Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran ekonomi : penelitian dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.
viii ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Penelitian Dilakukan di Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
Sesilia Susanti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran ekonomi pada pokok bahasan kebijakan fiskal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, lembar observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa tersebut tampak dari kuesioner sebelum penelitian dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada saat sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT rata-rata kuesioner 67,80; sedangkan rata-rata kuesioner pada saat siklus I naik menjadi 71,09 dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 78,53. Peningkatan motivasi belajar ini telah melebihi target yang ditetapkan sebesar 75. Peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat dari hasil observasi keaktifan siswa yang terdiri dari 6 komponen. Dari keseluruhan komponen tersebut sudah mencapai target yang diharapkan sebesar 75%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran Ekonomi dalam penelitian ini sudah dapat meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.
(2)
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TO IMPROVE
STUDENT’S MOTIVATION AND STUDENT’S PARTICIPATION IN LEARNING ECONOMICS
The Research Was Conducted in the Eleventh Grade of Social 2 Students of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School
Sesilia Susanti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
The research aims to know the increase of learning motivation and students partitcipation in studying economics in the topic fiscal policy through the implemetation of cooperative learning model type Teams Games Tournament (TGT).
This research was conducted on the eleventh grade of social 2 of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School. The main components of cooperative learning TGT type were material presentation, groups sharing, games, tournament, and the appreciation to the group. The implementation of this classroom action research was done in two cycles which consisted of four stages, i.e planning, action, observation, and reflection. The data were collected by using teachers’ observation sheet activities, observation of student activity, observation sheets of classroom activities, observation sheets of the teachers’ activities in the teaching-learning process, the instruments of the class observation, observation sheets and learning activities of students in a group, observation of student participation in the learning process and an instrument of reflection. The data obtained were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.
Based on the analysis, the result of the research can be concluded as follows: the implementation of the cooperative learning model type TGT can improve learning motivation and students’ partitcipation. It can be seen from the questionnaire of pre-study and questionnaire after implementation of cooperative learning model type TGT. At the time before the mplementation of cooperative learning model type average questionnaire TGT is 67,80; while the average questionnaire during the first cycle and increased to 71,09 on the second cycle increased to 78,53. Increased motivation has exceeded the target set at 75. Increased students’ partisipation can be seen from the observation of student activity that consists of 6 components. All components have reached their intended target by 75%. This shows that the implementation of cooperative learning model type TGT on Economic subjects in this study was to improve motivation and activity of the eleventh grade of social 2 of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School.
(3)
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
DAN KEAKTIFAN SISWA
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Penelitian Dilakukan di Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
SESILIA SUSANTI NIM : 081334012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
(4)
(5)
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan Santo Yosef.
Ayahku Antonius Samijo S. Pd SD
(Alm) Ibuku Bernadeta Ngatijah
Adikku Brigita Dwi Astuti
Keluarga Besar Towinangun dan Jowinangun
Mas’ku Mr. Bod
(7)
v
MOTTO
Tuhan tak’kan terlambat !
Tuhan juga tak akan lebih cepat
Semua.... Dia jadikan indah TEPAT pada waktuNya.
Serahkanlah kekhawatiranmu kepada TUHAN, maka Ia
akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya
dibiarkan-Nya orang benar itu goyah. Mazmur 55:22 (23)
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)
(8)
(9)
(10)
viii ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Penelitian Dilakukan di Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
Sesilia Susanti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran ekonomi pada pokok bahasan kebijakan fiskal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, lembar observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa tersebut tampak dari kuesioner sebelum penelitian dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada saat sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT rata-rata kuesioner 67,80; sedangkan rata-rata kuesioner pada saat siklus I naik menjadi 71,09 dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 78,53. Peningkatan motivasi belajar ini telah melebihi target yang ditetapkan sebesar 75. Peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat dari hasil observasi keaktifan siswa yang terdiri dari 6 komponen. Dari keseluruhan komponen tersebut sudah mencapai target yang diharapkan sebesar 75%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran Ekonomi dalam penelitian ini sudah dapat meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.
(11)
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TO IMPROVE
STUDENT’S MOTIVATION AND STUDENT’S PARTICIPATION IN LEARNING ECONOMICS
The Research Was Conducted in the Eleventh Grade of Social 2 Students of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School
Sesilia Susanti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
The research aims to know the increase of learning motivation and students partitcipation in studying economics in the topic fiscal policy through the implemetation of cooperative learning model type Teams Games Tournament (TGT).
This research was conducted on the eleventh grade of social 2 of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School. The main components of cooperative learning TGT type were material presentation, groups sharing, games, tournament, and the appreciation to the group. The implementation of this classroom action research was done in two cycles which consisted of four stages, i.e planning, action, observation, and reflection. The data were collected by using teachers’ observation sheet activities, observation of student activity, observation sheets of classroom activities, observation sheets of the teachers’ activities in the teaching-learning process, the instruments of the class observation, observation sheets and learning activities of students in a group, observation of student participation in the learning process and an instrument of reflection. The data obtained were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.
