Kesimpulan KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

135 ternyata belum didukung oleh kebijakan peningkatan investasi di sektor ini. Pembentukan modal tetap bruto atau investasi di sektor pertanian terbatas hanya pada subsektor peternakan dan pemotongan hewan serta komoditi unggas dan hasil-hasilnya. 7. Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia khususnya petani menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas sektor pertanian.

7.2. Implikasi Kebijakan

1. Pentingnya peranan sektor pertanian dalam perekonomian Provinsi NTT ditinjau dari kontribusi terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja, maka sektor ini layak untuk menjadi salah satu prioritas pembangunan. Pada sisi lain, pemerintah daerah dihadapkan pada keterbatasan anggaran. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan prioritas pengembangan terhadap subsektor atau komoditi yang dianggap strategis. Subsektor atau komoditi strategis yang layak untuk dikembangkan meliputi subsektor peternakan dan pemotongan hewan khususnya ternak sapi potong serta subsektor perikanan. Disamping itu, pemerintah diharapkan tetap memperhatikan pengembangan komoditas tanaman pangan utama yang meliputi padi dan jagung sebagai persediaan pangan bagi masyarakat. 2. Pemerintah perlu meningkatkan alokasi investasi di subsektor peternakan dan pemotongan hewan karena subsektor ini memiliki dampak output, pendapatan rumahtangga, dan penyerapan tenaga kerja relatif besar dalam perekonomian dibandingkan dengan komoditi padi, subsektor perkebunan, dan subsektor 136 tanaman bahan makanan. Selain itu, subsektor ini mampu memberikan sumbangan besar terhadap pembentukan ekspor. 3. Pemerintahan perlu mendorong pengembangan industri pengolahan hasil pertanian. Tanpa dukungan industri tersebut, maka komoditi pertanian dari Provinsi NTT tetap bernilai rendah di pasaran antarpulau maupun ekspor. 4. Pemerintah perlu terus mendorong peningkatan kualitas sumberdaya manusia khususnya petani. Hal ini berhubungan erat dengan upaya perubahan cara pandang, pola pikir, sikap dan perilaku dalam berusahatani. Perubahan paradigma tersebut dapat dicapai melalui pendidikan dan pelatihan, baik formal maupun non formal. Oleh karena itu, diperlukan peran lembaga diklat teknis di bidang pertanian, lembaga pendidikan tinggi maupun dukungan lembaga sosial atau keagamaan. 137 DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, R. 2005. Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu, Yogyakarta. Arief. 1993. Metode Penelitian Ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Astuti, E. 2005. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian dan Upaya Pengurangan Kemiskinan di Indonesia. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 1999. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output. Central for Statistical Services, Jakarta. . 2007. Tabel Input-Output NTT 2006. Jilid I. Badan Pusat Statistik, Kupang. . 2010. Nusa Tenggara Timur dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik, Kupang. Bautista, R.M. 1991. Agricultural Growth and Food Imports in Developing Countries: a Reexamination. Repreinted from Economic Development in East and Southeast Asia: Essays in Honor of Professor Shinichi Ichimura, edited by Seiji Naya and Akira Takayama, Institute of Southeast Asian Studies, Singapore and East-West Center, Hawaii. Bautista, R.M. 2001. Agriculture-Based Development: A SAM Perspective on Central Vietnam. The Developing Economics Journal, 391:112-132. Bivand, R. and R.J. Brunstad. 2007. Agricultural Support as a Pigouvian Subsidy for Landscape Amenity Benefits: Revisiting European Regional Convergence. Paper to be presented at: 4 th Nordic Econometric Meeting, 24-26 May 2007, Tartu, Estonia. Block, S. and P. Timmer. 1994. Agriculture and Economic Growth: Conceptual Issues and the Kenyan Experience. Developmet Discussion Paper 498 for an overview. Brunstad R.J, I. Gaasland and E. Vardal. 2005. Multifunctionality of Agriculture: an Inquiry into the Complementarity between Landscape Preservation and Food Security. European Review of Agricultural Economics, 324:469-448. Clements, R. 1999. Agriculture and Development in the 21 st Century. Development Bulletin 49.