Pertanian DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

68 Permasalahan dan tantangan dalam rangka upaya peningkatan produksi komoditi tanaman pangan dalam pembangunan pertanian pada umumnya di masa mendatang semakin kompleks. Permasalahan dan tantangan internal yang dihadapi antara lain masih rendahnya produktivitas. Produktivitas rata-rata padi di Provinsi NTT pada tahun 2009 sekitar 3.18 ton per hektar dibanding produktivitas rata-rata nasional sebesar 5.15 ton per hektar. Sedangkan jagung produktivitas rata-rata di Provinsi NTT sekitar 2.55 ton per hektar dibanding produktivitas rata-rata jagung nasional sebesar 4.25 ton per hektar BPS Provinsi NTT, 2010. Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya penggunaan benih unggul bersertifikat di tingkat petani yang belum optimal, masih rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi para petani, perubahan iklim yang tidak menentu, belum mantapnya kelembagaan sarana dan prasarana serta masih lemahnya akses petani terhadap sumber permodalan. Pemerintah Provinsi NTT telah melakukan berbagai upaya dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas untuk memenuhi ketersediaan produksi padi, kacang-kacangan, dan umbi-umbian diantaranya upaya intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi. Namun berbagai upaya ini belum memperoleh hasil yang optimal. Prinsip utama dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas adalah penguatan sistem koordinasi antara pemerintahan dan stakeholder yang berperan di sektor tanaman pangan. Peternakan merupakan salah satu sektor vital yang mampu menopang kehidupan ekonomi sebagian besar keluarga tani di perdesaan. Paling tidak dengan memelihara ternak, rumahtangga tani dapat membiayai kebutuhan di luar pangan seperti menyekolahkan anak, membiayai kesehatan, dan perumahan. 69 Disamping itu, pada saat kondisi kritis seperti gagal panen, komoditi ternak justru diandalkan untuk menopang pengadaan ketersediaan pangan keluarga. Produksi dan produktivitas ternak khususnya ternak sapi potong di Provinsi NTT belum optimal antara lain karena makin terbatasnya lahan peternakan dan sumber air minum, sementara pola pemeliharaan dominan non intensif, permintaanpengeluaran melampaui ketersediaan, pemotongan ternak betina produktif masih cukup tinggi, pencurian dan penyakit hewan. Untuk itu pemerintah, petani peternak, dan pengusaha sebagai mitra yang bertanggung jawab dalam pengembangan bidang peternakan di Provinsi NTT perlu bekerjasama untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian secara serius untuk meningkatkan produksi ternak demi kesejahteraan masyarakat NTT. Disamping itu, masalah kekurangan sarana pemasaran ternak dan produk ternak menyebabkan kesulitan dalam pengawasan mutu produk, sehingga pemerintah perlu memfasilitasi sarana dan prasarana pemasaran tersebut. Tabel 5. Perkembangan Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2005-2009 Ton No. Jenis Tanaman Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 1. Padi 461 008 511 910 505 628 577 896 607 358 2. Jagung 552 439 582 964 514 360 673 112 638 889 3. Ubi Kayu 891 783 938 010 794 121 928 974 913 053 4. Ubi Jalar 99 748 111 006 102 375 107 336 103 635 5. Kacang Tanah 14 518 17 832 21 353 25 678 22 465 6. Kacang Kedelai 2 188 2 786 1 561 2 295 2 101 7. Kacang Hijau 16 695 19 354 20 802 23 392 