Based on the analysis, the result of the research can be concluded as follows: the implementation of the cooperative learning model type TGT can improve learning motivation and students’ partitcipation. It can be seen from the questionnaire of pre-study and questionnaire after implementation of cooperative learning model type TGT. At the time before the mplementation of cooperative learning model type average questionnaire TGT is 67,80; while the average questionnaire during the first cycle and increased to 71,09 on the second cycle increased to 78,53. Increased motivation has exceeded the target set at 75. Increased students’ partisipation can be seen from the observation of student activity that consists of 6 components. All components have reached their intended target by 75%. This shows that the implementation of cooperative learning model type TGT on Economic subjects in this study was to improve motivation and activity of the eleventh grade of social 2 of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kasih atas segala kasih-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsui yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Keaktifan Siswa Pada Pelajaran Ekonomi.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan, doa, dan semangat yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E, M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Laurentius Saptono, S. Pd, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi.
4. Ibu Cornelio Purwantini, S. Pd, M. SA, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar mendampingi, meluangkan waktu, memberi saran, kritik, dan nasehat untuk pembuatan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S. E., M. Si, selaku dosen penguji. Terimakasih atas saran dan kritik yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.
(13)
xi
6. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S. Pd, M. Pd, selaku dosen penguji. Terimakasih atas saran dan kritik yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi serta para staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan pelayanan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
8. Br. Agustinus Mujiya, S. Pd., FIC, selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu, terimakasih atas ijin yang telah diberikan untuk melakukan penelitian.
9. Bapak Drs. Al. Candra Widyantara, selaku guru patner dalam penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu membantu penelitian dari awal hinggga akhir.
10. Siswa-siswi kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu, terimakasih atas kerja samanya.
11. Ayahku Antonius Samijo S. Pd dan (Alm) Ibu Bernadeta Ngatijah yang telah memberikan doa, dukungan, kasih sayang dan bantuan tiada henti kepada penulis. Semoga Berkat Tuhan selalu menyertai bapak, dan Tuhan memberikan tempat terindah untuk “mak’e” di surga.“Nok’e lulus!!”
12. Adikku Brigita Dwi Astuti yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk mengerjakan skripsi dan revisi-revisinya. “Jem, mbak wis lulus . . Sinau sik sregep ya, ben iso lulus tepat waktu. . Ora gawe susah bapak terus”.
(14)
xii
13. Keluarga Besar Towinangun dan Jowinangun, terimakasih atas doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis.
14. Stevanus Denny Kris Riyantaka S.T, terimakasih untuk dukungan, semangat dan kasih sayangmu selama 4,5 tahun ini. Tuhan memberkati .
15. Mas’ku Tarsisius Budi Prasetya, terimakasih untuk doa, semangat, dan dukungan yang selalu diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi. “Senthul lulus mas!!”
16. Teman-teman seperjuangan: Monic, Titik, Rista, Sari, Sr. Bernand, Ester, dan Riris. Terimakasih atas kebersamaannya.
17. Teman-temanku : Titik, Monic, Tika, Djito “Ngatijo”, Siska “Nciz”, Ndhembix Cs. “Aku lulus cah, nuwun atas kebersamaan dan pengalaman-pengalamannya selama kita kuliah, sukses buat kita semua”.
18. Ignatius Erdha Atung Yudha, terimakasih “cyint” untuk kesetiaanmu selama kita kuliah, siap siaga menemaniku kemana saja.
19. Teman-teman yang telah membantu penelitian : Ninda, Oteph, Bayu “Biksu”, Erdha, Monic, Titik, Dita “Pemat”, Wawan “Om”, Hasto, Gundul, dan Yudha’09. Terimakasih teman.
20. Seluruh personil “ACTION’08” , terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
21. Penghuni “UBSD” (Om Tarno, Bu Mia, mbak Rohmi, dan Tante Vari), terimakasih sudah mendengarkan keluh kesahku selama kuliah, terimakasih juga sudah mau menampungku ketika menunggu jam kuliah.
(15)
(16)
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
(17)
xv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 7
B. Model dan Tahapan Pelaksanaan PTK ... 10
C. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 11
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 15
E. Motivasi Belajar ... 20
F. Keaktifan Siswa ... 23
G. Mata Pelajaran Ekonomi ... 25
H. Kerangka Berfikir ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 29
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 30
D. Prosedur Penelitian ... 30
E. Definisi Operasional Variabel ... 37
F. Pengukuran Variabel Motivasi Belajar ... 37
G. Uji Kuesioner ... 39
H. Instrumen Penelitian ... 42
I. Teknik Pengumpulan Data ... 43
(18)
xvi
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 47
A. Sejarah Berdiri SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 47
B. Tujuan, Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 49
C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 51
D. Organisasi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 54
E. Sumber Daya Manusia SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu... 64
F. Siswa SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 66
G. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 67
H. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 70
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 73
A. Deskripsi Penelitian ... 73
1. Observasi pra penelitian ... 74
a. Observasi guru ... 75
b. Observasi kelas ... 77
c. Observasi siswa ... 79
2. Siklus pertama ... 82
a. Perencanaan ... 82
b. Tindakan ... 84
c. Observasi ... 87
(19)
xvii
3. Siklus kedua ... 102
a. Perencanaan ... 102
b. Tindakan ... 104
c. Observasi ... 107
d. Refleksi ... 112
B. Analisis Komparatif Tingkat Motivasi dan Keaktifan Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 117
C. Pembahasan ... 127
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 134
A. Kesimpulan ... 134
B. Keterbatasan Penelitian ... 135
C. Saran ... 135
DAFTAR PUSTAKA ... 137
(20)
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasional Variabel Motivasi Belajar ... 37
Tabel 3.2 Skor Variabel Motivasi Belajar ... 38
Tabel 3.3 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 39
