e. Adapun tujuan penyerta PTK yang dapat dicapai adalah terjadinya
proses pelatihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.
5. Manfaat PTK
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya PTK yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran, antara
lain Susilo, 2007:18: a.
Inovasi pembelajaran b.
Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas c.
Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik d.
Akan terciptanya peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru
e. Karya tulis ilmiah semakin di perlukan guru di masa depan untuk
meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.
B. Model dan Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas PTK
Dalam melaksanakan PTK, dibutuhkan tahapan. Tahapan yang digunakan haruslah sesuai pedoman yang ada dalam petunjuk pelaksanaan
PTK. Menurut Kusumah 2009 tahapan PTK dapat dibuat sebagai berikut: a.
Perencanaan planning: Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita;
b. Tindakan acting: Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya
tindakan acting dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya; c.
Pengamatan observing: Selanjutnya diadakan pengamatan observing yang diteliti terhadap proses pelaksanaanya;
d. Refleksi reflecting: Setelah diamati, barulah guru dapat
melakukan refleksi reflecting dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi di dalam kelasnya.
Model dan Tahap PTK
Gambar 2.1 Model PTK Kurt Lewin hasil modifikasi.
C. Metode Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Cooperative Leaning
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan segala sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Made Wina Lie, 2009:189-190 mengungkapkan:
Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Hal utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya.
Menurut Slavin Trianto, 2009:57, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua
Siklus I Perencanaan
Refleksi Tindakan
Pengamatan
anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang diungkapkan Ibrahim, dkk
2006:7-8 sebagai berikut: a.
Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. b.
Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.
Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain. c.
Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda
dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
3. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Manfaat-manfaat dari pembelajaran kooperatif menurut Widanarto 2006:17 adalah:
a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi
b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap
dan perilaku selama bekerjasama c.
Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan perilaku
positif sehingga siswa tahu kedudukannya dan belajar untuk menghargai satu sama lain.
d. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas
akademik sehingga membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
4. Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger, dkk Lie, 2002:31-35 mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur pembelajaran gotong royong harus diterapkan, diantaranya:
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif,
pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok bisa menyelesaikan tugasnya sendiri agar
yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan
metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan
para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih
kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil
masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan
masing-masing.
d. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan
siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti
bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut.
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama
mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
5. Tipe Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif yang diantaranya adalah Slavin, 2010:11-25:
a. Student Teams Achievement Divisions STAD
Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan
mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi
ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.
b. Teams Games Tournaments TGT
Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru
memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan
bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen.
Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah
tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk
menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
c. Jigsaw
Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok
diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi
bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang
sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan
pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi
bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut
kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh
topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
d. Learning Together
Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang
mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis
yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.
e. Group Investigation
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas.
Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok
mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar
mereka kepada seluruh kelas.
D. Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT
1. Pengertian Teams Games Tournament TGT
Metode pembelajaran Teams Games Tournament TGT merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mudah
untuk diterapkan, hal ini karena melibatkan semua siswa di dalam kelas. Seperti yang kita ketahui di dalam suatu kelas pasti akan ada
banyak perbedaan baik itu masalah ras, agama, jenis kelamin, tingkat kepandaian dan lain
– lainnya. Dan perbedaan tersebut kadang kala
juga mampu menimbulkan masalah di kelas. Namun dalam metode TGT masalah ini dapat diminimalisir.
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan
Slavin, 2010. Dalam TGT siswa diminta untuk bekerja di dalam kelompok, di
mana kelompoknya terdiri dari berbagai unsur yang berbeda sehingga masalah-masalah yang disebabkan karena adanya perbedaan dapat
diatasi. Dalam model TGT ini siswa juga diharapkan mampu untuk melatih tanggung jawab, kerja sama dan persaingan yang sehat.
Lima komponen utama dalam TGT yaitu Slavin, 2010: a.
Penyajian Kelas Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan diawali
guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini dapat dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau metode yang lainnya. Yang
harus ditekankan dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar
– benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam
kelompok nantinya.
b. Kelompok team
Di dalam kegiatan kelompok masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pembelajaran tersebut. Sebelum
kegiatan belajar kelompok dimulai, guru terlebih dahulu menjelaskan beberapa sikap yang harus diperhatikan siswa agar
kerja sama dalam kelompok berjalan dengan lancar. Pada saat diskusi berlangsung, seluruh anggota sebaiknya berbicara dengan
suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara bersama-sama, jika
ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah
satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu
teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi
bersama
teman kelompoknya
dan lebih
khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau tournament.
c. Permainan
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Games
dapat berisi pertanyaan –pertanyaan bernomor yang dirancang oleh
guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah
satu pertanyaan bernomor dan menjawabnya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan teman di dalam kelompoknya
tidak diperkenankan untuk membantu anggota kelompok yang sedang mengerjakan. Jawaban siswa yang benar akan dikumpulkan
untuk tournament mingguan.
d. Turnamen Tournament
Turnamen biasanya dilakukan pada akhir materi pembelajaran yang sedang dibahas dan setelah siswa melakukan belajar dalam
kelompok. Turnamen ini berfungsi untuk mengetahui kelompok mana yang bisa mendapatkan nilai yang terbaik. Turnamen
merupakan suatu pertandingan antar anggota-anggota yang berbeda. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk
pindah pada suatu meja turnamen yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini
didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari tes sebelumnya. Kegiatan ini berlangsung sebagai berikut: para siswa
yang berada di meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah
disepakati bersama dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan
materi yang telah dipelajari. Apabila ada siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan
bisa dilempar ke teman yang lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang menjawab dengan
benar berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.
e. Penghargaan Kelompok
Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam turnamen, dan masing
–masing team akan mendapatkan sertifikat atau skor apabila memenuhi standar yang ditentukan. Pemberian
penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat
pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya. Yang harus ditekankan dalam pemberian
penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan tersebut adalah
untuk memotivasi belajar siswa agar prestasi belajarnya dapat meningkat.