20 447 Sumber: BPS Provinsi NTT 2010. Produksi beberapa komoditi penting tanaman pangan di Provinsi NTT tahun 2005-2009 dapat dilihat di Tabel 5. Produksi padi dalam bentuk gabah 70 kering giling pada tahun 2008 sebesar 577 896 ton naik menjadi 607 358 ton pada tahun 2009. Mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya luas panen sekitar 6 312 dari tahun sebelumnya dari 187 907 ha menjadi 194 219 ha. Komoditi kacang kedelai dan kacang tanah, pada tahun 2008 produksinya mencapai 2 295 ton dan 25 678 ton, pada tahun 2009 menurun menjadi 2 101 ton dan 22 466 ton, sejalan dengan penurunan luas panen pada tahun 2009. Komoditi palawija lainnya seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang hijau juga mengalami penurunan produksi. Tabel 6. Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2005-2009 Ton No. Jenis Tanaman Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 1. Kelapa 60 806 65 516 53 211 67 157 62 164 2. Kopi 20 558 18 856 19 385 20 061 20 473 3. Cengkeh 1 130 932 1 475 4 091 1 534 4. Coklat 16 634 14 928 11 762 12 046 12 247 5. Jambu Mete 32 472 35 328 37 326 39 699 39 869 6. Kemiri 17 283 20 079 20 967 22 201 21 407 7. Pinang 7 570 7 874 6 900 6 484 6 021 8. Kapuk 2 000 2 159 2 150 2 241 2 119 9. Vanili 691 610 498 464 524 10. Jarak 236 332 403 462 448 Sumber: BPS Provinsi NTT 2010. Produksi tanaman perkebunan di Provinsi NTT dapat dilihat di Tabel 6. Beberapa komoditi perkebunan yang menonjol di Provinsi NTT dan hampir ada di setiap kabupaten adalah kelapa, kopi, cengkeh, coklat, jambu mete, kemiri, pinang, kapuk, dan vanili. Tanaman kelapa walapun dalam beberapa tahun ini terserang hama penyakit, produksinya selama tahun 2009 sebesar 62 164 ton. Kopi selama tahun 2009 menghasilkan 20 473 ton, cengkeh 1 534 ribu ton, coklat 12 247 ton, jambu mete 39 869 ton, kemiri 21 407 ton, pinang 6 021 ton, 71 kapuk 2 119 ton, vanili 524 ton, dan jarak 448 ton. Sedangkan komoditi perkebunan lainnya, berproduksi di bawah 100 ton selama tahun 2009. Populasi Ternak di Provinsi NTT dapat dilihat di Tabel 7. Populasi ternak besar di Provinsi NTT pada tahun 2009 sebanyak 833 336 ekor dengan rincian sebagai berikut sapi sebanyak 577 552 ekor, kerbau 150 405 ekor, dan kuda 105 379 ekor. Untuk populasi sapi sebagian besar berada di Kabupaten Kupang, TTS, dan Belu, sementara untuk kerbau dan kuda sebagian besar berada di Daratan Sumba, Manggarai Barat, Rote, dan Kupang. Ternak kecil dan Ternak Unggas juga mengalami peningkatan populasi. Pada tahun 2009, populasi ternak kecil dan unggas masing-masing sebanyak 2 818 810 ekor dan 10 449 519 ekor. Tabel 7. Perkembangan Populasi Ternak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2005-2009 Ekor No. Jenis Ternak Tahun 2006 2007 2008 2009 1. Ternak Besar 786 611 802 618 817 819 833 336 a. Sapi 544 482 555 383 566 464 577 552 b. Kerbau 142 257 144 979 147 754 150 405 c. Kuda 99 872 102 256 103 601 105 379 2. Ternak Kecil 1 941 032 2 028 562 2 120 504 2 818 810 a. Babi 1 385 961 1 457 549 1 533 972 2 266 750 b. Kambing 496 768 511 694 527 103 531 211 c. Domba 58 305 59 319 60 329 40 849 3. Ternak Unggas 10 082 298 10 199 811 10 307 052 10 449 519 a. Ayam Kampung 9 732 275 9 842 891 9 904 822 10 844 577 b. Ayam Ras 100 455 103 436 105 243 105 625 c. Itik 249 568 253 484 256 987 299 307 Sumber: BPS Provinsi NTT 2010. Provinsi NTT