Tabel 3.4 Kesimpulan Hasil Pengujian Validitas Motivasi Belajar ... 41
Tabel 3.5 Kesimpulan Hasil Pengujian Reliabilitas Motivasi Belajar ... 42
Tabel 4.1 Daftar Kepala Sekolah yang Pernah Bertugas ... 48
Tabel 4.2 Struktur Organisasi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 64
Tabel 4.3 Daftar Siswa-siswi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66
Tabel 4.4 Daftar Siswa-siswi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Berdasarkan Agama Siswa ... 67
Tabel 5.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Sebelum TGT ... 76
Tabel 5.2 Instrumen Pengamatan Kelas Sebelum TGT ... 78
Tabel 5.3 Hasil Observasi Keaktifan atau Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Pra Penelitian) ... 80
Tabel 5.4 Aktivitas Guru pada Siklus I ... 87
Tabel 5.5 Instrumen Pengamatan Kelas Siklus I ... 90
Tabel 5.6 Observasi Kegiatan Belajar Siswa Dalam Kelompok (Secara Umum) Siklus I ... 92
Tabel 5.7 Hasil Observasi Keaktifan atau Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I ... 92 Tabel 5.8 Instrumen Refleksi Guru Mitra terhadap Komponen Pembelajaran
(21)
xix
Model TGT Siklus I ... 96 Tabel 5.9 Instrumen Refleksi Siswa terhadap Komponen Pembelajaran
Model TGT Siklus I ... 98 Tabel 5.10 Aktivitas Guru pada Siklus II ... 107 Tabel 5.11 Instrumen Pengamatan Kelas Siklus II ... 109 Tabel 5.12 Observasi Kegiatan Belajar Siswa Dalam Kelompok (Secara Umum)
Siklus II ... 111 Tabel 5.13 Instrumen Refleksi Guru Mitra terhadap Komponen Pembelajaran
Model TGT Siklus II ... 112 Tabel 5.14 Instrumen Refleksi Siswa terhadap Komponen Pembelajaran
Model TGT Siklus II ... 113 Tabel 5.15 Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan TGT dan Sesudah
Penerapan TGT (Siklus I) ... 117 Tabel 5.16 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penelitian di Kelas
XI IPS 2 ... 120 Tabel 5.17 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sesudah Siklus I di Kelas
XI IPS 2 ... 121 Tabel 5.18 Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan TGT, Siklus I dan
Siklus II... 122 Tabel 5.19 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sesudah Siklus II di Kelas
XI IPS 2 ... 124 Tabel 5.20 Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan Siswa atau Keterlibatan
(22)
xx
Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Pra Penelitian,
(23)
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model dan Tahap PTK ... 11 Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 63
(24)
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Kegiatan Guru (Instrumen Rencana) ... 141 Lampiran 1a Lembar Observasi Kegiatan Guru (Pra Penelitian) ... 160 Lampiran 1b Lembar Observasi Kegiatan Guru (Siklus I) ... 165 Lampiran 1c Lembar Observasi Kegiatan Guru (Siklus II) ... 212 Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Instrumen Rencana) ... 142 Lampiran 2a Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Pra Penelitian) ... 161 Lampiran 2b Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Siklus I) ... 167 Lampiran 2c Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Siklus II) ... 214 Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Instrumen Rencana) ... 143 Lampiran 3a Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Pra Penelitian) ... 162 Lampiran 3b Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Siklus I) ... 169 Lampiran 3c Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Siklus II) ... 216 Lampiran 4 Lembar Observasi Kegiatan Guru Saat Pembelajaran TGT ... 144 Lampiran 4a Lembar Observasi Kegiatan Guru (Siklus I) ... 171 Lampiran 4b Lembar Observasi Kegiatan Guru (Siklus II) ... 218 Lampiran 5 Instrumen Pengamatan Kelas Saat Penerapan TGT ... 146 Lampiran 5a Instrumen Pengamatan Kelas Saat Penerapan TGT (Siklus I) ... 173 Lampiran 5b Instrumen Pengamatan Kelas Saat Penerapan TGT (Siklus II) .. 220 Lampiran 6 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Kelompok ... 148 Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Kelompok (Siklus I) 175 Lampiran 6b Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Kelompok (Siklus II) 222
(25)
xxiii
Lampiran 7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Pembelajaran dan Metode TGT (Instrumen Rencana) ... 149 Lampiran 7a Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Pembelajaran dan Metode
TGT (Siklus I) ... 176 Lampiran 7b Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Pembelajaran dan Metode
TGT (Siklus II) ... 223 Lampiran 8 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan
Metode TGT (Instrumen Rencana) ... 150 Lampiran 8a Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan
Metode TGT (Siklus I) ... 177 Lampiran 8b Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan
Metode TGT (Siklus II) ... 224 Lampiran 9a Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Penerapan TGT ... 152 Lampiran 9b Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Penerapan TGT ... 155 Lampiran 10 Lembar Observasi Keaktifan atau Keterlibatan Siswa dalam Proses
Pembelajaran (Instrumen Rencana) ... 158 Lampiran 10a Lembar Observasi Keaktifan atau Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Pra Penelitian) ... 163 Lampiran 10b Lembar Observasi Keaktifan atau Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Siklus I) ... 179 Lampiran 10c Lembar Observasi Keaktifan atau Keterlibatan Siswa dalam Proses
Pembelajaran (Siklus II) ... 226 Lampiran 11a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I) ... 180
(26)
xxiv
Lampiran 11b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II) ... 227 Lampiran 12a Lembar Kerja Siswa (Siklus I) ... 193 Lampiran 12b Lembar Kerja Siswa (Siklus II) ... 245 Lampiran 13a Format Penilaian Kelompok (Siklus I) ... 200 Lampiran 13b Format Penilaian Kelompok (Siklus II) ... 259 Lampiran 14 Peraturan Games Make a Match ... 201 Lampiran 15 Prosedur Games Make a Match ... 202 Lampiran 16 Peraturan Tournament ... 203 Lampiran 17 Prosedur Tournament ... 204 Lampiran 18 Skenario Pembelajaran ... 205 Lampiran 19 Pembagian Kelompok ... 207 Lampiran 20 Wawancara Terhadap Guru Mata Pelajaran ... 208 Lampiran 21 Wawancara Terhadap Siswa ... 209 Lampiran 22 Hasil Hitungan PAP II ... 210 Lampiran 23 Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 260
(27)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam proses pembelajaran diperlukan adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Guru merupakan kunci utama dalam keberhasilan proses pembelajaran, oleh karena itu guru dituntut selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran untuk memanfaatkan media, pengelolaan kelas, dan menggunakan metode pembelajaran yang baik.
Menurut Dwitagama (2009). Tersedia:
http://www.teknologipendidikan.net/wp.content/uploads/2011/02/Kompetensi
Guru.pdf ( diaskses 30 Agustus 2012) keterampilan guru dalam pemilihan serta penggunaan metode masuk dalam salah satu kompetensi yang disyaratkan bagi guru yaitu kompetensi pedagogis, yang meliputi perancangan pembelajaran, pemanfaatan teknologi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan lain-lain. Diharapkan dengan pemanfaatan media serta penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa di dalam kelas ketika mengikuti proses belajar mengajar yang akan berdampak juga dengan meningkatnya hasil belajar siswa.
Menurut Uno (2007), faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri siswa, diantaranya kemampuan siswa, cara
(28)
belajar, kebiasaan, dan rasa percaya diri. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri siswa, seperti guru sebagai pembina belajar, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan sekitar. Dari pernyataan tersebut, guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar dan mendorong siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
Dalam observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 31 Agustus 2012 di kelas XI IPS 2 SMA PL St. Louis IX Sedayu, menunjukkan bahwa guru dalam menyampaikan pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan metode ceramah yang diselingi dengan tanya jawab kemudian di dalam mengerjakan tugas, guru menggunakan metode diskusi yang dilakukan secara klasikal. Secara umum siswa memperhatikan penjelasan guru, mencatat, dan ada juga siswa yang mengobrol dengan temannya sendiri, sehingga siswa terkesan menjadi kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran karena hanya mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat. Dari hasil observasi, menunjukkan bahwa penggunaan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi klasikal dalam proses pembelajaran dirasa belum efektif. Hal tersebut dikarenakan hanya guru yang berbicara sedangkan siswa hanya mendengarkan, menjawab apa yang ditanyakan oleh guru dan mencatat. Dari observasi tersebut dapat dikatakan siswa menjadi kurang termotivasi di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat kurang aktifnya siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran.
(29)
Ada berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk mendukung keberhasilan proses pembelajaran, dimana model pembelajaran tersebut tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi juga memberi kemudahan belajar untuk seluruh siswa agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, penuh semangat sehingga tumbuh motivasi siswa untuk belajar. Dengan adanya motivasi belajar yang baik diharapkan dapat membangkitkan semangat siswa untuk lebih aktif ketika mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Menurut Slavin (1995:84), bentuk pembelajaran kooperatif yang pertama dan cukup menarik untuk digunakan adalah metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT). Metode pembelajaran ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang relatif mudah untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam suatu kelas. Pembelajaran tipe ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa membedakan status, peran siswa sebagai tutor sebaya dan di dalamnya mengandung unsur permainan yang sangat menyenangkan. Dengan penerapan metode TGT ini, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar, meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa pun meningkat. Model pembelajaran ini pada dasarnya merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen (tinggi, rendah, sedang).
(30)
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa di kelas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi”, yang akan dilakukan pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan keaktifan siswa ?
C. Batasan Masalah
Penerapan model pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan berbagai tipe, diantaranya tipe Student Team Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Team Accelerated Instruction (TAI), dan Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
(31)
Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan belajar siswa terhadap mata pelajaran ekonomi.
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang dikemukakan maka dapat dirumuskan tujuan penelitian yang akan dicapai sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe TGT.
2. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan keaktifan siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti berikutnya berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran di lapangan.
2. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diharapkan dapat memberikan masukan untuk para guru supaya lebih kreatif dalam menerapkan model-model pembelajaran di kelas sehingga kegiatan belajar mengajar di dalam kelas tidak membosankan.
3. Bagi Siswa
Dengan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peserta didik untuk meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar.
(32)
4. Bagi Peneliti
Peneliti mempunyai kesempatan untuk belajar menganalisis suatu masalah yang terjadi dalam kelas dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa.
(33)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.
Arikunto (2008:2-3) menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata yang tergabung di dalamnya, yakni : penelitian, tindakan, kelas, dengan paparan sebagai berikut :
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama pula.
Sementara menurut Susilo (2007:16), PTK merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti atau guru di tempat di mana dia mengajar, dengan menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam suatu kegiatan pembelajaran.
(34)
Sedangkan menurut Kusumah, dkk (2009:9):
PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan berpartisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Dari beberapa pengertian PTK di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa PTK merupakan implementasi dari kreativitas dan sikap kritis guru terhadap apa yang sehari-hari diamatinya dan pengalaman yang berhubungan dengan profesinya untuk menghasilkan suatu kualitas pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya sehingga mencapai hasil yang optimal. Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
2. Prinsip Dasar PTK
Menurut Kusumah (2009:17), PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya:
a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.
b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan ikut meyakinkan.
d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.
e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.
(35)
f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).
3. Tahap Pelaksanaan PTK
Dalam praktiknya, menurut Kusumah (2009:25), PTK adalah tindakan yang bermakna melalui prosedur penelitian yang mencakup empat tahapan yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita. Kegiatan perencanaan mencakup: identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan untuk tindakan atau aksi sebagai pemecahan masalah b. Tindakan (Acting)
Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan atau acting dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya
c. Pengamatan (Observing)
Selanjutnya diadakan pengamatan atau observing yang diteliti terhadap proses pelaksanaannya.
d. Refleksi (Reflecting)
Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi atau reflecting dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.
4. Tujuan PTK
Menurut Susilo (2007:17), tujuan PTK dilakukan adalah sebagai berikut: a. Tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas
proses pembelajaran di kelas.
b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta didik dan konteks pembelajaran di kelas.
c. Mendapatkan pengalaman tentang ketrampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru. d. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalah aktual yang dihadapi sehari-hari.
(36)
e. Adapun tujuan penyerta PTK yang dapat dicapai adalah terjadinya proses pelatihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.
5. Manfaat PTK
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya PTK yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran, antara lain (Susilo, 2007:18):
a. Inovasi pembelajaran
b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik
d. Akan terciptanya peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru
e. Karya tulis ilmiah semakin di perlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.
B. Model dan Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dalam melaksanakan PTK, dibutuhkan tahapan. Tahapan yang digunakan haruslah sesuai pedoman yang ada dalam petunjuk pelaksanaan PTK. Menurut Kusumah (2009) tahapan PTK dapat dibuat sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning): Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita;
b. Tindakan (acting): Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya; c. Pengamatan (observing): Selanjutnya diadakan pengamatan
(37)
d. Refleksi (reflecting): Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi (reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi di dalam kelasnya.
Model dan Tahap PTK
Gambar 2.1 Model PTK Kurt Lewin hasil modifikasi.
C. Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Leaning)
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan segala sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Made Wina (Lie, 2009:189-190) mengungkapkan:
Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Hal utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Menurut Slavin (Trianto, 2009:57), belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua
Siklus I Perencanaan
Refleksi Tindakan
(38)
anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang diungkapkan Ibrahim, dkk (2006:7-8) sebagai berikut:
a. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.
c. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. 3. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Manfaat-manfaat dari pembelajaran kooperatif menurut Widanarto (2006:17) adalah:
a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap
dan perilaku selama bekerjasama
c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan perilaku positif sehingga siswa tahu kedudukannya dan belajar untuk menghargai satu sama lain.
d. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik sehingga membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
4. Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger, dkk (Lie, 2002:31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang
(39)
maksimal, lima unsur pembelajaran gotong royong harus diterapkan, diantaranya:
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok bisa menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
d. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut.
(40)
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. 5. Tipe Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif yang diantaranya adalah (Slavin, 2010:11-25):
a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.
b. Teams Games Tournaments (TGT)
Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
c. Jigsaw
Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang
(41)
sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
d. Learning Together
Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.
e. Group Investigation
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.
D. Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament ( TGT) 1. Pengertian Teams Games Tournament (TGT)
Metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mudah untuk diterapkan, hal ini karena melibatkan semua siswa di dalam kelas. Seperti yang kita ketahui di dalam suatu kelas pasti akan ada banyak perbedaan baik itu masalah ras, agama, jenis kelamin, tingkat kepandaian dan lain – lainnya. Dan perbedaan tersebut kadang kala
(42)
juga mampu menimbulkan masalah di kelas. Namun dalam metode TGT masalah ini dapat diminimalisir.
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan (Slavin, 2010).
Dalam TGT siswa diminta untuk bekerja di dalam kelompok, di mana kelompoknya terdiri dari berbagai unsur yang berbeda sehingga masalah-masalah yang disebabkan karena adanya perbedaan dapat diatasi. Dalam model TGT ini siswa juga diharapkan mampu untuk melatih tanggung jawab, kerja sama dan persaingan yang sehat.
Lima komponen utama dalam TGT yaitu (Slavin, 2010): a. Penyajian Kelas
Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan diawali guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini dapat dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau metode yang lainnya. Yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar – benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.
b. Kelompok (team)
Di dalam kegiatan kelompok masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pembelajaran tersebut. Sebelum kegiatan belajar kelompok dimulai, guru terlebih dahulu menjelaskan beberapa sikap yang harus diperhatikan siswa agar kerja sama dalam kelompok berjalan dengan lancar. Pada saat diskusi berlangsung, seluruh anggota sebaiknya berbicara dengan
(43)
suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara bersama-sama, jika ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau tournament.
c. Permainan
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Games dapat berisi pertanyaan–pertanyaan bernomor yang dirancang oleh guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah satu pertanyaan bernomor dan menjawabnya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan teman di dalam kelompoknya tidak diperkenankan untuk membantu anggota kelompok yang sedang mengerjakan. Jawaban siswa yang benar akan dikumpulkan untuk tournament mingguan.
d. Turnamen (Tournament)
Turnamen biasanya dilakukan pada akhir materi pembelajaran yang sedang dibahas dan setelah siswa melakukan belajar dalam kelompok. Turnamen ini berfungsi untuk mengetahui kelompok mana yang bisa mendapatkan nilai yang terbaik. Turnamen merupakan suatu pertandingan antar anggota-anggota yang berbeda. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari tes sebelumnya. Kegiatan ini berlangsung sebagai berikut: para siswa yang berada di meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu (pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah disepakati bersama) dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila ada siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan
(44)
bisa dilempar ke teman yang lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang menjawab dengan benar berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok. e. Penghargaan Kelompok
Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam turnamen, dan masing–masing team akan mendapatkan sertifikat atau skor apabila memenuhi standar yang ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya. Yang harus ditekankan dalam pemberian penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan tersebut adalah untuk memotivasi belajar siswa agar prestasi belajarnya dapat meningkat.
2. Kelebihan Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Slavin (2008) beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian hasil belajar siswa mengemukakan keunggulan dan kelemahan TGT. Tersedia: http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/ ( diaskses 16 Juli 2012) sebagai berikut:
a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
c. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
(45)
d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit) e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi
menggunakan waktu yang lebih banyak.
f. TGT meningkatkan kehadiran siswa yang mengalami gangguan emosional di sekolah, misalnya siswa yang pernah menerima skors dari guru karena kesalahan yang diperbuat oleh siswa sendiri.
3. Kelemahan Teams Games Tournament (TGT)
Sedangkan kelemahan Teams Games Tournament (TGT) dikatakan oleh Sujana (2011). Tersedia: http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/ (diaskses16 Juli 2012) adalah:
a. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
b. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing
(46)
dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
E. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi
Menurut Uno (2007:1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Winkel (Uno, 2007:3) yang menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak atau kekuatan yang mendorong seorang siswa untuk belajar.
2. Klasifikasi Motivasi
Menurut Uno (2007:4) dilihat dari sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Motif Intrinsik
Motif intriksik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhan. Motif intrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran
(47)
akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.
b. Motif Ekstrinsik
Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain (Uno, 2007:4) :
1) Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya maupun keyakinannya.
2) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya.
3) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademis.
4) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya. 5) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada
profesinya sebagai pendidik.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Uno, 2007:10) :
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
(48)
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.
3. Peranan Motivasi Belajar
Menurut Uno (2007:27), ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain :
a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.
c. Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha memperlajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
4. Teknik-teknik motivasi
Beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut (Uno, 2007:34) :
a. Pernyataan penghargaan secara verbal
b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan c. Menimbulkan rasa ingin tahu
d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa
f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu
(49)
h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya
i. Menggunakan simulasi dan permainan
j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahiran di depan umum.
k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
l. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa. F. Keaktifan Siswa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:24-25), keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat (bekerja,berusaha,belajar), sedangkan keaktifan adalah keadaan dimana seseorang aktif melakukan kegiatan. Dalam penelitian ini keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik dan relatif tetap, yang ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kebiasaan. Jadi keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan dimana siswa aktif dalam belajar.
Selain itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keaktifan juga diartikan sebagai aktivitas dan kegiatan. Aktivitas berasal dari bahasa Inggris dari kata activity yang berarti kegiatan (Budiono, 1998:13). Pendapat lain dari Sriyono (1994), mengatakan bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani. Di dalam kegiatan pembelajaran aktivitas atau keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan tersebut diantaranya mengajukan pendapat, mengerjakan
(50)
tugas, dapat menjawab pertanyaan dari guru, bekerja sama dengan siswa lain, dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Keaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Keaktifan tersebut akan menyebabkan interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa itu sendiri. Keaktifan tidak hanya aktif fisik saja tetapi juga aktif psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani, 2004:6).
Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget (Pardjono, 2001), ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu: a) siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, b) cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan obyek yang konkrit, c) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi. Jadi dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya
(51)
pembelajaran yang bermakna, d) siswa harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata.
Paul D. Erich (Hamlik, 2011:172-173) mengelompokan jenis-jenis aktivitas yang bisa dilakukan siswa menjadi 8 kelompok. Diantaranya adalah: a. Kegiatan-kegiatan visual: Membaca, melihat gambar- gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): Mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio. d. Kegiatan-kegiatan menulis: Menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar: Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik: Melakukan percobaan, memilih alat- alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental: Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan- hubungan, membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional: Minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.
G. Mata Pelajaran Ekonomi
Menurut Fajar (2002:128), ekonomi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Fungsi mata pelajaran ekonomi di SMA adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan
(52)
peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta terlatih dalam memecahkan permasalahan ekonomi yang terjadi di masyarakat.
Ruang lingkup mata pelajaran ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan terjauh, meliputi aspek-aspek perekonomian, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian kerja, perkoperasian, kewirausahaan, akuntansi dan manajemen. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:138) tujuan pelajaran ekonomi di SMA adalah (a) memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara, (b) menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi, (c) membentuk sikap bijak, rasional, dan bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara, (d) membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Salah satu pokok bahasan mata pelajaran ekonomi adalah kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal merupakan langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam pembelanjaannya dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Dengan mempelajari kebijakan fiskal diharapkan siswa
(53)
mampu mendeskripsikan tentang kebijakan fiskal, dan membedakan macam-macam kebijakan anggaran serta cara penghitungan pajak.
H. Kerangka Berfikir
Strategi yang dapat diterapkan di dalam PTK adalah metode pembelajaran kooperatif. Made Wina (Lie, 2009:189-190) mengungkapkan pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai motivator, guru hendaknya memiliki cara untuk meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan ikut aktif dalam proses pembelajaran. Misalnya saja dengan melibatkan seluruh siswa menggunakan metode pembelajaran yang menarik sehingga seluruh siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran tanpa adanya di skriminasi antara siswa yang pandai dan yang kurang pandai.
Metode pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam, salah satunya adalah tipe Teams Games Tournament (TGT). Model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin, 2010). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1) presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa, (2) pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi, (3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam
(54)
bentuk permainan yang menyenangkan. (4) tournament yang bertujuan menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa, dan (5) penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik. Karena mengandung unsur permainan yang menyenangkan diharapkan motivasi belajar siswa dan keaktifan siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya akuntansi dapat meningkat.
Motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya (Uno, 2007:1). Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dalam pembelajaran yaitu menggunakan permainan dan membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa. Salah satu indikator dalam motivasi belajar adalah adanya penghargaan yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran (Uno, 2007). Sedangkan keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan dimana siswa aktif dalam belajar.
Menurut Janke (1978) dan Slavin (1977), mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan keaktifan siswa sewaktu mengerjakan tugas. Hal tersebut dikarenakan sifat sosial dari tugas tersebut yang membutuhkan kerjasama antar siswa. Munculnya keaktifan tersebut berasal dari motivasi siswa untuk menguasai materi-materi akademik. Berdasarkan pemikiran tersebut diduga bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa di dalam kelas.
(55)
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Ebbut (Wiriaatmadja, 2005:15), PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dan tindakan-tindakan tersebut. Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan, kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa. Penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam belajar.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan adalah SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu, Jl. Wates Km. 12, Sedayu, Argosari, Bantul 55752. 2. Waktu penelitian
(56)
C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu yang berjumlah 36 siswa.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan belajar siswa.
D. Prosedur Penelitian 1. Kegiatan Pra Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu mengawali dengan kegiatan pra penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan kelas, situasi pembelajaran, dan metode pembelajaran guru. Kegiatan dilakukan terhadap pembelajaran di kelas sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan observasi, untuk mendukung data yang diperoleh peneliti juga mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah mengadakan kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian di dalam kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
(57)
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah, yaitu :
a. Siklus pertama
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali pertemuan di kelas yaitu:
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan, dilakukan rencana tindakan yang berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, meliputi:
a) Peneliti yang dibantu oleh guru pengampu mata pelajaran menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan siswa berdasarkan kemampuan dan tingkat pemahamam. Kemudian membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok secara heterogen, yang masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang. Perangkat yang disiapkan dalam tahap perencanaan ini adalah rencana pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, materi pembelajaran, soal-soal latihan, lembar kerja siswa dan lembar observasi.
b) Peneliti menyusun instrumen untuk pengumpulan data, meliputi:
(58)
(2) Lembar observasi kegiatan kelas (lampiran 2) (3) Lembar observasi kegiatan siswa (lampiran 3) (4) Lembar observasi kegiatan guru saat penerapan TGT
(lampiran 4)
(5) Instrumen pengamatan kelas saat penerapan TGT (lampiran 5)
(6) Instrumen observasi kegiatan siswa dalam kelompok (secara umum) (lampiran 6)
(7) Instrumen refleksi guru (lampiran 7) (8) Instrumen refleksi siswa (lampiran 8) (9) Kuesioner motivasi (lampiran 9)
(10) Lembar observasi keaktifan siswa (lampiran 10) 2) Tindakan
Pada tahap ini, sebelum dilaksanakan penerapan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) guru membagikan kuesioner motivasi sebelum diterapkan model kooperatif tipe TGT. Setelah itu dapat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Presentasi di kelas
Sebelum melakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pada awal pembelajaran guru
(59)
mengawali dengan menjelaskan materi. Metode yang digunakan dalam penjelasan materi ini bisa dengan menggunakan ceramah, diskusi, atau yang lain. Hal yang penting dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar-benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Karena penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.
b) Kelompok
Dalam kegiatan kelompok, masing-masing anggota bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar kerja siswa dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi pembelajaran tersebut. Sebelum kegiatan kerja kelompok dimulai, guru telebih dahulu menjelaskan peraturan yang perlu diperhatikan selama kegiatan kerja kelompok berlangsung. Pada saat diskusi berlangsung, seluruh anggota sebaiknya berbicara dengan suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara bersama-sama, jika ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok
(60)
ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa dijawab oleh salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau turnamen.
c) Games (permainan)
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Game dapat berupa pertanyaan – pertanyaan bernomor, game make a match (menjodohkan) dan game lainnya yang dirancang oleh guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah satu pertanyaan bernomor dan memilih jawaban yang sesuai kemudian menempelnya di papan yang disediakan, teman di dalam kelompoknya tidak diperkenankan untuk membantu anggota kelompok yang sedang mengerjakan.
(61)
d) Turnamen
Turnamen dilakukaan pada akhir materi pembelajaran yang sedang dibahas dan setelah siswa menyelesaikan tugas kelompok. Turnamen ini berfungsi untuk mengetahui kelompok mana yang bisa mendapatkan nilai terbaik.
e) Penghargaan Kelompok
Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam games maupun turnamen, dan masing–masing tim akan mendapatkan penghargaan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya. Dengan pemberian penghargaan ini, diharapkan siswa semakin termotivasi dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pada tahap ini, implementasi model TGT dianggap telah selesai, maka guru membagi kuesioner motivasi setelah diterapkannya model pembelajaran TGT, untuk mengetahui adanya tingkat perubahan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya metode TGT dalam pembelajaran ekonomi di dalam kelas.
(62)
3) Observasi
Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil dari pelaksanaan tindakan, yang meliputi bagaimana proses pembelajaran berlangsung, keaktifan atau keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran baik secara umum maupun dalam kelompok, dan bagaimana kondisi kelas. Untuk mengetahui adanya peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil kuesioner sebelum dan sesudah TGT diterapkan, sedangkan untuk mengetahui keaktifan siswa digunakan lembar observasi.
4) Refleksi
Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Refleksi dilakukan setelah pertemuan berakhir yaitu pada akhir siklus pertama. Refleksi dimaksudkan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan perbaikannya akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya (siklus kedua). b. Siklus kedua
Kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan kegiatan di siklus pertama. Bedanya hanya pada tindakan yang diberikan. Tindakan yang dilakukan pada siklus kedua ini
(63)
berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus pertama. Yang kemudian diambil suatu kesimpulan dan saran.
E. Definisi Operasional Variabel
Variabel merupakan konsep yang mempunyai nilai dan dapat di ukur. Variabel penelitian merupakan konsep yang ditetapkan oleh peneliti dalam rangka memperoleh informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Motivasi belajar adalah kemauan peserta didik/siswa untuk belajar. Untuk mengukur motivasi siswa menggunakan kuesioner. Kuesioner akan diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah model pembelajaran tipe TGT diterapkan.
b. Keaktifan belajar adalah suatu keadaan dimana siswa aktif dalam belajar, dengan ciri-ciri perilaku: sering bertanya kepada guru atau teman lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, dan senang diberi tugas belajar. Untuk mengukur keaktifan belajar digunakan lembar observasi keaktifan atau keterlibatan dalam proses pembelajaran.
F. Pengukuran Variabel Motivasi Belajar
Tabel 3.1
Operasional Variabel Motivasi Belajar
Variabel Aspek Indikator
Nomor butir Positif Negatif Motivasi
belajar
Motivasi Intrinsik
1. Adanya hasrat dan
(1)
Lampiran 13b
FORMAT PENILAIAN KELOMPOK SIKLUS II
Keterangan SKOR
FISKAL BERIMBANG DEFISIT SURPLUS DINAMIS PAJAK
GAMES
500
600
1.200
400
700
800
Turnamen
Soal 1
-
-
-
-
-
100
Soal 2
-
-
-
-
-
100
Soal 3
-
-
-
100
-
-
Soal 4
-
-
100
-
-
-
Soal 5
-
-
100
-
-
-
Soal 6
100
-
-
-
-
-
Soal 7
-
-
-
-
-
100
Soal 8
-
-
100
-
-
-
Soal 9
-
-
100
-
-
-
Soal 10
-
-
-
100
-
-
TOTAL
600
600
1.600
600
700
1.100
(2)
Lampiran 23
Hasil Validitas dan Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 34 100.0
Excludeda 0 .0
Total 34 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
butir1 3.53 .563 34
butir2 3.82 .576 34
butir3 3.91 .570 34
butir4 2.79 .845 34
butir5 2.97 .388 34
butir6 3.88 .537 34
butir7 3.74 .666 34
butir8 3.94 .694 34
butir9 3.47 .706 34
butir10 3.79 .641 34
butir11 3.18 .673 34
butir12 3.82 .576 34
butir13 3.56 .991 34
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
(3)
butir14 3.71 .629 34
butir15 3.50 .929 34
butir16 3.91 .514 34
butir17 3.50 .961 34
butir18 3.79 .641 34
butir19 3.62 .697 34
butir20 4.09 .753 34
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
butir1 69.00 68.000 .483 . .911
butir2 68.71 67.244 .553 . .909
butir3 68.62 68.486 .423 . .912
butir4 69.74 64.564 .554 . .910
butir5 69.56 68.799 .598 . .910
butir6 68.65 67.872 .524 . .910
butir7 68.79 65.441 .642 . .907
butir8 68.59 64.916 .662 . .907
butir9 69.06 64.542 .684 . .906
butir10 68.74 64.988 .716 . .906
butir11 69.35 67.023 .483 . .911
butir12 68.71 68.578 .408 . .912
butir13 68.97 61.787 .644 . .908
butir14 68.82 68.332 .392 . .913
butir15 69.03 62.211 .664 . .907
butir16 68.62 68.910 .425 . .912
butir17 69.03 62.211 .637 . .908
butir18 68.74 64.443 .772 . .904
butir19 68.91 65.477 .606 . .908
(4)
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
(5)
(6)