pada siklus I sebesar 82,86; dan pada siklus II seluruh siswa 100 mencatat materi yang diberikan oleh guru.
C. Pembahasan
1. Peningkatan motivasi belajar siswa akibat penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT Hasil motivasi belajar siswa siklus I dibandingkan dengan keadaan
awal mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT. Semula rata-rata hasil
kuesioner yang dilakukan sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT adalah 67,80; setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT siklus I, rata-rata hasil kuesioner mengalami peningkatan menjadi
71,09. Hasil motivasi belajar siswa siklus I dibandingkan dengan target yang
ditetapkan sebesar 75 menunjukkan bahwa rata-rata motivasi belajar siswa dalam siklus I belum mencapai target yang diharapkan. Motivasi belajar
siswa dalam siklus I sebesar 71,09. Karena rata-rata motivasi belajar siswa belum mencapai target yang diharapkan, maka diperlukan tindak lanjut dari
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT yaitu siklus II.
Hasil rata-rata motivasi belajar siswa siklus II dibandingkan dengan siklus I mengalami peningkatan. Rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus
I sebesar 71,09; sedangkan rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus II
sebesar 78,53. Peningkatan rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus II merupakan akibat dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament TGT berjalan dengan lancar yang berdasarkan pada perbaikan siklus I. Guru mitra telah melaksanakan prosedur penelitian
dengan baik, mampu mengarahkan siswa untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT, dampaknya motivasi
belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran siklus II meningkat. Hasil rata-rata motivasi belajar siswa siklus II dibandingkan dengan
target yang ditetapkan sebesar 75 menunjukkan bahwa rata-rata motivasi belajar siswa dalam siklus II sudah mencapai target yang ditetapkan. Rata-
rata motivasi belajar siswa siklus II sebesar 78,53. Karena rata-rata motivasi belajar siswa siklus II sudah mencapai target yang diharapkan, maka dapat
dikatakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI
IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.
2. Peningkatan keaktifan belajar siswa akibat penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT Hasil observasi mengenai keaktifan siswa pada saat siklus I
dibandingkan dengan keadaan awal pra penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari seluruh komponen observasi keaktifan siswa. Komponen
siswa mengajukan pertanyaan kepada gurukelompok pada saat pra penelitian sebesar 17,65 dan saat siklus I sebesar 71,43; hasil ini
mengalami peningkatan sebesar 53,78. Siswa menjawab pertanyaan gurukelompok pada saat pra penelitian sebesar 67,65 dan saat siklus I
sebesar 100. Pada komponen ini siswa dituntut aktif untuk mengerjakan soal-soal yang disediakan, pada saat mengerjakan LKS, menjawab soal
games dan turnamen. Komponen siswa mengemukakanmenanggapi pendapat pada saat pra penelitian sebesar 11,76 dan saat siklus I sebesar
77,14. Siswa mengemukakan pendapat ketika guru menyampaikan materi dan ketika mengerjakan soal yang diberikan dalam kerja kelompok.
Komponen siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan pada waktu kerja kelompok pada saat pra penelitian sebesar 47,06 dan pada saat siklus I
sebesar 85,71; hasil ini mengalami peningkatan sebesar 38,65. Pada siklus I siswa merasa tertantang untuk mengerjakan soal yang diberikan
dengan waktu 15 menit, walaupun belum semua siswa ikut ambil bagian dalam pengerjaan soal tetapi sebagian besar siswa sudah memiliki rasa
tanggung jawab demi keberhasilan kelompoknya. Komponen siswa mendiskusikan jawaban yang telah ditulis pada lembar jawaban pada pra
penelitian sebesar 26,47 dan pada saat siklus I 68,57; hal ini mengalami peningkatan sebesar 42,10 dan belum semua siswa mempunyai kesadaran
untuk mendiskusikan kembali jawaban yang telah ditulis pada lembar jawab sebelum dikumpulkan kembali kepada guru. Untuk komponen siswa
mencatat materi yang diberikan guru pada pra penelitian sebesar 67,65 dan pada saat siklus I sebesar 82,86; komponen ini mengalami peningkatan
sebesar 15,21. Pada komponen ini siswa merasa membutuhkan materi
yang diberikan oleh guru dan tidak semua materi dijelaskan di dalam buku paket.
Observasi keaktifan siswa pada saat siklus I dibandingkan dengan target yang diharapkan sebesar 75 menunjukan ada 2 komponen yang belum
mencapai target yang ditetapkan. Komponen tersebut adalah siswa mengajukan pertanyaan kepada gurukelompok mengenai materi yang
diajarkan sebesar 71,43 dan siswa mendiskusikan jawaban yang telah ditulis pada lembar jawaban yang telah ditulis pada lembar jawaban sebesar
68,57. Untuk 4 komponen lainnya sudah mencapai target yang ditetapkan, diantaranya siswa menjawab pertanyaan gurukelompok sebesar 100,
siswa mengemukakanmenanggapi pendapat sebesar 77,14; siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan pada waktu kerja kelompok sebesar
85,71; dan siswa mencatat materi yang diberikan oleh guru sebesar 82,86. Karena masih ada 2 komponen yang belum mencapai target yang
diharapkan maka diperlukan tindak lanjut penerapan model pembelajaran yaitu siklus II.
Hasil observasi keaktifan siswa pada siklus II dibandingkan dengan siklus I menunjukkan bahwa masing-masing komponen mengalami
peningkatan. Pada komponen siswa mengajukan pertanyaan kepada guru maupun kelompok mengenai materi yang diajarkan pada siklus I 71,43
kemudian pada siklus II meningkat menjadi 80. Hal ini dikarenakan materi yang dipelajari termasuk materi yang sulit sehingga siswa yang
merasa belum mengerti mengenai materi pelajaran akan bertanya kepada
guru maupun teman satu kelompok yang sudah memahami. Komponen siswa menjawab pertanyaan gurukelompok pada siklus I dan siklus II sudah
mencapai 100, hal ini dikarenakan siswa dituntut untuk aktif menjawab pertanyaan. Misalnya saja pada saat mengerjakan LKS dan pada saat games
dan turnamen. Untuk komponen mengemukakanmenanggapi pendapat pada siklus I sebesar 77,14 dan pada siklus II sebesar 86,67. Pada siklus II,
siswa lebih terlihat antusias dalam menyampaikan pendapatnya masing- masing. Komponen siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan pada
waktu kerja kelompok saat siklus I sebesar 85,71 dan pada siklus II sebesar 100. Hasil ini mengalami peningkatan sebesar 14,29; pada siklus
I belum semua siswa ikut ambil bagian dalam mengerjakan soal latihan, hanya mengandalkan temannya saja. Pada siklus II, siswa memiliki
kesadaran diri untuk ambil bagian dalam mengerjakan soal karena mereka ingin kelompok mereka mendapat gelar juara. Komponen siswa yang
mendiskusikan jawaban yang telah ditulis pada lembar jawab pada siklus I sebesar 68,57 dan pada siklus II sebesar 83,33; hal ini mengalami
peningkatan sebesar 14,76. Pada siklus I materi yang diberikan berupa teori, sehingga siswa merasa kalau jawaban yang mereka tulis sudah benar.
Sedangkan pada siklus II materi yang dikerjakan adalah hitungan, sehingga siswa harus lebih teliti dalam mengerjakan karena dalam perhitungan pajak
terdapat langkah-langkah yang panjang, jadi siswa perlu mendiskusikan ulang jawaban yang ditulis. Untuk komponen siswa mencatat materi yang
diberikan oleh guru pada siklus I sebesar 82,86 dan pada siklus II sebesar
100. Pada siklus I, ada siswa yang hanya meminjam catatan temannya karena menurut mereka mempelajari teori lebih mudah daripada
mempelajari hitungan. Sedangkan pada siklus II, seluruh siswa mencatat apa yang telah dijelaskan oleh guru karena materi yang diberikan cukup rumit
sehingga siswa harus mengikuti dari awal proses pembelajaran dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Observasi keaktifan siswa pada saat siklus II dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebesar 75 menunjukkan bahwa seluruh komponen
observasi keaktifan siswa telah mencapai target yang ditetapkan. Untuk komponen siswa mengajukan pertanyaan kepada gurukelompok mengenai
materi yang dipelajari sebesar 80, komponen siswa menjawab pertanyaan gurukelompok sebesar 100, komponen siswa mengemukakanmenanggapi
pendapat sebesar 86,67; komponen siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan pada waktu kerja kelompok sebesar 100, komponen siswa
mendiskusikan jawaban yang telah ditulis pada lembar jawab sebesar 83,33; dan komponen siswa mencatat materi yang diberikan oleh guru
sebesar 100. Karena hasil observasi keaktifan siswa siklus II sudah mencapai target yang diharapkan, maka dapat dikatakan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT berhasil meningkatkan keaktifan siswa kelas XI IPS 2 SMA St. Louis IX Sedayu.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT dapat meningkatkan motivasi belajar
dan keaktifan siswa kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
khususnya mata pelajaran ekonomi pokok bahasan kebijakan fiskal, sehingga hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang mengatakan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan keaktifan siswa, dimana keaktifan siswa tersebut berasal dari motivasi siswa untuk
menguasai materi-materi akademik. Penelitian tersebut dilakukan oleh Slavin 1977 dan Janke 1978.
134
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN