108 Demikian pula komoditi unggas dan hasil-hasilnya memiliki nilai
multiplier output tipe II sebesar 1.541. Angka ini dapat diartikan, jika permintaan akhir komoditi unggas dan hasil-hasilnya dinaikkan sebesar satu rupiah, maka
diperkirakan output perekonomian akan naik sebanyak 1.541 rupiah dengan memperhitungkan efek konsumsi rumahtangga. Peningkatan permintaan akhir
sebesar satu rupiah pada komoditi unggas dan hasil-hasilnya akan berdampak terhadap peningkatan output sektor-sektor ekonomi lainnya. Sektor-sektor
ekonomi tersebut antara lain peningkatan output pada komoditi unggas dan hasil- hasilnya itu sendiri sebesar 1.051 rupiah, sektor perdagangan sebesar 0.116
rupiah, komoditi padi sebesar 0.079 rupiah, sektor jasa swasta sebesar 0.070, dan sektor angkutan sebesar 0.047 rupiah. Multiplier output tipe II sektor-sektor
ekonomi di Provinsi NTT dapat dilihat di Lampiran 24. Cara membaca nilai multiplier output sektor-sektor ekonomi lainnya sama seperti di atas.
Hasil analisis multiplier output menunjukkan ada kesamaan keputusan yang diberikan oleh tipe I dan tipe II. Perbedaan mendasar hanya terletak pada
keterkaitan pengeluaran rumahtangga. Pada tipe I rumahtangga tidak diperhitungkan, sementara pada tipe II rumahtangga ikut masuk dalam
pengukuran multiplier. Oleh karena itu, pilihan pembangunan di sektor pertanian berdasarkan multiplier tipe II dianggap lebih tepat dijadikan acuan bagi pengambil
kebijakan di Provinsi NTT, dimana komoditi unggas dan hasil-hasilnya memiliki nilai multiplier output tipe II relatif tinggi.
6.3.2. Multiplier Pendapatan
Multiplier pendapatan menunjukkan dampak kenaikan permintaan akhir dari suatu sektor terhadap pendapatan rumahtangga yang bekerja pada sektor
109 tersebut. Suatu sektor yang mempunyai multiplier pendapatan tinggi akan
memberikan dampak yang besar pula terhadap kesejahteraan tenaga kerja pada sektor tersebut. Hasil analisis multiplier pendapatan tipe I dan tipe II sektor-sektor
ekonomi di Provinsi NTT dapat dilihat di Lampiran 21. Tabel 18. Multiplier Pendapatan SubsektorKomoditi Pertanian di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Tahun 2009
Kode I-O
SubsektorKomoditi Multiplier Pendapatan
Tipe I Peringkat
Tipe II Peringkat
1 Padi
1.185 27
1.473 27
2 Jagung
1.114 31
1.387 31
3 Tanaman bahan makanan
1.106 32
1.359 32
4 Umbi-umbian
1.158 28
1.424 28
5 Jambu mete
1.285 18
1.514 24
6 Kelapa
1.055 33
1.302 33
7 Tanaman perkebunan
1.238 22
1.485 26
8 Kopi
1.372 17
1.692 18
9 Pertanian lainnya
1.046 34
1.295 34
10 Peternakan dan pemotongan hewan
1.261 21
1.553 21
11 Unggas dan hasil-hasilnya
1.268 19
1.554 20
12 Kehutanan
1.238 24
1.526 22
13 Perikanan
1.153 29
1.404 30
Sumber: Tabel Input Output Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009 Diolah Kembali.
Tabel 18 menunjukkan nilai multiplier pendapatan tipe I dan tipe II subsektor atau komoditi pertanian tahun 2009. Nilai multiplier pendapatan tipe I
tertinggi dimiliki oleh komoditi kopi sebesar 1.372. Berikut secara berurutan nilai multiplier pendapatan tipe I diikuti oleh komoditi jambu mete sebesar 1.285,
komoditi unggas dan hasil-hasilnya sebesar 1.268, subsektor peternakan dan pemotongan hewan sebesar 1.261, dan subsektor tanaman perkebunan sebesar
1.238. Demikian juga dengan nilai multiplier pendapatan tipe II tertinggi dimiliki oleh komoditi kopi sebesar 1.692. Berikut secara berurutan nilai multiplier
pendapatan tipe II diikuti oleh komoditi unggas dan hasil-hasilnya sebesar 1.554,
110 subsektor peternakan dan pemotongan hewan sebesar 1.553, subsektor kehutanan
sebesar 1.526, dan komoditi jambu mete sebesar 1.514. Komoditi kopi memiliki nilai multiplier pendapatan tipe I sebesar 1.372.
Angka ini dapat diartikan, jika pendapatan rumahtangga yang bekerja di komoditi kopi meningkat karena kenaikan permintaan akhir komoditi tersebut sebesar satu
rupiah, maka diperkirakan pendapatan rumahtangga di sektor perekonomian akan meningkat sebesar 1.372 rupiah baik langsung maupun tidak langsung.
Peningkatan permintaan akhir sebesar satu rupiah pada komoditi kopi akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga sektor-sektor ekonomi
lainnya. Sektor-sektor ekonomi tersebut antara lain peningkatan pendapatan rumahtangga komoditi kopi itu sendiri sebesar 1.141 rupiah, sektor jasa swasta
sebesar 0.077 rupiah, sektor bangunan sebesar 0.045 rupiah, sektor perdagangan sebesar 0.042 rupiah, dan sektor jasa pemerintah sebesar 0.018 rupiah. Multiplier
pendapatan tipe I sektor-sektor ekonomi di Provinsi NTT dapat dilihat di Lampiran 25.
Demikian pula, komoditi kopi memiliki nilai multiplier pendapatan tipe II sebesar 1.692. Angka ini dapat diartikan, jika pendapatan rumahtangga yang
bekerja di komoditi kopi meningkat karena kenaikkan permintaan akhir komoditi tersebut sebesar satu rupiah, maka diperkirakan pendapatan rumahtangga
di sektor perekonomian akan meningkat sebesar 1.692 rupiah baik langsung maupun tidak langsung dengan memperhitungkan efek konsumsi rumahtangga.
Peningkatan permintaan akhir sebesar satu rupiah pada komoditi kopi akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga sektor-sektor ekonomi
lainnya. Sektor-sektor ekonomi tersebut antara lain peningkatan pendapatan