2. Kelebihan Teams Games Tournament TGT
Menurut Slavin 2008 beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian hasil
belajar siswa mengemukakan keunggulan dan kelemahan TGT. Tersedia:
http:ekocin.wordpress.com20110617model- pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2
diaskses 16 Juli 2012 sebagai berikut:
a.
Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari
kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b.
Meningkatkan perasaanpersepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada
keberuntungan.
c.
TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
d.
TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit
e.
Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
f.
TGT meningkatkan kehadiran siswa yang mengalami gangguan emosional di sekolah, misalnya siswa yang pernah
menerima skors dari guru karena kesalahan yang diperbuat oleh siswa sendiri.
3. Kelemahan Teams Games Tournament TGT
Sedangkan kelemahan Teams Games Tournament TGT dikatakan
oleh Sujana
2011. Tersedia:
http:ekocin.wordpress.com20110617model-pembelajaran- teams-games-tournaments-tgt-2
diaskses16 Juli 2012 adalah: a.
Bagi Guru Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali
teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga
melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
b. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk
mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing
dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya
kepada siswa yang lain.
E. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Menurut Uno 2007:1 motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Winkel Uno,
2007:3 yang menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas
tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak atau
kekuatan yang mendorong seorang siswa untuk belajar.
2. Klasifikasi Motivasi
Menurut Uno 2007:4 dilihat dari sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Motif Intrinsik
Motif intriksik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau
sejalan dengan kebutuhan. Motif intrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang
relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran
akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.
b. Motif Ekstrinsik
Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif
terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara
lain Uno, 2007:4 : 1
Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya maupun
keyakinannya. 2
Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya.
3 Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan
kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademis.
4 Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan
bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya. 5
Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya sebagai pendidik.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,
pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut Uno, 2007:10 : a.
Adanya hasrat dan keinginan berhasil b.
Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c.
Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya
lingkungan belajar
yang kondusif,
sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.
3. Peranan Motivasi Belajar
Menurut Uno 2007:27, ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain :
a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu,
jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.
c. Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha memperlajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan
memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
4. Teknik-teknik motivasi
Beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut Uno, 2007:34 :
a. Pernyataan penghargaan secara verbal
b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan
c. Menimbulkan rasa ingin tahu
d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa
e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa
f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar
g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu
konsep dan prinsip yang telah dipahami
h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya i.
Menggunakan simulasi dan permainan j.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahiran di depan umum.
k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa
dalam kegiatan belajar l.
Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa.
F. Keaktifan Siswa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001:24-25, keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat bekerja,berusaha,belajar, sedangkan
keaktifan adalah keadaan dimana seseorang aktif melakukan kegiatan. Dalam penelitian ini keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan belajar. Belajar
diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik dan relatif tetap, yang ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya
pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kebiasaan. Jadi keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan dimana siswa
aktif dalam belajar. Selain itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keaktifan juga
diartikan sebagai aktivitas dan kegiatan. Aktivitas berasal dari bahasa Inggris dari kata activity yang berarti kegiatan Budiono, 1998:13. Pendapat lain dari
Sriyono 1994, mengatakan bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani. Di dalam kegiatan
pembelajaran aktivitas atau keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Aktivitas siswa merupakan kegiatan yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan tersebut diantaranya mengajukan pendapat, mengerjakan
tugas, dapat menjawab pertanyaan dari guru, bekerja sama dengan siswa lain, dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Keaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Keaktifan
tersebut akan menyebabkan interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa itu sendiri. Keaktifan tidak hanya aktif fisik saja tetapi juga aktif psikis.
Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan.
Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran
Rohani, 2004:6. Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman
pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak
didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif
dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget Pardjono, 2001, ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu: a siswa harus membangun pengetahuannya sendiri,
sehingga bermakna, b cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan obyek yang konkrit, c belajar harus berpusat pada
siswa dan bersifat pribadi. Jadi dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk
menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya
pembelajaran yang bermakna, d siswa harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata.
Paul D. Erich Hamlik, 2011:172-173 mengelompokan jenis-jenis aktivitas yang bisa dilakukan siswa menjadi 8 kelompok. Diantaranya adalah:
a. Kegiatan-kegiatan visual: Membaca, melihat gambar- gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan oral: Mengemukakan fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: Mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis: Menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar: Menggambar, membuat grafik,
diagram, peta, pola. f.
Kegiatan-kegiatan metrik: Melakukan percobaan, memilih alat- alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan
permainan, menari, berkebun. g.
Kegiatan-kegiatan mental: Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-
hubungan, membuat keputusan. h.
Kegiatan-kegiatan emosional: Minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.
G. Mata Pelajaran Ekonomi