyawan sebagai bawahannya. Hubungan yang baik dan harmonis antara atasan dan bawahan akan menciptakan suasana kerja yang kondusif, koordinasi yang baik, dan suasana kerja yang komunikatif. Alhasil dari semua keadaan di atas akan menghasilkan satuan kerja yang optimal sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Interaksi yang terjadi tersebut harus berjalan dengan baik dan dapat berlangsung di dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan untuk bekerja optimal dan lebih baik. Hubungan yang erat antara atasan dan bawahan ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan dimana para pimpinan dapat mengkomunikasikan dengan baik kepada karyawan baik itu tentang peraturan-peraturan perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan, standar kerja karyawan hingga hal-hal lainnya yang perlu disampaikan kemudian dimengerti oleh karyawan. Selain itu karyawan dapat menyampaikan segala masukan baik berupa ide, kritik maupun keluhan karyawan kepada pimpinan atau atasan dengan terbuka, jujur, dan membangun. Karyawan pun dapat dengan terbuka menyampaikan kebutuhan-kebutuhan mereka dalam bekerja. Apabila kondisi demikian tercipta maka suasana kerja akan kondusif dan kemungkinan konflik dapat dihindari sehingga setiap karyawan dapat bekerja dengan optimal. Kedekatan hubungan antara atasan dan bawahan di dalam pekerjaan dapat diukur melalui penilaian karyawan berdasarkan intensitas atasan atau pimpinan dalam memberikan bimbingan kepada bawahan atau karyawan,perhatian terhadap ide dan saran yang berasal dari bawahan, dan pemberian pujian maupun kritik terhadap bawahan, Kedekatan atasan dan bawahan di luar pekerjaan dapat diukur melalui penilaian karyawan terhadap kedekatan atasan dan bawahan ketika di luar jam kerja dan pengetahuan atasan terhadap keluarga karyawan. Penilaian responden terhadap hubungan atasan dan bawahan dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Skor Penilaian Responden terhadap Hubungan Atasan - Bawahan No Indikator Karyawan tetap KT n=57 Karyawan lepas KL n=11 Median KTS 1 Intensitas bimbingan bekerja 217 39 3.83.8 2 Intensitas perhatian pada saran ide 186 33 3.33.2 3 Intensitas pujian terhadap prestasi karyawan 171 38 3.03.1 4 Kedekatan hubungan dengan atasan di luar pekerjaan 205 38 3.63.6 5 Pengetahuan atasan tentang kehidupan keluarga karyawan 164 29 2.92.8 Skor 943 177 3.33.3 Keterangan : n = 68 Seperti yang telah disajikan pada Tabel 14, bahwa penilaian responden secara umum masih di bawah kondisi “baik” skor 4 namun ada indikator yang menurut responden mendekati kondisi “baik” yaitu intensitas pemberian bimbingan atasan kepada karyawan dengan skor median 3.8 untuk karyawan tetap dan skor median 3.8 untuk seluruh karyawan . Hal ini dikarenakan atasan yang cukup sering berinteraksi dan berkomunikasi dalam masalah pekerjaan dengan karyawan. Atasan sering memantau kegiatan-kegiatan yang ada di dalam pabrik termasuk maju-mundurnya kinerja karyawannya. Atasan senantiasa memberikan bimbingan dalam bekerja kepada karyawan. Para karyawan juga merasa setiap bimbingan dan arahan dalam pekerjaan merupakan hal yang dapat meningkatkan motivasi karyawan. Penilaian responden terhadap pengetahuan atasan tentang kehidupan keluarga bawahan masih di bawah skor 3 kurang baik, yaitu skor median 2.9 untuk karyawan tetap dan 2.8 untuk seluruh karyawan, sehingga skor berada pada kondisi antara tidak baik dan kurang baik. Berdasarkan Tabel 14, dapat dikatakan bahwa umumnya karyawan menilai hubungan mereka dengan atasan termasuk kurang erat atau kurang baik. Secara jelas hal ini terlihat dari nilai median jawaban responden yaitu sebesar 3.3 untuk karyawan tetap dan 3.3 untuk seluruh karyawan. Hal ini dikarenakan beberapa responden merasa atasan kurang memberikan perhatian dan bimbingannya kepada karyawan, terutama beberapa karyawan yang menjadi responden yang letak operasional kerjanya tidak terlalu dekat dengan tempat atasan. Kurangnya atasan melihat langsung terhadap operasional mereka juga disebabkan oleh padatnya pekerjaan dan jadwal atasan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah kurangnya atasan berkomunikasi dengan bawahan terutama tentang masalah-masalah pribadi karyawan, karena jam kerja karyawan yang rata- rata 5-6 jam kerja sehingga karyawan lebih banyak konsentrasi pada pekerjaan operasional terutama karyawan-karyawan pengolahan yang dominan menjadi responden dalam penelitian ini. Adanya aturan tentang jam kerja menjadi tiga shift juga menjadi penyebab kurangnya interaksi dan komunikasi antara atasan dengan bawahan terutama karyawan shift tiga yang bekerja malam hari. Beberapa responden merasa krtik yang disampaikan terhadapa mereka terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan kesalahan yang telah mereka lakukan. Hal ini dapat menurunkan motivasi kerja karyawan atau setidaknya tidak dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan. Berdasarkan kondisi-kondisi di atas, sebaiknya atasan lebih meningkatkan baik itu bimbingan, perhatian, pujian dan kritik yang membangun dan tidak merusak, maupun kedekatannya dengan bawahan.

6.3.2 Variabel Hubungan Antar Sesama Rekan Kerja