sebagai wilayah kepulauan memiliki kekayaan hasil laut yang cukup besar. Berbagai jenis hasil laut yang dihasilkan seperti beberapa jenis ikan, udang, cumi-cumi, teripang, rumput laut, dan komoditi laut lainnya. Produksi perikanan pada tahun 2007 sebesar 103 825.5 ton. Sekitar 101 217.1 ton 72 diantaranya atau sebesar 97.48 persen merupakan hasil perikanan laut dan selebihnya sekitar 2.51 persen merupakan hasil perikanan darat BPS Provinsi NTT, 2009. Produksi kayu cendana di Provinsi NTT selama tahun 2007 sebesar 10.14 ton yang berasal dari tujuh kabupaten yaitu TTS 123.35 ton, Belu 87.53 ton, Manggarai 73.29 ton, Sumba Barat 12.04 ton, Rote 3.7 ton, Sumba Timur 0.012 ton, dan Kupang 132.46 ton. Produksi kayu jenis lainnya yang paling menonjol adalah kayu jati persegi. Selama tahun 2007 produksinya mencapai sekitar 16.07 ribu meter kubik BPS Provinsi NTT, 2010. 73

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Peranan Sektor Pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Timur 6.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran Pada periode tertentu jumlah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa di suatu negaradaerah akan mencapai jumlah tertentu. Jumlah permintaan tersebut akan digunakan oleh sektor produksi dalam rangka kegiatan produksinya biasanya disebut permintaan antara. Permintaan tersebut juga digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir domestik konsumen rumahtangga dan yayasan nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal, dan perubahan stok. Selebihnya digunakan untuk ekspor baik untuk luar negeri maupun provinsi lain, khususnya analisis untuk suatu provinsi. Apabila dilihat dari sisi penawaran, barang dan jasa yang ditawarkan di suatu negara atau daerah bisa berasal dari produksi domestik produksi negara atau daerah tersebut, bisa juga berasal dari produksi luar negeri atau daerah tersebut atau bahkan dari luar negeri. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa total permintaan barang dan jasa di Provinsi NTT pada tahun 2009 sebesar Rp 45 668 744 juta. Dari sisi permintaan, jumlah permintaan tersebut merupakan permintaan oleh sektor-sektor ekonomi sebagai permintaan antara, permintaan oleh konsumen akhir domestik, dan untuk memenuhi permintaan ekspor. Permintaan barang dan jasa oleh sektor- sektor ekonomi dalam rangka kegiatan produksinya mencapai Rp 11 881 991 juta atau 26.02 persen dari total permintaan. Permintaan oleh konsumen akhir domestik dan permintaan untuk ekspor masing-masing sebesar Rp 28 593 828 juta atau 62.61 persen dan Rp 5 192 926 juta atau 11.37 persen dari total permintaan. 74 Tabel 8. Struktur Permintaan dan Penawaran Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2009 Juta Rupiah Sektor Perekonomian Permintaan Jumlah Penawaran Jumlah Antara Akhir Domestik Ekspor Impor Produk Domestik 1. Pertanian 2 819 161 6 787 756 4 061 436 13 668 353 1 537 093 12 131 260 13 668 353 23.73 23.74 78.21 29.93 16.84 33.19 29.93 a. Tanaman bahan makanan 1 813 815 3 753 461 1 243 943 6 811 219 1 194 777 5 616 443 6 811 219 64.34 55.29 30.63 49.83 77.73 46.30 49.83 b. Tanaman perkebunan 194 805 372 188 776 542 1 343 535 56 280 1 287 255 1 343 535 6.91 5.48 19.12 9.83 3.66 10.61 9.83 c. Peternakan dan hasil-hasilnya 486 884 1 801 995 1 564 264 3 853 143 56 088 3 797 055 3 853 143 17.27 26.55 38.52 28.19 3.65 31.29 28.19 d. Kehutanan 223 606 62 132 13 978 299 716 229 949 69 767 299 716 7.93 0.92 0.34 2.19 14.96 0.58 2.19 e. Perikanan 100 050 797 980 462 709 1 360 740 1 360 740 1 360 740 3.55 11.76 11.39 9.96 0.00 11.22 9.96 2. Pertambangan dan penggalian 473 639 74 686 28 532 576 857 97 417 479 440 576 857 3.99 0.26 0.55 1.26 1.07 1.32 1.26 3. Industri pengolahan 2 166 002 6 412 544 172 601 8 751 148 7 482 147 1 269 001 8 751 148 18.23 22.43 3.32 19.16 82.02 3.47 19.16 4. Listrik, gas, dan air bersih 42 354 144 763 187 117 187 117 187 117 0.35 0.51 0.00 0.41 0.00 0.51 0.41 5. Bangunan 1 096 294 3 282 136 4 378 430 4 378 430 4 378 430 9.22 11.48 0.00 9.59 0.00 11.98 9.95 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 1 236 072 2 669 119 650 847 4 556 038 3 598 4 552 440 4 556 038 10.40 9.33 12.53 9.98 0.04 12.46 9.98 7. Pengangkutan dan komunikasi 793 468 1 367 221 273 593 2 434 281 2 351 2 431 930 2 434 281 6.69 4.78 5.28 5.33 0.03 6.65 5.33 8. Keuangan, real estat, dan jasa perusahaan 806 955 495 518 5 867 1 308 340 5 1 308 336 1 308 340 6.79 1.73 0.11 2.86 0.00 3.58 2.86 9. Jasa-jasa 2 448 045 7 360 085 50 9 808 180 9 808 180 9 808 180 20.60 25.74 0.00 21.48 0.00 26.84 21.48 NTT 11 881 991 28 593 828 5 192 926 45 668 744 9 122 611 36 546 133 45 668 744 26.02 62.61 11.37 100.00 19.98 80.02 100.00 Sumber: Tabel Input Output Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009 Diolah Kembali. Keterangan: Baris pertama setiap sektor menunjukkan nilai juta rupiah serta baris kedua setiap sektor menunjukkan persentase terhadap jumlah masing-masing komponen permintaan dan penawaran. 75 Dari sisi penawaran, maka jumlah penawaran ini akan sama dengan jumlah permintaan dalam perekonomian Provinsi NTT. Hal ini terkait dengan keseimbangan umum yang dianut dalam proses analisis I-O. Tabel 8 memperlihatkan bahwa penawaran barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh permintaan mencapai Rp 45 668 744 juta. Penawaran barang dan jasa tersebut berasal dari produk domestik sebesar Rp 36 546 133 juta dan produk luar provinsi atau impor sebesar 9 122 611 juta. Dengan demikian 80.02 persen dari seluruh kebutuhan terhadap barang dan jasa di Provinsi NTT mampu disediakan dari produksi dalam wilayah NTT, sedangkan kekurangannya sebesar 19.98 persen dipenuhi dari luar wilayah atau impor. Selanjutnya pada sektor pertanian, total permintaan pada tahun 2009 mencapai Rp 13 668 353 juta atau 29.93 persen dari total permintaan barang dan jasa di Provinsi NTT. Permintaan pada sektor pertanian mencakup permintaan antara mencapai Rp 2 819 161 juta atau 20.63 persen dari total permintaan pada sektor pertanian. Permintaan oleh konsumen akhir domestik dan permintaan untuk ekspor masing-masing mencapai Rp 6 787 756 juta atau 49.66 persen dan Rp 4 061 436 juta atau 29.71 persen dari total permintaan pada sektor pertanian. Lebih tingginya nilai permintaan akhir dibandingkan dengan nilai permintaan antara pada sektor pertanian mengindikasikan bahwa output sektor pertanian lebih dominan digunakan untuk memenuhi konsumsi langsung dibandingkan untuk memenuhi kebutuhan produk antara bagi sektor-sektor ekonomi lainnya. Permintaan antara dan permintaan untuk ekspor pada sektor pertanian merupakan permintaan terbesar dari sektor-sektor ekonomi di Provinsi NTT. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam