Metode Pengumpulan Data Analisis Penerimaan Usahatani

34 Jaya dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa Kelompok Ternak Mekar Jaya merupakan satu-satunya kelompok ternak yang beranggotakan peternak sapi perah dengan jumlah anggota cukup banyak. Proses pengambilan sampel responden dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu dengan pertimbangan dari ketua kelompok ternak bahwa responden yang akan dijadikan sampel tersebut dianggap memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Jumlah populasi peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Mekar Jaya adalah sebanyak 75 peternak dan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 35 orang untuk memenuhi aturan umum secara statistik yaitu ≥ 30 orang karena diduga terdistribusi normal dan dapat digunakan untuk memprediksi populasi yang diteliti.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung di lapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan kuesioner yang telah dipersiapkan, studi literaturpustaka dan wawancara dengan responden. Observasi dilapangan dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung kondisi dilapangan sedangkan studi literaturpustaka dilakukan untuk memperoleh pendalaman informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Menganalisis data merupakan suatu proses lanjutan setelah dilakukan pengumpulan data. Menganalisis data ditujukan agar data yang telah dikumpulkan lebih bernilai dan dapat memberikan informasi yang diharapkan. Data yang telah diperoleh ditrankripsikan secara tertulis kemudian diolah dengan menggunakan alat analisis yang telah ditetapkan. Karakteristik demografis responden dianalisis dengan menggunakan tabulasi langsung presentase sedangkan untuk analisis tingkat pendapatan peternak dilakukan dengan menggunkan analisis pendapatan usahatani yaitu penerimaan dikurangi pengeluaran. Untuk menilai tingkat efisiensi usahatani yang dijalankan dihitung dengan menggunakan analisis rasio penerimaan atas biaya RC Rasio. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi 35 sapi perah yang dipelihara oleh peternak dianalisis dengan analisis regresi berganda dengan menggunakan bantuan software Minitab 14 dan Microsoft Excel.

4.5.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi

Perah Menurut Sigit et al 2008 terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi susu pada sapi perah yaitu meliputi jenis sapi, lama laktasi, kesehatan ternak dan ambing, frekuensi pemerahan, periode laktasi, kondisi lingkungan serta umur ternak. Sedangkan menurut Heriyatno 2009 menyebutkan bahwa faktor- faktor produksi yang mempengaruhi produksi susu sapi adalah pemberian pakan konsentrat, pakan hijauan, dan masa laktasi sapi produksi. Terdapat beberapa bentuk fungsi produksi yang dapat digunakan dalam analisis usahataniternak yaitu polinominal kuadratik, polinominal akar pangkat dua dan fungsi Cobb-Douglas. Namun, fungsi Cobb-Douglas paling sering digunakan untuk analisis usahatani. Menurut Soekartawi 2002 fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel. Varibel yang dijelaskan disebut sebagai variabel dependen Y dan variabel yang menjelaskan disebut sebagai variabel independen X. Variabel dependen berupa output sedangkan variabel independen berupa input. Adapun persamaan matematis mengenai fungsi Cobb-Douglas secara umum adalah sebagai berikut Gujarati, 1978: = b X , X , X ,….., X e Dimana: Y = Variabel Dependen X = Variabel Independen , 1 = Besaran yang akan diduga u = Unsur sisa e = Logaritma natural e = 2,718 Dalam memilih bentuk fungsi produksi yang digunakan untuk menganalisis suatu bentuk usahatani termasuk untuk peternakan, menurut Soekartawi et al 2011 terdapat tigal hal yang perlu diperhatikan yaitu 1 bentuk fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekati keadaan yang sebenarnya, 2 bentuk aljabar fungsi produksi yang dipakai harus mudah diukur 36 atau dihitung secara sistematik, serta 3 fungsi produksi itu dapat dengan mudah diartikan, khususnya arti ekonomi dari parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut. Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang yang mempengaruhi produktivitas sapi perah ditingkat peternak digunakan model Cobb-Douglas dimana terdapat dua variabel yaitu variabel Y sebagai peubah tak bebas dependent variable dalam hal ini adalah produksi sapi perah yang dipelihara peternak serta variabel X 1 , X 2 , X 3 , X n sebagai peubah bebas independent variable yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sapi perah peternak. Dalam menduga parameter dalam persamaan fungsi Cobb- Douglas maka harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk double logaritme natural ln bentuk persamaanya menjadi Gujarati, 1978: Ln Y = lnβ + β 1 lnX 1 + β 2 lnX 2 + β 3 lnX 3 + β 4 lnX 4 + β 5 lnX 5 + β 6 lnX 6 + β 7 lnX 7 + ε Keterangan: Y = Produksi Sapi Perah literbulan X 1 = Masa Laktasi Sapi Produksi hari X 2 = Jumlah Pemberian Pakan Kosentrat Sapi Produksi kgbulan X 3 = Jumlah Pemberian Pakan Hijauan Sapi Produksi kgbulan X 4 = Jumlah Pemberian Ampas Tahu kgbulan X 5 = Jumlah Pemberian Mineral kgbulan X 6 = Jumlah Pemberian Air literbulan X 7 = Tenaga Kerja HKP β = Konstanta β 1 ,β 2 ,β 3 ,…,β 7 = Koefisien Parameter Dugaan X 1 , X 2 , X 3 ,….X 7 Faktor-faktor produksi yang digunakan diatas diperoleh dari penelitan terdahulu, data historis dan perolehan informasi dari ketua kelompok ternak terkait faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Jika koefisien-koefisien dari parameter dugaan dari fungsi produksi dan varian lebih besar dari nol artinya semakin banyak input yang digunakan untuk proses produksi maka rata-rata hasil dan varian produksi susu akan semakin meningkat. Apabila terdapat coefisien variance bertanda negatif maka input tersebut adalah faktor produksi yang tidak berpengaruh dan jika koefisien variasinya bertanda positif maka input tersebut adalah sebagai faktor produksi yang mempengaruhi produksi susu perah. 37 Model fungsi produksi yang lebih banyak digunakan oleh peneliti dalam menganalisis usahataniternak adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Alasannya karena perhitungan dan penjelasan fungsi ini lebih mudah dibanding fungsi lain karena lebih mudah ditransfer kedalam bentuk linier. Selain itu fungsi Cobb- Douglas parameter-parameternya langsung dapat digunakan sebagai elastisitas produksi untuk setiap faktor produksi.

4.5.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dipergunakan untuk melihat hasil dari model fungsi produksi yang didapat dari proses pengolahan data. Pengujian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau tidak. 1 Pengujian Asumsi OLS Ordinary Least Square Didalam melakukan pendugaan model dilakukan dengan menggunakan metode OLS Ordinary Least Square. Namun, sebelum dilakukan pengujian ini terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi-asumsi yang yang sesuai dengan OLS yaitu pengujian multikolinieritas. Multikolinier variabel independent merupakan kondisi yang terjadi didalam analisis regresi berganda dimana terdapat hubungan linier diantara variabel-variabel bebasnya independent variable. Terdapat beberapa penyebab terjadinya multikolinieritas, salah satunya adalah adanya kecenderungan variabel-variabel yang bergerak secara bersamaan. Adanya multikolinier menyebabkan ragam variabel menjadi sangat besar, sehingga koefisien regresi dugaan tidak stabil yang akan berimplikasi besar dan arah koefisien variabel menjadi tidak valid untuk diinterpretasikan selain itu juga menyebabkan hasil uji signifikasni koefisien model dugaan menjadi tidak valid. Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinier dalam analisis regresi berganda salah satunya adalah dengan menggunakan kriteria Variance Inflation Factor VIF 10. Apabila nilai VIF 10 maka terdapat masalah multikolinier diantara variabel independent sehingga harus diperbaiki dengan cara menambah observasi atau mengeluarkan variabel independent yang berkolerasi kuat. 38 2 Pengujian Parameter Model Uji F Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tak bebas independent. Uji statistik yang digunakan untuk Uji F adalah Gujarati, 1978: F hitung = Dimana: R 2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sampel Kriteria uji: F-hitung F-tabel k-1, n- k, pada taraf nyata α maka tolak H F-hitung F-tabel k-1, n- k, pada taraf nyata α maka terima H Apabila tidak dilakukan dengan menggunakan tabel maka dapat dilihat berdasarkan nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut : P- value α, maka tolah H P- value α, maka terima H Apabila F-hitung F-tabel atau P- value α maka secara bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi. Sedangkan apabila F-hitung F-tabel atau P- value α maka secara bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi. 3 Pengujian Parameter Variabel Uji t Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t digunakan untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari masing variabel independen X yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Y. Rumusan hipotesis fungsi produksi: H : βi 0, artinya variabel bebas merupakan penjelas yang dapat mengurangi produksi terhadap variabel terikat. H 1 : βi 0, artinya variabel bebas merupakan penjelas yang dapat meningkatkan produksi terhadap variabel terikat. Uji statistik yang digunakan dalam uji t adalah Gujarati, 1978: t-hitung = 39 Dimana : βi = Koefisien regresi ke-i yang diduga Sβi = Standar deviasi dari βi Kriteria uji : T hitung T tabel α 2; n– k, maka tolak H , artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. T hitung T tabel α 2; n – k, maka terima H 0, artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dimana : n : Jumlah sampel k : Jumlah variabel

4.5.3 Hipotesis

Suatu kegiatan penelitian perlu dilakukan suatu hipotesis ataupun kesimpulan sementara berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah. Adapun hipotesis tersebut adalah sebagai berikut : 1. β 1 0 artinya apabila semakin lama masa laktasi sapi produksi maka, produksi susu sapi perah akan semakin meningkat. 2. β 2 0 artinya apabila semakin banyak pemberian pakan konsentrat maka, produksi susu sapi perah akan semakin meningkat. 3. Β 3 0 artinya apabila semakin banyak pemberian pakan hijauan maka, produksi susu sapi perah akan semakin meningkat. 4. Β 4 0 artinya apabila semakin banyak pemberian ampas tahu maka, produksi susu sapi perah akan semakin meningkat. 5. Β 5 0 artinya apabila semakin banyak pemberian mineral maka, produksi susu sapi perah akan semakin meningkat. 6. Β 6 0 artinya apabila semakin banyak pemberian air maka, produksi susu sapi perah akan semakin meningkat. 7. Β 7 0 artinya apabila semakin banyak penggunaan tenaga kerja maka, produksi susu sapi perah akan semakin meningkat.. 40

4.5.4 Analisis Pendapatan Usahaternak Sapi Perah

1 Penerimaan Usahaternak Sapi Perah Analisis penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah total hasil produksi dan harga jual susu per liternya. Analisis penerimaan usahaternak merupakan penerimaan peternak sebelum dikurangi biaya-biaya usahaternak. Analisis penerimaan terdiri dari analisis penerimaan tunai, penerimaan tidak tunai yang diperhitungkan, dan penerimaan total. Penerimaan tunai usahaternak diperoleh dari nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahaternak yaitu susu, sedangkan penerimaan tidak tunai adalah produk hasil usahaternak yang tidak dijual secara tunai, melainkan digunakan untuk konsumsi sendiri maupun sebagai pakan ternak susu untuk pedet. Penerimaan total adalah penjumlahan antara penerimaan tunai dengan penerimaan tidak tunai. 2 Biaya Usahaternak Sapi Perah Menurut Hernanto 1988 pengeluaran atau biaya usahatani farm expenses adalah semua biaya operasional dengan tanpa memperhitungkan bunga dari modal usahatani dan nilai kerja pengelola usahatani yang meliputi pengeluaran tunai current expenses, penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris serta nilai tenaga kerja yang tidak dibayar. Biaya total dalam usahaternak sapi perah terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, seperti biaya sarana-sarana produksi yang digunakan untuk usahaternak sapi perah, sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah untuk menghitung berapa besarnya pendapatan kerja peternak dan modal. Komponen biaya tunai seperti, rumput, konsentrat, ampas tahu, vaselin, mineral, biaya kesehatan hewan keswan, listrik, transportasi dan tenaga kerja luar keluarga, sedangkan komponen biaya diperhitungkan seperti, sewa lahan milik sendiri ha, tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan peralatan. 3 Pendapatan Usahaternak Sapi Perah Analisis pendapatan usahatani merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan usahaternak sapi perah dengan total pengeluaran biaya yang digunakan dalam usahaternak sapi perah. Penerimaan total diperoleh dari hasil perkalian antara total produksi yang dihasilkan dengan harga jual per satuan yang 41 diterima peternak. Sedangkan total biaya usahaternak merupakan penjumlahan antara biaya tunai dengan biaya diperhitungkan. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dengan biaya tunai. Sementara itu, pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Selain itu, juga dilakukan analisis mengenai penilaian besarnya penerimaan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam usahaternak sapi dapat digunakan dengan menggunakan analisis ratio penerimaan atas biaya RC rasio. Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif dari kegiatan usahaternak sapi perah atau indeks efisiensi usahaternak yang dilakukan. Analisis ini dibedakan menjadi dua, yaitu RC rasio atas biaya tunai yang diperoleh dari hasil pembagian antara total penerimaan dengan total biaya tunai sedangkan RC rasio atas biaya total diperoleh dari hasil pembagian antara total penerimaan dengan total biaya penjumlahan antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan Analisis pendapatan usahaternak sapi perah perlu dilakukan oleh peternak responden untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari usahaternak sapi perah dan mengetahui keuntungan dari kegiatan usahaternak yang diusahakan. Secara rinci, komponen pendapatan usahaternak sapi perah dapat dilihat pada Tabel 7. 42 Tabel 7. Komponen Pendapatan Usahaternak Sapi Perah No Keterangan Componen A Penerimaan tunai Harga Rp x Hasil yang dijual Liter B Penerimaan yang diperhitungkan Harga Rp x Hasil yang dikonsumsi Liter C Penerimaan Total A + B D Biaya tunai a. Biaya sarana produksi : hijauan, konsentrat, ampas tahu, mineral, vitamin dan obat-obatan, vaselin. b. Biaya tenaga kerja luar keluarga TKLK E Biaya yang diperhitungkan a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga TKDK b. Penyusutan kandang dan peralatan c. Lahan milik sendiri sewa F Biaya Total D + E G Pendapatan atas biaya tunai A – D H Pendapatan atas biaya total C – F I RC atas biaya tunai C : D J RC atas biaya total C : F Dalam analisis pendapatan usahatani perlu diperhitungkan biaya penyusutan alat-alat dan bangunan yang mempunyai daya tahan lama. Dalam penelitian ini metode penghitungan nilai penyusutan digunakan Metode Garis Lurus yaitu membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis barang tersebut. Terdapat asumsi nilai sisa bernilai nol tidak ada karena barang habis dipakai hingga umur ekonomisnya berakhir. Biaya penyusutan dapat dirumuskan sebagai berikut Soekartawi et.al. 2011: Penyusutan = Keterangan: NB : Nilai Beli AlatBangunan Rp NS : Nilai Sisa AlatBangunan Rp UE : Umur Ekonomi Tahun 43 V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Letak Geografis dan Pembagian Administratif Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan satu diantara 11 desa yang terdapat di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak kurang lebih 7 Km dari pusat Kecamatan Megamendung, 30 Km dari Ibukota KabupatenKota Bogor, 118 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat dan 73 Km dari pusat pemerintahan negara. Desa Cipayung memiliki batas wilayah sebagai berikut Desa Cipayung 2011 : Sebelah Utara : Desa Gunung Geulis, Kecamatan Sukaraja Sebelah Selatan : Desa Gadog, Kecamatan Megamendung dan Desa Kopo, Kecamatan Cisarua Sebelah Barat : Desa Pandansari dan Desa Cibanon, Kecamatan Sukaraja Sebelah Timur : Desa Cipayung Girang, Kecamatan Megamendung, Secara topografi Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor termasuk daerah yang berbukit-bukit dengan ketinggian 550 sampai 600 meter diatas permukaan laut dan tingkat kemiringan tanah 30 derajat. Suhu udara di daerah ini berkisar antara 23 sampai 27 o C dengan curah hujan sebesar 2500 - 4600 mmtahun, dan jumlah bulan hujan selama enam bulan dengan jumlah curah hujan yang tinggi menjadikan Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor menjadi daerah pertanian. Hasil sampingan dari usaha pertanian tersebut dimanfatkan oleh peternak sebagai pakan hijau untuk ternak dengan kemudahan tersebutlah menjadikan penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani tertarik untuk berternak. Hal tersebut juga didukung dengan kondisi lingkungan Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor sangat cocok untuk usaha peternakan sapi perah, bahkan sangat ideal sebagai sentra peternakan sapi perah di Kabupaten Bogor karena selain ditunjang dengan ketersediaan lahan pakan yang melimpah juga didukung dengan adanya koperasi yang mewadahi para peternak sapi perah serta adanya industri pengolahan susu yang terdapat di sekitar wilayah tersebut. 44 Luas wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor yaitu 775 hektar, yang terdiri atas pemukiman, persawahan, kuburan, pekarangan, perkantoran, dan prasarana umum lainnya. Secara rinci luas wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor yang dilihat menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Tahun 2010 No Jenis Penggunaan Luas Ha Persentase 1 Pemukiman 271,04 34,97 2 Persawahan 116,0 14,97 4 TegalLadang 234,0 30,20 5 RawaLahan Basah 116,03 14,97 7 Kuburan 8,0 1,03 8 Prasarana umum lainnya 29,93 3,86 Jumlah Total 775 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Bogor 2010 Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar luas wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor digunakan untuk pemukiman penduduk, yaitu sebesar 271,04 hektar atau mencapai 34,97 persen dari total luas wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Penggunaan lahan terbesar setelah untuk pemukiman adalah untuk tegalladang baik untuk ladang tanaman maupun peternakan yaitu sekitar 234 hektar. Hal tersebut menunjukkan bahwa lahan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor tidak diprioritaskan sebagai lahan untuk menanam padi. Besarnya penggunaan lahan untuk ladangtegal ini digunakan sebagai areal pertanian yang lebih variatif seperti untuk menanam tanaman palawija dan lahan hijauan yang biasanya digunakan sebagai pakan ternak.

5.1.2 Kependudukan dan Keadaan Sosial Ekonomi

Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor terdiri dari 44 RT dan 7 RW dimana terdapat 5.329 kepala keluarga KK dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 2.950 jiwakm 2 . Penduduk Desa Cipayung, 45 Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor berjumlah 22.865 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 11.728 jiwa dan perempuan sebanyak 11.137 jiwa. Mayoritas penduduk Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor menganut agama Islam dan merupakan penduduk asli daerah dengan suku sunda. Keadaan tingkat pendidikan formal di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor mencerminkan kemajuan pendidikan baik dari kualitas maupun kuantitas pada suatu wilayah tersebut. Pendidikan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor terus berkembang untuk memperoleh kualitas sumberdaya manusia yang baik. Gambaran mengenai tingkat pendidikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat Pendidikan Warga Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2010 No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Persentase 1 Belum Sekolah 4.669 20,42 2 Tidak Tamat SD 3.820 16,71 4 Tamat SD 8.316 36,37 5 Tamat SMPSederajat 4.265 18,65 6 Tamat SMASederajat 1.579 6,91 7 Tamat Akademi 171 0,75 8 S1S2S3 45 0,20 Jumlah Total 22.865 100,00 Sumber: Kantor Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor 2010 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor relatif rendah, dimana sebanyak 36,37 persen warganya memiliki latar belakang pendidikan hanya tamat sampai tingkat SD. Rendahnya tingkat pendidikan warga Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor disebabkan karena mahalnya biaya pendidikan sehingga sebagian besar anak-anak hanya mampu bersekolah hingga tingkat SD dan SMP saja. Namun, bila dilihat secara keseluruhan semakin berkembangannya tingkat pemikiran masyarakat terdapat kesadaran akan pentingnya pendidikan yang memadai hal tersebut dapat dilihat 46 dari adanya masyarakat yang melanjutkan pendidikannya hingga ke tingkat perguruan tinggi baik itu tingkat akademi, sarjana bahkan hingga pascasarjana. Apabila dilihat dari aspek ekonomi, mata pencaharian pokok yang dilakukan oleh penduduk Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor beraneka ragam, namun sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor adalah sebagai pedagang dan buruh bangunan. Bidang pertanian juga menjadi mata pencaharian yang banyak dilakoni oleh masyarakat Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor termasuk didalamnya adalah peternakan. Komposisi mata pencaharian masyarakat Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2010 No Jenis Pekerjaan Jumlah Orang Persentase 1 Petani 462 17,67 2 Peternak 74 2,83 3 Pengusaha Kecil 17 0,65 4 Wiraswasta 35 1,34 5 Buruh Industri 129 4,93 6 Buruh Bangunan 521 19,92 7 Pedagang 580 22,18 8 Pengemudi 491 18,78 9 Pegawai Negeri Sipil PNS 165 6,31 10 TNIPOLRI 13 0,50 11 Pensiunan PNS 128 4,89 Jumlah Total 2.615 100,00 Sumber: Kantor Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor 2010 Presentase jumlah tenaga kerja yang berada pada sektor perdagangan adalah sekitar 22,18 persen dan angka presentase tersebut merupakan nilai paling besar diantara sektor lain dalam hal mata pencaharian penduduk Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Mata pencaharian penduduk pada 47 sektor pertanian dikategorikan cukup banyak termasuk didalamnya sebagai petani dan peternak yaitu dengan presentase adalah 17,67 persen sebagi petani dan 2,83 persen sebagai peternak. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian cukup menjanjikan untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan utama masyarakat Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Keberadaan peternak khususnya peternak sapi perah didukung dengan adanya industri pengolahan susu yang terdapat di sekitar wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor sehingga mata pencaharian sebagai peternak sapi perah akan memiliki harapan untuk terus tumbuh dan berkembang mengingat jumlah permintaan susu segar terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

5.1.3 Sarana dan Prasarana

Seiring dengan adanya perkembangan pembangunan menyebabkan terjadinya perubahan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor yang didukung dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi. Perubahan fisik yang terjadi di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan sesuatu yang wajar sebagaimana yang terjadi di desa desa lainnya terutama di Pulau Jawa. Sarana yang ada di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, diantaranya berupa sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana keagamaan, sarana pemerintahan, sarana dan prasarana transportasi serta air bersih. Untuk sarana pendidikan baik formal maupun informal, terdiri dari sekolah Play GroupTKPAUD sebanyak 14 unit dan SDsederajat sebanyak 14 unit baik negeri maupun swasta. Sarana pendidikan formal tingkat SMPsederajat terdapat enam buah sekolah serta untuk tingkat SMAsederajat terdapat dua buah sekolah. Sarana kesehatan terdiri dari satu unit puskesmas pembantu, 25 unit posyandu, satu poliklinik, empat unit rumah bersalin dan tersedia dua dokter praktik. Kemudian untuk sarana dan prasarana transportasi terdapat beberapa pangkalan ojek. Selain itu terdapat sarana jalan dan telekomunikasi, sebagian besar masyarakat di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor telah memiliki alat komunikasi berupa telepon seluler sehingga memudahkan akses 48 komunikasi antar penduduk desa maupun dengan penduduk diluar Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Kondisi jalan menuju Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor masih kurang bagus, kondisi jalan banyak yang berlubang dan akan tergenang air bila sedang musim penghujan hal tersebut dikarenakan kondisi jalan belum di aspal. Selain itu, Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor juga menyediakan prasarana keagamaan seperti masjidmushola umum, gereja dan prasarana pemerintahan seperti gedung kantor desa dan inventaris-inventaris kantor Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor 2011.

5.1.4 Gambaran Umum Kelompok Ternak Mekar Jaya

Kelompok Ternak Mekar Jaya merupakan kelompok ternak yang bergerak dibidang usaha peternakan sapi perah. Awal mula terbentuknya kelompok ternak ini adalah munculnya gagasan dan pemikiran dari beberapa peternak sapi perah untuk membentuk suatu kelompok yang memiliki tujuan yang sama dalam bidang peternakan, yaitu agar dapat berbagi informasi dan mengembangkan usaha bersama. Kelompok ternak ini terbentuk sejak tahun 2000 dimana sekretariatnya beralamat di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Girang, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor sementara anggotanya tersebar di wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pada tahun yang sama kelompok ini menjalin kerjasama dengan menjadi anggota Koperasi Unit Desa Giri Tani yang beralamat di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. KUD Giri Tani merupakan koperasi bagi para peternak sapi perah di kawasan Kecamatan Cisarua dan sekitarnya termasuk Kecamatan Megamendung. Sistem kerjasama ini tercantum dalam hak dan kewajiban masing-masing pihak yaitu antara peternak dengan KUD Giri Tani yang telah dsepakati oleh kedua pihak tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari ketua kelompok ternak, dapat diketahui bahwa yang termasuk dalam hak peternak antara lain mendapatkan pelayanan dari pengurus koperasi mulai dari subsistem penyediaan input, produksi, pemasaran hasil, dan sebagai lembaga penunjang serta pelayanan kesehatan hewan. Sedangkan kewajiban yang harus dijalankan oleh peternak 49 antara lain adalah membayar iuran rutin serta aktif dalam menyetorkan susu yang dihasilkannya. Sampai saat ini Kelompok Ternak Mekar Jaya merupakan salah satu kelompok ternak anggota KUD Giri Tani yang mempunyai jumlah anggota peternak terbanyak yaitu berjumlah 74 peternak dengan jumlah peternak yang aktif sebagai anggota koperasi sebanyak 47 peternak. Sebelum tahun 2006 produksi susu yang dihasilkan Kelompok Ternak Mekar Jaya disalurkan melalui KUD Giri Tani, dimana susu yang berasal dari para peternak dikumpulkan melalui Kelompok Ternak Mekar Jaya kemudian disalurkan ke KUD Giri Tani yang nantinya akan disalurkan ke Perusahaan Pengolahan Susu yaitu PT Indomilk dan PT Diamond Cold Storage. Namun, pada tahun 2006 berdiri perusahaan pengolah susu yang berada di daerah Cisarua yaitu PT Cimory sehingga mneyebabkan KUD Giri Tani menghentikan pengiriman susunya ke PT Indomilk dan PT Diamond Cold Storage dan berpindah dengan menyalurkan susu hasil pengumpulan dari beberapa Kelompok Ternak yang tergabung didalamnya kepada PT Cimory. Hal tersebut dikarenakan adanya kemudahan dalam akses pengangkutan susu yang dilakukan terutama yang berkaitan dengan jarak dimana PT Cimory yang relatif lebih dekat dengan daerah peternakan sapi perah di sekitar Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung.

5.2 Karakteristik Peternak Responden

Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat ini dilakukan didasarkan bahwa desa tersebut merupakan daerah penghasil susu di Kecamatan Megamendung. Responden penelitian ini merupakan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Mekar Jaya Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting meliputi umur responden, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah kepemilikan sapi laktasi serta orientasi usahaternak. Karakteristik tersebut dianggap penting didalam penelitian ini karena akan berpengaruh terhadap pelaksanaan usahaternak sapi perah. 50

5.2.1 Umur Responden

Umur peternak yang dijadikan responden dalam penelitian ini berkisar antara umur 25 sampai 60 tahun. Presentase umur tertinggi yaitu sebesar 37,14 persen berada pada kelompok umur antara 30 sampai 40 tahun dengan jumlah peternak sebanyak 13 orang. Selain itu terdapat juga presentase umur terendah yaitu dengan nilai 5,71 persen, yang berada pada kelompok umur 60 tahun dengan jumlah peternak responden sebanyak 2 orang. Komposisi dari sebaran umum peternak responden berdasarkan umur responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Usia di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No Kelompok Umur Tahun Jumlah responden Orang Presentase 1 30 4 11,43 2 30 - 40 13 37,14 3 41 - 50 11 31,43 4 51 - 60 5 14,29 5 60 2 5,71 Total 35 100 Berdasarkan hasil pada Tabel 11 mengenai karakteristik peternak responden berdasarkan umur, maka dapat diketahui bahwa presentase terbesar peternak yang mengusahakan ternak sapi perah berada pada usia produktif dengan kisaran umur 30 sampai 50 tahun. Umur merupakan variabel yang cukup penting dalam melakukan sebuah kegiatan usaha karena akan mempengaruhi kemampuan peternak dalam menjalankan aktivitasnya. Umur berkaitan erat dengan kemampuan fisik serta kemampuan daya pikir peternak. Semakin tua usia seseorang maka akan semakin menurun kemampuan fisik serta daya pikirnya. Namun, terdapat beberapa peternak yang sudah memasuki usia lanjut yaitu 60 tahun yang masih menjalankan usahaternak sapi perahnya meskipun tidak secara aktif memantau keseluruhan kegiatan usahanya. Hal tersebut menunjukkan kurangnya generasi penerus yang akan terus melanjutkan usaha beternak sapi perah di kawasan ini, kondisi ini dapat menyebabkan semakin berkurangnya sumber daya manusia di bidang peternakan di masa yang akan datang. 51

5.2.2 Jenis Kelamin Responden

Kegiatan usahaternak yang menghasilkan susu segar di Desa Cisarua, ternyata tidak hanya dijalankan oleh kaum laki-laki saja, namun juga dijalankan oleh kaum perempuan. Adanya latar belakang yang berbeda serta didukung dengan adanya keterampilan yang beragam pula ternyata perempuan juga mampu menjalankan usaha ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahaternak sapi perah di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor ini didominasi oleh kaum laki-laki dengan nilai presentase mencapai 85,71 persen dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Sedangkan usahaternak yang dijalankan perempuan mempunyai jumlah peternak responden sebanyak 5 orang dengan nilai presentase sebesar 14,29 persen. Adapun komposisi sebaran umum peternak responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No Jenis Kelamin Jumlah Responden Orang Presentase 1 Laki Laki 30 85.71 2 Perempuan 5 14.29 Total 35 100 Terdapatnya kaum perempuan yang menjalankan usahaternak sapi perah ini didasari oleh berbagai faktor, diantaranya adalah karena beternak sapi perah merupakan usaha keluarga yang dijalankan secara turun-temurun, selain itu juga karena faktor dimana perempuan meneruskan usahaternak ini karena suaminya sudah tidak mampu secara fisik dalam menjalankan usahanya ataupun karena sebab suaminya sudah meninggal dunia.

5.2.3 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden mencerminkan kualitas sumber daya manusia, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin 52 tinggi pula kualitas sumber daya manusia tersebut. Kondisi tersebut dapat terlihat dari tingkat pengetahuan mengenai usaha yang dijalankan, masalaha yang dihadapi serta bagaimana mengatasi permasalahan yang dihadapi tersebut. Tingkat pendidikan yang pernah diperoleh oleh peternak responden akan berpengaruh terhadap tingkat penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan. Tingkat pendidikan peternak beragam dan sebagian besar responden hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar SDsederajat yaitu sebesar 68,57 persen yaitu sebanyak 24 responden. Presentase ini lebih besar bila dibanding dengan tingkat pendidikan lain seperti SMPsederajat hanya 22,86 persen, SMAsederajat sebanyak 5,71 persen serta yang mencapai pendidikan hingga perguruan tinggi hanya satu orang. Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar besar pernah mendapatkan pendidikan formal yang berarti peternak dapat membaca dan menulis sehingga dalam menjalankan usahanya tidak mengandalkan orang lain. Komposisi kelompok peternak responden berdasarkan tingkat pendidikan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Orang Presentase 1 SDsederajat 24 68.57 2 SMPsederajat 8 22.86 3 SMAsederajat 2 5.71 4 Perguruan Tinggi 1 2.86 Total 35 100.00 Selain pendidikan formal yang diperoleh peternak responden, perlu adanya tambahan pendidikan untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan beternak para peternak. Oleh karena itu Kelompok Ternak Mekarjaya selalu mengadakan acara pertemuan yang rutin dilakukan setiap satu bulan sekali dirumah anggota secara bergantian. Acara pertemuan rutin tersebut diisi dengan berbagai kegiatan seperti penyuluhan peternakan baik dari pihak KUD Giri Tani maupun dari instansi lain, konsultasi, pelatihan serta silaturahmi antar anggota yang tujuan 53 utamanya adalah untuk meningkatkan pengetahuan peternak dalam mengelola usahaternaknya.

5.2.4 Pengalaman Beternak Responden

Pengalaman beternak berkaitan erat dengan lama peternak dalam menjalankan usahanya. Pengalaman beternak peternak responden akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan serta keterampilan peternak dalam mengelola usahaternaknya. Menurut Heriyatno 2009 semakin lama pengalaman beternak, cenderung semakin memudahkan peternak dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan ushaternak yang dilakukannya. Pengalaman yang diperoleh akan mempengaruhi perilaku seseorang seperti pengetahuan, keterampilan, pemahaman serta sikap. Lamanya suatu usaha merupakan pengalaman yang dapat diambil manfaatnya, karena semakin lama pengalaman seseorang dalam menjalankan suatu usaha maka semakin banyak pengalaman yang akan diperoleh. Komposisi lengkap dari peternak responden berdasarkan pengalaman beternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No Pengalaman Beternak Jumlah Responden orang Presentase 1 1 Tahun 1 2.86 2 1 - 5 tahun 7 20.00 3 5 - 10 tahun 16 45.71 4 10 tahun 11 31.43 Total 35 100 Tabel 14 menggambarkan karakteristik responden berdasarkan pengalaman beternak sapi perah. Sebagian besar peternak yang dijadikan responden memiliki pengalaman bertenak sapi perah selama 5 - 10 tahun dengan persentase 45,71 persen sebanyak 16 responden. Pengalaman berternak yang dimiliki oleh responden menunjukan lamanya responden berperan aktif dalam usahaternak sapi perah. Semakin lama pengalaman berternak sapi perah maka 54 dapat disimpulkan bahwa responden sudah memahami teknik budidaya dalam kegiatan usahaternak yang dijalankan.

5.2.5 Kepemilikan Ternak Responden

Sapi perah yang dipelihara oleh peternak responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung merupakan sapi jenis Fries Holland FH. Dalam penelitian ini sapi perah yang diteliti merupakan sapi laktasi yaitu sapi yang sedang berada masa masa produktif menghasilkan susu. Total populasi ternak responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor adalah sebesar 179 ekor sapi laktasi. Jumlah kepemilikan ternak responden dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Kepemilikan Ternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No Kepemilikan Ternak Jumlah Responden Orang Presentase 1 1 - 10 ekor 31 88.57 2 11 - 30 ekor 3 8.57 3 30 ekor 1 2.86 Total 35 100.00 Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah kepemilikan ternak sapi perah pada penelitian ini berada pada tiga kelompok besar yaitu 1 – 10 ekor, 11 – 30 ekor, dan 30 ekor. Dari 35 peternak responden dapat dilihat bahwa jumlah terbesar terdapat pada pada responden dengan kepemilikan ternak berada pada kelompok 1 – 10 ekor dengan presentase sebesar 88,57 persen sebanyak 31 responden. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sebagian besar peternak responden mempunyai populasi ternak ≤ 10 ekor. Rendahnya tingkat kepemilikan ternak disebabkan oleh minimnya modal yang dimiliki peternak sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan peternak itu sendiri. Menurut Soedono 1999 peternakan sapi perah akan menguntungkan jika jumlah minimal sapi perah adalah 10 ekor dengan persentase sapi laktasinya ≥ 60 . Persentase sapi 55 laktasi merupakan faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam tata laksana suatu peternakan sapi perah untuk menjamin pendapatan. 5.3 Tatalaksana Usahaternak sapi Perah 5.3.1 Pengadaan dan Pemilihan Bakalan sapi Bangsa atau jenis sapi yang banyak dipelihara oleh para responden yang terdapat di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan bangsa sapi Fries Holland FH atau sapi peranakan hasil persilangan sapi Fries Holland dengan sapi lokal. Bakalan sapi perah ini diperoleh dari pembibitan dengan cara inseminasi buatan IB. Pada umumnya sapi yang memiliki karakter ekonomis yang menguntungkan berpenampilan bentuk tubuh dan genetis bagus serta sifat-sifat dan kesehatannya bagus. Atas dasar hal tersebut, maka banyak peternak dalam melakukan seleksi selalu bertitik tolak dari faktor- faktor genetis, penampilan tubuh, sifat-sifatnya serta kesehatan sapi. Kondisi tersebut membuat beberapa peternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor memberikan nama ataupun nomor pada setiap sapi agar lebih mudah dalam mengetahui setiap perkembangan sapi mana yang mempunyai cirri-ciri yang tepat untuk dijadikan sebagai bakalan. Pada umumnya proses seleksi selalu diawali dengan bangsa sapi yang disukai. Peternak sapi perah di Indonesia umumnya menyukai bangsa sapi Fries Holland FH dan peranakannya seperti hal nya bagi peternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, hampir 98 persen sapi milik peternak merupakan sapi peranakan bangsa Fries Holland FH. Secara umum bentuk tubuh sapi yang sesuai sebagai bakalan adalah bentuk tubuh menyudut atau berbentuk seperti pasak, tubuh kurus sehingga nampak tonjolan-tonjolan tulang, terutama pada kepala, leher, dan bahu. Namun, walaupun sapi nampak kurus sapi dalam kondisi sehat. Sapi yang sehat selalu aktif, nafsu makan kuat, keadaan kulit halus dan mengkilat serta matanya bersinar. Kapasitas tubuh besar sehingga memungkinkan sapi dapat menampung sejumlah makanan sari berbagai jenis makanan dengan volume tinggi yang diperlukan sebagai bahan baku dalam pembentukkan energi. 56 Genetik sapi berpengaruh terhadap kemampuan sapi dalam memproduksi susu, kualitas air susu serta keteraturan beranak. Kualitas dan jumlah produksi susu yang mempunyai sifat menurun biasanya dapat diperbaiki melalui proses seleksi. Maka dari itu perlu kecermatan dalam menentukan sapi untuk dijadikan bakalan atau induk dengan mengetahui asal usul keturunannya. Sifat-sifat sapi sangat berpengaruh terhadap produksi susu. Calon induk yang mempunyai sifat jinak dan tenang, penurut, nafsu makan tinggi akan sangat mudah dipelihara dan dikuasai. Berbeda dengan sapi yang mempunyai sifat yang gugup dan tidak dapat beradaptasi dengan cara-cara yang dipergunakan dalam pengelolaan dapat mengakibatkan kurangnya ketenangan dalam kelompok sehingga produksi susu secara keseluruhan menurun. Selain berdasar bentuk tubuh, genetik dan sifat-sifat sapi perlu diperhatikan pula kondisi kesehatan sapi karena sapi yang tidak sehat akan mudah terserang infeksi suatu penyakit seperti Brucellosis, kemandulan, TBC, radang ambing dan lain-lain.

5.3.2 Pemeliharaan Sapi Perah

Kegiatan usahaternak sapi perah dilakukan mulai dari kegiatan pemeliharaan hingga pada proses penanganan susu. Jadwal kegiatan pemeliharaan sapi serta penanganan susu murni yang dilaksanakan oleh peternak sapi perah di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 16. 57 Tabel 16. Jadwal Kegiatan Pemeliharaan Sapi Perah di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012 Waktu Kegiatan Jam Jenis Kegiatan Pagi 04.00 - 05.00 1. Membersihkan Kandang sapi 2. membersihkan ambing sapi sebelum diperah 3. memberi pakan hijauan 05.00 - 08.00 1. Pemerahan susu 2. penyetoran susu ke TPS 3. Membersihkan Peralatan 4. memandikan sapi 5. memberi pakan konsentrat dan air minum 08.00 - 11.00 1. mencari rumput Istirahat Sore 13.30 - 15.30 1. Membersihkan Kandang sapi 2. Memberi pakan hijauan 3. memandikan sapi 4. membersihkan ambing sebelum diperah 15.30 - 16.30 1. Pemerahan susu 2. mengirim susu ke TPS 3. memberi makan konsentrat dan air minum Pada umumnya responden melakukan kegiatan pemeliharaan sapi seperti pada jadwal kegiatan pemeliharaan sapi Tabel 16. Kegiatan tersebut merupakan standar operasional prosedur yang telah diberikan oleh penyuluh peternakan dari koperasi. Jadwal kegiatan tersebut disusun dan dilakukan secara rutin agar tujuan dan mutu yang diharapkan oleh peternak menjadi lebih baik. Selain itu dengan adanya jadwal kegiatan yang tersusun jelas akan mengurangi tingkat stress pada sapi karena sapi pada akhirnya mempunyai kebiasaan kapan harus dimandikan, kapan harus makan dan kapan pula harus di perah. a Pembersihan Kandang, Tempat Pakan dan Tempat Minum Ternak Kandang ternak harus selalu dalam keadaan bersih dan kering agar tidak menjadi sarang kuman dan penyakit. Responden biasanya membersihkan kandang dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari sebelum sapi akan diperah. Kandang harus dibersihkan dari kotoran, urin serta sisa-sisa makanan yang tidak temakan sapi. Kegiatan pembersihan kandang biasanya dilakukan bersamaan pada saat sapi dimandikan. Kotoran sapi yang menumpuk dibuang dengan menggunakan sekop 58 dan ditampung ditempat penampungan kotorang sapi. Selanjutnya, lantai dibersihkan dengan menyemprotkan air dan air kotor dialirkan keparit yang nantinya mengalir ketempat pembuangan. Peralatan yang digunakan juga harus dibersihkan setiap hari, hal ini agar mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Sesudah digunakan peralatan dicuci bersih dengan menggunakan sabun lalu dikeringkan. Upaya tersebut dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit akibat sanitasi yang kurang baik. b Memandikan Sapi Kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan dalam pemeliharaan sapi perah adalah memandikan sapi. Responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor pada umumnya memandikan ternaknya sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari setelah sapi di perah. Sapi biasanya di mandikan bersamaan pada waktu membersihkan kandang. Sapi menghabiskan hari-hari berada dikandang sehingga menyebabkan kandang menjadi mudah kotor yang diakibatkan oleh kotoran dari sapi itu sendiri yang menempel pada kulitbulu pada saat sapi berbaring. Ktoran yang melekat pada bagian tubuh sapi tersebut banyak mengandung kuman penyakit dan bakteri yang dapat menimbulkan penyakit salah satunya adalah gatal-gatal sehingga membuat sapi gelisah dan tidak tenang. Maka dari itu, sapi harus dimandikan minimal dua kali sehari dengan cara menggosok kulit sapi terutama pada bagian-bagian lipatan kulit dan sekitar ambing lalu menyemprotnya dengan air hingga bersih. Pengalaman para peternak apabila sapi tidak dimandikan, maka produksi susu akan menurun 10 persen Sudono, 1999. Semua sapi usia dewasa dimandikan kecuali untuk pedet, hal ini karena daya tahan tubuh pedet masih lemah dan rentan. Kegiatan memandikan ternak dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.3.3 Kandang

Kandang merupakan tempat tinggal bagi sapi dan juga sebagai tempat bekerja bagi peternak yang mengurus ternaknya setiap hari. Sapi perah harus selalu diawasi dan dilindungi dari aspek-aspek lingkungan yang dapat merugikan ternak seperti angin kencang, terik matahari, air hujan, suhu udara di malam hari 59 yang dingin, gangguan binatang buas serta pencuri. Oleh karena itu peternak harus menyediakan bangunan kandang yang dapat mengamankan ternak dari lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga akan berpengaruh pada produksi ternak. Kandang dapat memberikan jaminan kesehatan ternak serta menunjang tatalaksana usahaternak yang dijalankan. Mengingat bahwa kandang sangat menunjang kenyamanan, keamanan dan kesehatan ternak serta menunjang tatalaksana usahaternak, maka pembangunan kandang harus dipersiapkan secara benar sehingga dari segi teknis memenuhi persyaratan. Kandang milik peternak responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor sebagian besar sudah semi permanen dan terletak di samping atau dibelakang rumah. Dinding kandang terbuat dari kayu dan ada pula yang terbuat dari semen setinggi leher orang dewasa 1,5 meter hal ini bertujuan agar pergantian sirkulasi udara di dalam kandang lancar serta memungkinkan masuknya sinar matahari khususnya pada pagi hari. Lantai kandang sudah terbuat dari semen dan dibuat dengan tekstur miring selain itu juga dibuat parit atau selokan hal ini bertujuan agar pada saat pembersihan kandang lebih mudah serta kotoran dan urin ternak dapat mengalir keselokan sehingga lantai kandang akan cepat kering dan tidak licin. Selain itu, pada setiap ekor sapi dialasi dengan matras yang terbuat dari karet yang berguna sebagai tempat berpijak agar sapi tidak slip dan juga berfungsi sebagai alas untuk tidur. Tempat makan dan minum merupakan perlengkapan yang penting dalam kandang ternak. Sebagian besar temapt makan dan minum ternak responden sudah dibuat secara permanen dari semen secara individual. Selain itu ukuran kandang menentukan seberapa besar populasi dapat di tamping, karena apabila populasi ternak dalam kandang yang berukuran kecil terlalu banyak akan berpengaruh pada tingkat stress dan kenyamanan sapi itu sendiri sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan produksi susu. Pada umumnya ukuran kandang yang digunakan responden berukuran antara 1,2 x 1,5 sampai 1,5 x 2.0 meter untuk satu ekor sapi dewasa, sedangkan untuk pedet biasanya kandang akan terpisah dengan sapi dewasa namun masih dalam satu lokasi dengan ukuran sekitar 1.0 x 1,5 meter dilengkapi ember sebagai tempat makan dan minum. Responden membersihkan kandangnya dua kali sehari yaitu 60 pagi dan sore hari sebelum pemerahan. Hal itu dilakukan untuk menjaga kenyamanan sapi perah dan kebersihan susu yang dihasilkan.

5.3.4 Peralatan

Peralatan merupakan perlengkapan yang harus dimiliki oleh peternak dalam membantu menjalankan usahaternaknya. Peralatan ini menunjang responden dalam melakukan usaha budidaya sapi perah. Peralatan yang dimiliki oleh responden akan berpengaruh terhadap biaya tetap yang dikeluarkan oleh responden berupa biaya penyusutan alat. Penghitungan nilai penyusutan ini digunakan metode garis lurus antara nilai beli dengan umur ekonomis peralatan tersebut. Peralatan yang digunakan oleh peternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor antara lain: 1. Milk Can, yaitu kaleng penampung susu yang terbuat dari alumunium khusus tanpa sambungan. Terdiri dari berbagai ukuran namun yang biasanya dimiliki oleh peternak responden antara lain berkapasitas 10 liter, 15 liter dan 20 liter. 2. Ember, digunakan untuk menampung air minum sapi, memandikan sapi, menampung pakan ransum sapi serta untuk membersihkan kandang. Ukuran ember yang digunakan bervariasi mulai dari 10 liter, 15 liter dan 20 liter. 3. Sabitaritgolok, digunakan untuk memotong rumput pakan ternak dan untuk membersikan semak yang tumbuh disekitar kandang. 4. Cangkulsekop, digunakan untuk membersihkan kotoran sapi. 5. Literan, digunakan untuk mengukur jumlah susu yang diproduksi. 6. Drumbak penampung air, digunakan untuk menampung air yang akan digunakan untuk membersihkan kandang atau memandikan sapi. Biasanya hanya dimiliki oleh peternak yang mempunyai populasi sapi cukup banyak. 7. Selang plastik, digunakan untuk menyalurkan air dari sumber air ke kandang ternak untuk membersihkan kandang dan memandikan ternak dengan menyemprotkan air melalui selang. 8. Sepatu boot, digunakan sebagai pelindung kaki peternak. Sebagian besar peralatan untuk peternakan diperoleh peternak dari KUD Giri tani, dengan sistem pembayaran tunai ataupun kredit, namun terdapat pula 61 peternak yang membeli diluar KUD Giri Tani. Pembelian alat-alat secara kredit pembayarannya dilakukan dengan memotong dari hasil penjualan susu.

5.3.5 Tenaga Kerja

Menurut Alpian 2011, tenaga kerja merupakan kelompok penduduk dalam usia kerja. Penggunaan tenaga kerja biasanya dinyatakan dengan besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai merupakan besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Besar kecilnya curahan tenaga kerja akan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Tenaga kerja dapat diperoleh dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Pada umumnya penggunaan tenaga kerja responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor menggunakan perhitungan Hari Kerja Pria HKP, dimana setiap harinya tenaga kerja dihitung dengan jumlah jam kerja sebanyak delapan jam per hari dihitung mulai dari pukul 04.00 pagi hingga pukul 07.00 pagi, lalu pukul 08.00 hingga 11.00 lalu akan dilanjutkan kembali mulai pukul 14.00 sore hingga pukul 16.00 sore. Sebagian besar tenaga kerja yang dipakai oleh responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan tenaga kerja dari keluarga dengan presentase sebanyak 77,14 persen, sedangkan responden yang menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga sebanyak 22,86 persen. Kegiatan tenaga kerja yang dilakukan dalam memelihara ternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor meliputi membersihkan kandang, memberi makan dan minum sapi, memandikan ternak, mencari rumput dan pemerahan. Upah tenaga kerja per hari rata-rata sebesar Rp 25.000. Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga memaksa responden untuk mengeluarkan biaya secara langsung sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah mereka lakukan, sementara penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga, responden tidak perlu mengeluarkan biaya secara langsung sehingga dapat mengurangi pengeluaran yang harus dikeluarkan responden untuk pembayaran tenaga kerja disetiap bulannya. 62

5.3.6 Pakan

Menurut Girisonta 1995 semua makhluk hidup membutuhkan makanan, termasuk sapi perah. Makanan bagi sapi perah berfungsi untuk perawatan tubuh dan kegiatan biologis yang lain seperti bernapas, proses pencernaan, gerakan jantung, dan menggantikan bagian-bagian tubuh yang rusak. Selain itu, juga untuk memproduksi susu, daging, dan pertumbuhan janin dalam kandungan. Dalam usaha pemeliharaan sapi perah terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan agar usahaternak yang dijalankan dapat berhasil. Faktor pertama adalah feeding pakan yang menempati posisi terbesar dalam usaha pemeliharaan sapi perah yaitu sebesar 55 persen, sementara breeding dan management menampati posisi kedua dan ketiga masing-masing 25 persen dan 20 persen Girisonta, 1995. Fakta tersebut membuktikan bahwa faktor pemberian pakan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan sapi perah, karena pemberian pakan yang salah akan berpengaruh pada menurunnya produksi ternak. Responden sangat menyadari bahwa pakan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi ternak, maka dari itu responden akan berusaha memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak dari pakan yang diberikan. Sebagian besar responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor memberikan pakan ternak terdiri dari tiga kelompok yaitu makanan hijau hijauan, konsentrat serta pakan tambahan berupa ampas tahu. Makanan hijau hijauan merupakan makanan pokok yang dibutuhkan sapi karena mengandung karbohidrat dan serat kasar yang tinggi. Biasanya responden akan mendapatkan hijauan di daerah sekitar tempat tinggal seperti tegalanladang yang memang ditanami rumput-rumputan untuk pakan ternak, namun terkadang juga responden mendapatkannya dari limbah pertanian seperti daun jagung. Selain dari hasil mencari sendiri, responden juga membeli rumput segar sebagai pakan ternaknya dari pihak tertentu yang memang menyediakan dengan harga rata-rata Rp 150,- per kilogram. Pemberian pakan pada sapi perah sangat mempengaruhi produksi susu, karena pemberian pakan yang kurang baik akan dapat menurunkan produksi susu yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan 63 diketahui bahwa jenis hijauan yang diberikan responden untuk ternak berupa rumput gajah, rumput lapang, limbah pertanian seperti daun jagung, daun singkong dll. Sebagian responden dalam memberikan hijauan dilakukan secara perkiraan tanpa ukuran yang pasti, dan diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pada pagi hari, pakan hijauan diberika pada pukul 07.00 pada saat sapi akan diperah sedangkan pada sore hari pakan hijauan diberikan pada pukul 16.00 pada saat sapi akan dan setelah diperah. Pemenuhan kebutuhan gizi pada sapi perah dilakukan dengan pemberian pakan yang mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap dan seimbang. Pemberian makan sapi berupa hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi pada ternak maka dari itu diperlukan makanan tambahan berupa konsentrat yang merupakan makanan dengan kandungan energi dan protein yang tinggi serta serat kasarnya rendah. Bahan makanan konsentrat ini terdiri dari biji-bijian seperti jagung, menir, dan bulgur, hasil ikutan pertanian dari pabrik seperti dedak, katul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah dan molases. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan protein pada ternak, responden juga memberikan makanan tambahan berupa ampas tahu yang biasanya pemberiannya dicampur dengan konsentrat. Konsentrat diperoleh responden dari KUD Giri Tani dengan harga Rp 2000 per kilogram sedangkan ampas tahu ini diperoleh responden dari produsen tahu yang berada di daerah Ciawi dengan harga rata-rata Rp 300,- per kilogram. Kegiatan pemberian pakan pada sapi perah dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.3.7 Air Minum

Air merupakan salah satu komponen bahan makanan yang sangat diperlukan oleh sapi perah dalam jumlah besar disamping energy dari makanan pokok. Kebutuhan air tidak dapat di abaikan karena 70 persen dari tubuh sapi terdiri dari air. Dalam tubuh sapi air berfungsi untuk mengatur suhu dalam tubuh, membantu proses pencernaan, metabolism, membantu pelepasan kotoran dan sebagainya. Kebutuhan air dapat dipenuhi dalam bentuk air minum dan air yang terdapat dalam makanan. Sapi perah membutuhkan 2 – 2,5 kg air minum untuk memproduksi air susu sebanyak 0,5 kg, oleh karena itu air harus disediakan dalam jumlah cukup banyak atau ad libitum tanpa batasan agar dapat memproduksi 64 susu lebih tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan responden memberikan air untuk ternak dengan menggunakan ember besar. Air yang diberikan merupakan air bersih yang berasal dari mata air disekitar wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Kegiatan pemberian pakan pada sapi perah dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.3.8 Kesehatan Hewan dan Reproduksi

Sapi perah yang terserang penyakit akan dapat menimbulkan kerugian besar bagi peternak terutama untuk penyakit yang bersifat menular. Maka dari itu, diperlukan penanganan langsung apabila ternak terserang penyakit. Responden biasanya akan menghubungi bagian kesehatan hewan keswan yang sudah disediakan ole pihak KUD Giri Tani, namun untuk responden anggota Kelompok Ternak Mekar Jaya sudah mempunyai petugas kesehatan sendiri untuk mengatasi permasalahan dan penyakit pada ternak. Responden hanya perlu melaporkan ke bagian kesehatan hewan keswan untuk mendapatkan pelayanan berupa obat- obatan dan vitamin sesuai dengan penyakit yang menyerang ternak. Jenis penyakit yang sering menyerang pada ternak milik responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor antara lain adalah Anorexia, Indigesti, diare, Mastitis, pilek, kembung perut, dan Brucellosis keguguran menular. Sementara untuk jenis penyakit Anthrax dan ngorok belum pernah ditemukan pada ternak milik peternak sapi perah di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pada umumnya sistem reproduksi sapi perah responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dilakukan dengan cara Inseminasi Buatan IB. Inseminasi Buatan IB adalah suatu metode memasukkan semenmani pejantan unggul kedalam rahim sapi betina dengan menggunakan alat bantuan manusia. Inseminasi Buatan IB merupakan suatu cara beternak modern dalam usaha meningkatkan mutu ternak seefisien mungkin. Selain itu, bagi responden Inseminasi Buatan IB dirasa lebih banyak memberikan keuntungan hal ini karena lebih praktis, hemat waktu, hemat tenaga, hemat biaya, serta mengurangi tingkat penyebaran penyakit oleh sapi jantan dan anak sapi pedet hasil inseminasi buatan keturunannya lebih bagus. 65 Menurut hasil wawancara dengan petugas kesehatan hewan Kelompok Ternak Mekar Jaya, tidak semua sapi mengalami kebuntingan pada saat pertama kali dilakukan Inseminasi Buatan IB, sehingga menyebabkan sapi kehilangan masa suburnya dan harus menunggu lagi selama 21 hari hingga masa sapi birahi kemudian dilakukan Inseminasi Buatan IB lagi. Sebelum melakukan Inseminasi Buatan IB perlu diketahui saat yang tepat untuk melakukannya, untuk itu perlu diketahui berapa lama saat birahi pada sapi betina. Birahi pada sapi betina akan berlangsung selama 6 sampai 36 jam dengan rataan 18 jam pada sapi betina betina dewasa dan 15 jam pada sapi betina dara Syarif dan Sumoprastowo, 1984. Waktu yang tepat dilakukan adalah sekitar 10,5 jam setelah tanda birahi mulai muncul seperti sapi tampak gelisah dan selalu ingin keluar kandang, mengibas- ngibaskan ekor, nafsu makan berkurang, produksi susu menurun dll. Pedoman mengenai saat yang tepat untuk mengawinkan sapi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Pedoman Waktu Mengawinkan Sapi yang Tepat Saat Permulaan Tanda Birahi Waktu Terbaik untuk Mengawinkan Terlambat 1. Pagi hari sebelum pukul 09.00 - Hari itu Juga - Siang esok harinya 2. Siang hari pukul 09.00 - 12.00 - Sore pada hari yang sama - 14 pagi esok harinya sebelum pukul 10.00 - Pagi esok harinya setelah pukul 10.00 3. Sore hari - Pada esok harinya - Siang esok hari sebelum pukul 15.00 - Besok siangnya setelah pukul 15.00 Sumber : Girisonta 1995 Sapi yang baru saja beranak, bisa dikawinkan kembali setelah 60 - 95 hari karena apabila dilakukan penundaan yang terlalu lama akan menyebabkan jarak kelahiran calving internal berikutnya terlalu panjang. Namun, pengaturan jarak kelahiran calving interval pada responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor melebihi 365 hari. Inseminasi Buatan IB dan pelayanan kesehatan untuk ternak milik responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dilakukan dengan menggunakan petugas kesehatan yang memang sudah disediakan oleh Kelompok Ternak Mekar Jaya. Biaya pelayanan Inseminasi Buatan IB sebesar Rp 30.000, dimana untuk biaya 66 suntik obat-obatan dan vitamin berkisar antara Rp 20.000 sampai Rp 30.000 tergantung jenis suntikan yang diberikan.

5.3.9 Pemerahan

Produksi susu pada sapi perah dilakukan dengan cara memerah. Kegiatan pemerahan yang dilakukan oleh pekerja bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana melainkan suatu pekerjaan yang menuntut keterampilan. Kualitas produksi susu selain dipengaruh oleh proses pemeliharaan seperti pemberian pakan yang baik, pencegahan dan pemberantasan penyakit, juga dipengaruhi oleh teknik pemerahan yang benar. Responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor biasanya melakukan kegiatan pemerahan sebanyak dua kali sehari yaitu pukul 05.00 – 06.30 pada pagi hari dan pukul 15.30 – 17.00 pada sore hari. Teknis pemerahannya masih sederhana atau tradisonal yaitu dengan menggunakan tangan pekerja. Sebelum melakukan proses pemerahan, biasanya dilakukan beberapa persiapan antara lain terlebih dahulu sapi di beri makan hal ini bertujuan agar sapi tenang pada saat akan diperah. Setelah itu sapi dimandikan dan lantai kandang juga dibersihkan dengan cara disemprot dengan air hal ini berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan susu yang di produksi. Ambing dan puting di bersihkan dengan menggunakan air hangat, digosok secara perlahan dengan menggunakan kainspons kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kebersihan air susu dan mengurangi pencemaran. Agar merangsang keluarnya air susu biasanya dilakukan dengan memijit massage secara perlahan pada ambing sapi yang diperah. Puting sapi yang akan diperah perlu diolesi minyak kelapa atau vaselin agar menjadi licin sehingga memudahkan proses pemerahan dan sapi tidak merasa kesakitan, kebutuhan vaselin responden rata-rata dalam satu bulan sebesar 1.050 gram dan diperoleh responden dari KUD Giri Tani. Proses pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati, lembut dan diawali dengan pemerahan pelan lalu dilanjutkan dengan lebih cepat. Pemerahan harus dilakukan secepat mungkin karena pemerahan yang terlalu lama akan menimbulkan efek yang kurang baik pada sapi yang diperah salah satunya adalah sapi akan menjadi stres. Pemerahan dilakukan terus-menerus hingga air susu yang 67 didalam ambing tidak keluar dan habis, setelah itu puting di bersihkan dengan menggunakan lap dan air hangat untuk mencegah terjadinya mastitis pada sapi. Kegiatan pemerahan susu dapat dilihat pada Lampiran 5.

5.3.10 Pemasaran Susu

Produksi susu dari para peternak sebagian besar dijual melalui KUD Giri Tani yang nantinya akan disalurkan ke PT Cisarua Mountain Dairy Cimory. Pada awalnya peternak responden yang tergabung dalam Kelompok Ternak Mekar Jaya mengumpulkan susu di sekretariat kelompok ternak kemudian susu yang sudah terkumpul akan dijemput dan diangkut oleh mobil KUD Giri Tani untuk selanjutnya akan dikirim ke PT Cimory. Namun, seiring berjalannya waktu dengan keunggulan yang dimiliki oleh Kelompok Ternak Mekar Jaya yaitu dalam hal pengadaan alat transportasi mandiri sehingga susu yang berasal dari peternak setelah dikumpulkan dari dua pos pengumpulan susu maka susu tersebut langsung dikirim ke PT Cimory. Dengan demikian susu segar tersebut tidak akan terlalu lama dalam perjalanan yang beresiko menyebabkan kerusakan dan menurunkan kualitas susu. Adanya alat pengangkutan sendiri dirasa menguntungkan bagi peternak itu sendiri karena harga susu yang diterima lebih tinggi dibanding sebelumnya karena kualitas susu lebih baik. Kegiatan penyetoran susu dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 18 menjelaskan mengenai rincian jumlah input yang digunakan responden dalam usahaternak sapi perah serta hasil produksinya Tabel 18. Rata-Rata Penggunaan Input Serta Output yang dihasilkan Dalam Usahaternak Sapi Perah di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Pada Bulan Januari Tahun 2012. Uraian Jumlah Satuan 1. Input Usaha - Konsentrat 914.94 Kilogram - Hijauan 5,845.71 Kilogram - Ampas Tahu 1,526.97 Kilogram - Mineral 2.63 Kilogram - Air 4410.86 Liter - Vaseline 0.69 Kilogram - Tenaga Kerja 24,08 HKP 2. Output Susu 1665.51 Liter 68 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH Dalam suatu kegiatan usaha ekonomi mempunyai tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Dalam usahaternak sapi perah salah satu usaha untuk memperoleh keuntungan adalah dengan cara meningkatkan produksi sapi perah yang dipelihara. Maka dari itu, perlu dipahami terlebih dahulu mengenai faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi produksi sapi perah. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu di tingkat peternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dianalisis dengan menggunakan model fungsi Cobb-Douglas yang menunjukkan hubungan matematis antara produksi susu dengan faktor -faktor produksi yang digunakan. Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam usahaternak sapi perah di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor antara lain masa laktasi sapi produksi X1, hijauan X2, konsentrat X3, ampas tahu X4, air X5, mineral X6 dan tenaga kerja X7. Berdasarkan ketujuh faktor tersebut akan dilihat berapa besar pengaruhnya terhadap produksi sapi perah. Didalam mendugaan parameter pada fungsi persamaan Cobb-Douglas maka data diubah terlebih dahulu kedalam bentuk double logaritme natural ln. Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software Minitab 14 diperoleh hasil pendugaan fungsi produksi seperti pada Tabel 19. 69 Tabel 19. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Susu Responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Bulan Januari Tahun 2012 Variabel Koefisien Regresi Simpangan Baku Koefisien T-Hitung P-Value VIF Konstanta 1,545 1,101 1,40 0,172 Ln Masa Laktasi X1 -0,4736 0,1646 -2,88 0,008 1,7 Ln Konsentrat X2 0,1259 0,1520 0,83 0,415 5,1 Ln Hijauan X3 0,2664 0,1888 1,41 0,170 8,6 Ln Ampas Tahu X4 0,05208 0,05737 0,91 0,375 2,3 Ln Mineral X5 0,01716 0,09733 0,18 0,861 3,3 Ln Air X6 0,7283 0,1873 3,89 0,001 9,3 Ln Tenaga Kerja X7 -0,4889 0,2572 -1,90 0,068 3,7 R sq : 90,7 persen R sqadj : 88,2 persen F hitung : 37,48 F tabel : 2,37 : berpengaruh nyata pada taraf 20 persen Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software Minitab 14 diperoleh model fungsi produksi : Y = 1,55 X1 - 0,474 X2 0,126 X3 0,266 X4 0,0521 X5 0,0172 X6 0,728 X7 - 0,489 Model fungsi tersebut bila dilinierkan menjadi : Ln Y = 1,55 – 0,474 ln X 1 + 0,126 ln X 2 + 0,266 ln X 3 + 0,0521 ln X 4 + 0,0172 ln X 5 + 0,728 ln X 6 – 0,489 ln X 7 Berdasarkan Tabel 19, hasil nilai F-hitung pada model penduga fungsi produksi mencapai 37,48 dan nilai tersebut lebih besar dari nilai F-tabel yaitu 2,37. Kondisi ini menjelaskan bahwa semua faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan usahaternak sapi perah secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata dalam produksi susu sapi perah. Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap produksi susu adalah masa laktasi, hijauan, air dan tenaga kerja sedangkan untuk input konsentrat, ampas tahu dan mineral tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi susu. Model penduga fungsi produksi yang telah dilakukan analisis dapat menujukkan adanya tingkat kelayakan berdasarkan asumsi OLS Ordinary Least Square yaitu dengan mencari koefisien model melalui pengepasan fitting antara model dengan data sampel. Adapun asumsi OLS yang dimaksud adalah model linier dalam koefisien parameter, tidak terdapat multikolinier diantara variabel independent, ragamnya homogen homoskedastisitas dan tidak terdapat 70 autokorelasi. Pengujian multikolinieritas dilakukan agar variabel independen yang digunakan tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Analisis mengenai uji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF Variance Inflation Factors maupun pada hasil uji korelasi, untuk lebih rincinya dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil pengujian antar variabel pada Lampiran menyatakan bahwa model yang digunakan tidak terdapat multikolinieritas pada setiap variabel. Hal itu dapat dilhat bahwa nilai VIF dari tujuh variabel tidak ada yang lebih dari 10. Sehingga model dikatakan baik dan dapat dilakukan analisis berikutnya yaitu melihat apakah model terdapat heteroskedistisitas dengan menggunakan pendekatan grafik yang dapat dilihat pada Lampiran 3, menunjukkan plot antar residual dengan data menyebar mengikuti plot normal. Dilihat dari hasil penghitungan secara statistik analisis model penduga fungsi produksi pada peternak di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor telah memenuhi asumsi OLS Ordinary Least Square. Hal tersebut juga dapat dianalisis melalui nilai p-value pada hasil Analysis of Variance pada Lampiran 2 yang bernilai nol sehingga mengindikasikan bahwa semua variabel atau salah satu variabel dalam model regresi secara statistik tidak bernilai nol. Terpenuhi syarat asumsi OLS ini menunjukkan bahwa model fungsi produksi tersebut dapat digunakan dalam menduga hubungan antara variabel bebas input produksi yang digunakan terhadap hasil produksi output dalam kegiatan usahaternak sapi perah. Dari hasil pendugaan model dengan menggunakan model fungsi Cobb- Douglas diperoleh hasil bahwa nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 90,7 persen dengan nilai determinasi terkoreksi R 2 adjusted sebesar 88,2 persen. Nilai determinasi R 2 tersebut menujukkan bahwa sebesar 90,7 persen dari variasi produksi dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor masa laktasi sapi produksi, hijauan, konsentrat, ampas tahu, mineral, air dan tenaga kerja. Sedangkan 9,3 persen lagi dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Faktor- faktor lain yang diluar model yang diduga berpengaruh terhadap produksi susu segar adalah umur, lingkungan, pengaruh iklim dan cuaca, pemberian obat dan vitamin, lingkungan peternakan serta serangan penyakit. Nilai koefisien dalam model fungsi Cobb-Dauglas merupakan nilai elastisitas produksi dari variabel- 71 variabel produksi tersebut. Berdasarkan Tabel 18, maka pengaruh dari masing- masing variabel bebas terhadap produksi dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Faktor Masa Laktasi X1

Masa laktasi merupakan masa dimana sapi sedang berproduksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter terhadap faktor produksi menunjukkan bahwa variabel masa laktasi sapi produksi X1 mempunyai nilai P-value sebesar 0,008. Jika taraf nyata 20 persen maka variabel masa laktasi sapi produksi mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi susu sapi, sehingga apabila terjadi penurunan ataupun peningkatan masa laktasi sapi produksi akan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas sapi perah. Berdasarkan nilai koefisien parameter faktor masa laktasi sapi produksi mempunyai nilai negatif yaitu sebesar - 0,4736. Nilai tersebut menunjukkan bahwa apabila masa laktasi sapi produksi bertambah sebesar satu persen maka akan menurunkan produksi sapi perah sebesar 0,4736 persen dengan mengganggap faktor lain tetap cateris paribus. Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan masa laktasi sapi produksi akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi faktor masa laktasi lebih kecil dari 0 Ep 0 menunjukkan bahwa faktor masa laktasi berada pada daerah irrasional. Variabel masa laktasi mempunyai nilai koefisien negatif karena sebagian besar peternak kurang begitu memahami mengenai masa laktasi sapi produksi. minimnya informasi mengenai masa laktasi sapi produksi merupakan sesuatu yang wajar mengingat rata-rata tingkat pendidikan peternak hanya sampai tingkat sekolah dasar SD sehingga kurang memahami arti penting masa laktasi pada sapi masa produksi. Masa laktasi merupakan masa dimana sapi sedang berproduksi susu. Terdapat batasan maksimal dalam menentukan masa laktasi yaitu maksimal sepuluh bulan kurang lebih 305 hari setelah itu sapi harus dipersiapkan untuk kering kandang dan memasuki masa laktasi selanjutnya. Namun pada kenyataannya peternak kurang memperhatikan batas maksimal masa laktasi ini, hal ini diketahui dari hasil pengamatan dilapang terdapat beberapa ekor sapi milik responden yang sudah melewati masa laktasi sekitar 12 bulan atau lebih. Masa laktasi pada sapi produksi akan sangat berpengaruh pada kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. Menurut Sudono et al 2003 menjelaskan bahwa 72 produksi susu per hari akan mulai menurun setelah mencapai masa laktasi dua bulan, penurunan jumlah produksi susu ini juga akan diikuti dengan menurunnya kadar lemak. Maka dari itu masa laktasi akan berpengaruh terhadap produksi susu.

2. Faktor Konsentrat X2

Konsentrat merupakan makanan penguat ternak yang berasal dari biji- bijian dan limbah pertanian seperti jagung, menir, bulgur, hasil ikutan pertanian dari pabrik seperti dedak, katul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah dan molases. Berdasarkan nilai P-value faktor produksi pakan konsentrat mempunyai nilai sebesar 0,415. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel konsentrat tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah. Sedangkan nilai koefisien regresinya sebesar 0,1259. Nilai koefisien regresi tersebut mempunyai arti bahwa apabila terjadi penambahan faktor produksi berupa pemberian pakan konsentrat sebesar satu persen maka akan menyebabkan peningkatan produksi sapi perah sebesar 0,1259 dengan menganggap bahwa faktor lain tetap cateris paribus. Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan pakan konsentrat satu satuan akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi berada antara 1 dan 0 0Ep1 menujukkan bahwa faktor produksi berupa pemberian pakan konsentrat berada pada daerah rasional. Pakan konsentrat merupakan ransum pakan ternak yang mengandung kadar energi dan protein tinggi namun kandungan serat kasarnya rendah. Pakan konsentrat merupakan bahan makanan pelengkap bagi ternak sebab tidak semua zat makanan dan nutrisi dapat terpenuhi dari rumput atau hijauan, maka dari itu diperlukan adanya pakan tambahan berupa konsentrat yang berfungsi untuk melengkapi nutrisi yang dibutuhkan ternak. Namun, berdasarkan hasil pengamatan dilapangan diketahui bahwa para peternak responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor kurang begitu memperhatikan mengenai jumlah pemberian pakan konsentrat. Peternak tidak menggunakan takaran yang pasti dan tetap, sehingga hanya menggunakan perkiraan saja. Peternak kurang memahami berapa sebenarnya kebutuhan konsentrat untuk sapi produksi sehingga menyebabkan adanya ketidakseimbangan nutrisi. Menurut Sudono et al 2003 pemberian konsentrat pada sapi produksi 73 adalah 50 persen dari susu yang dihasilkan rasio 1:2. Selain itu pada bulan Januari pihak KUD Giri Tani mengganti jenis konsentrat dengan konsentrat dari produsen lain dengan harga lebih murah, dari hasil wawancara diketahui bahwa terdapat beberap peternak yag mengeluh karena konsentrat yang dipakai kualitasnya kurang bagus. Sapi yang sedang berada pada masa produksi masa laktasi membutuhkan nutrisi yang cukup untuk proses pertumbuhan, reproduksi serta berpengaruh terhadap kualitas produksi. Penggunaan konsentrat oleh responden rata-rata delapan kilogram perhari dengan rata-rata penggunaannya pada bulan Januari tahun 2012 sebesar 248,9 kilogram untuk per ekor sapi produksi. Pakan konsentrat diberikan sebanyak dua kali sehari yaitu pada waktu pagi dan sore setelah sapi diperah. Biasanya peternak responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor memberikan pakan konsentrat dengan dicampur ampas tahu. Konsentrat ini diperoleh peternak responden dari KUD Giri Tani.

3. Faktor Hijauan X3

Pakan hijauan merupakan pakan utama bagi sapi perah. Makanan hijauan makanan kasar merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tumbuh- tumbuhan atau tanaman dalam bentuk daun-daunan, ranting, bunga dan batang. Hijauan mempunyai kandungan energi yang relatif rendah, namun merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik untuk ternak. Berdasarkan nilai P-value faktor hijauan mempunyai nilai sebesar 0,170. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel hijauan mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah, sehingga apabila terjadi penurunan maupun peningkatan pemberian hijauan akan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi susu sapi perah. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien regresi faktor produktivitas hijauan ini mempunyai nilai sebesar 0,2664. Nilai koefisien regresi ini mempunyai arti bahwa apabila terjadi penambahan faktor produktivitas berupa pakan hijauan sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas sapi perah sebanyak 0,2664 persen dengan menganggap faktor lain tetap cateris paribus. Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan pakan hijauan sebanyak satu satuan akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi 74 berada antara 1 dan 0 0Ep1 menujukkan bahwa faktor produksi berupa pemberian pakan hijauan berada pada daerah rasional. Hijauan mengandung kadar air sebesar 70 persen hingga 80 persen, sedangkan sisanya merupakan bahan kering. Pemberian pakan hijauan pada sapi perah milik peternak rata-rata sebesar 38,97 kgekorhari. Pemberian hijauan ini mutlak dilakukan untuk menghasilkan energi pada ternak yang berguna untuk proses kelangsungan hidupnya. Pakan hijauan merupakan pakan utama bagi ternak sapi perah sehingga kebutuhannya harus tercukupi namun, sebagian besar peternak belum paham mengenai kebutuhan pakan hijauan bagi sapi laktasi yaitu 10 persen dari bobot tubuhnya, hal diketahui dari hasil pengamatan peternak hanya secara perkiraan saja dalam memberikan pakan hijauan. Apabila pemberian hijauan dikurangi maka energi yang seharusnya dibutuhkan oleh sapi menjadi berkurang, hal ini akan berakibat pada penurunan bobot badan sehingga produksi susu juga akan berkurang. Penambahan pemberian pakan hijauan pada sapi produksi akan meningkatkan energi yang dibutuhkan oleh sapi sehingga berdampak pada peningkatan produksi susu. Makanan hijauan diperoleh responden dengan cara membeli ke pedagang rumput dengan harga Rp 150 per kilogram, biasanya jenis rumput yang dibeli adalah rumput gajah. Selain itu responden juga akan mencari rumput liar di sekitar tempat tinggal atau tegalan yang memang sengaja ditanami rumput-rumputan. Pemberian pakan hijauan dilakukan tiga kali sehari yaitu pagi hari setelah pemerahan, siang hari dan sore hari setelah pemerahan.

4. Faktor Ampas Tahu X4

Ampas tahu merupakan limbah yang berasal dari pembuatan tahu yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan bagi ternak sapi perah. Berdasarkan nilai P-value faktor produksi ampas tahu mempunyai nilai sebesar 0,372. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel ampas tahu tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien regresi faktor produksi ampas tahu mempunyai nilai positif yaitu sebesar 0,05208. Nilai koefisien regresi tersebut mengandung arti bahwa apabila terjadi penambahan faktor produksi berupa ampas tahu sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi sapi perah sebanyak 0,05208 persen dengan menganggap faktor lain 75 tetap cateris paribus. Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan pakan berupa ampas tahu sebanyak satu satuan akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi berada antara 1 dan 0 0Ep1 menujukkan bahwa faktor produksi berupa pemberian ampas tahu berada pada daerah rasional. Ampas tahu merupakan jenis pakan tambahan bagi sapi perah, dimana dalam pemberiannya komposisinya paling sedikit yaitu 50 persen dari jumlah pemberian konsentrat rasio 1:2 sebagai contoh satu kilogram ampas tahu berbanding dua kilogram konsentrat. Sehingga penambahan ataupun pengurangan pemberian ampas tahu sebesar satu persen tidak akan mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap produksi susu. Ampas tahu bisanya berasal dari limbah pembuatan tahu yang bahan utamanya berupa kacang-kacangan sehingga mempunyai kandungan protein yang cukup baik untuk sapi perah. Sapi pada masa laktasi membutuhkan asupan protein yang cukup tinggi hal ini bermanfaat untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan juga untuk memproduksi susu. Dengan adanya penambahan pakan berupa ampas tahu maka asupan protein pada sapi juga akan terpenuhi. Pemberian ampas tahu yang dilakukan oleh responden rata-rata sebanyak 8,59 kgekorhari dan diberikan sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari setelah pemerahan, pemberian ampas tahu biasanya dicampur dengan konsentrat. Responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor biasanya mendapatkan pasokan ampas tahu dari para produsen tahu disekitar Cisarua dan Ciawi dengan harga Rp 300 per kilogram.

5. Faktor Mineral X5

Mineral merupakan pakan tambahan yang biasanya diberikan pada sapi perah yang berguna untuk menjaga elastisitas tubuh. Berdasarkan nilai P-value faktor produksi mineral mempunyai nilai sebesar 0,861. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel mineral tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas susu sapi perah. Berdasarkan nilai koefisien regresi variabel mineral mempunyai nilai positif yaitu sebesar 0,01716, artinya apabila terjadi penambahan faktor produksi berupa mineral sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi sapi perah sebanyak 0,01716 persen dengan menganggap faktor lain tetap cateris 76 paribus. Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan mineral sebanyak satu satuan akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi berada antara 1 dan 0 0Ep1 menujukkan bahwa faktor produksi pemberian mineral berada pada daerah rasional. Sapi laktasi membutuhkan asupan mineral dalam tubuhnya yang bermanfaat untuk pembentukan jaringan tulang dan urat, menggantikan mineral yang habis terpakai atau terbuang. Mineral biasanya diberikan pada sapi setelah melahirkan hingga beberapa bulan setelah melahirkan, hal ini juga untuk mencegah sapi terkena Milk fever. Menurut Girisonta 1995 menjelaskan bahwa kebutuhan mineral pada sapi laktasi adalah sebanyak 15 – 20 gram setiap 100 kilogram bobot tubuhnya. Namun, pada kenyataan dilapangan peternak kurang memahami sepenuhnya berapa sebenarnya kebutuhan mineral untuk sapi laktasi. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan diketahui bahwa peternak responden dalam memberikan mineral tidak sesuai dengan jumlah yang ditentukan, pemberian mineral hanya secara perkiraan saja. Rata-rata pemberian mineral oleh responden adalah sebanyak 17,63 grekorhari dan diberikan satu kali sehari yaitu pada pagi hari setelah pemerahan. Responden memperoleh mineral dari KUD Giri Tani dengan harga Rp 11.000 per kilogram.

6. Faktor Air X6

Air merupakan salah satu bahan makanan yang diperlukan sapi dalam jumlah besar disamping energi. Maka dari itu kebutuhan akan air tidak boleh dilupakan, sebab 70 persen dari tubuh sapi terdiri dari air. Berdasarkan nilai P- value variabel air mempunyai nilai sebesar 0,001. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel air mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah. Sedangkan berdasarkan koefisien regresi variabel air mempunyai nilai sebesar 0,7283. Nilai koefisien regresi tersebut mengandung arti bahwa apabila terjadi penambahan faktor produktivitas berupa pemberian air sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi sapi perah sebanyak 0,7283 persen dengan menganggap faktor lain tetap cateris paribus. Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan air sebanyak satu satuan akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi berada antara 77 1 dan 0 0Ep1 menujukkan bahwa faktor produksi pemberian air berada pada daerah rasional. Didalam tubuh sapi, air berfungsi sebagai pengatur suhu dalam tubuh, membantu proses pencernaan, metabolisme, pelepas kotoran serta sebagai pelumas pada persendian. Kebutuhan air bagi sapi tergantung pada berbagai faktor seperti umur, ukuran tubuh, jenis makanan, iklim dan jumlah produksi. Sapi yang diberi pakan berupa konsentrat dengan kondisi tubuh besar dan memproduksi susu dalam jumlah banyak maka membutuhkan air yang lebih banyak. Kebutuhan air bagi sapi perah dapat diperoleh dari dalam bentuk air minum dan air yang terkandung dalam makanan. Bahan makanan kasar berupa hijauan segar mengandung kadar air mencapai 85 persen begitu pula pada ampas tahu. Namun, kebutuhan air bagi sapi perah tidak cukup bila hanya berasal dari air yang terkandung dalam makanan, maka dari itu perlu diberikan tambahan air dalam jumlah yang cukup setiap hari. Sapi perah memerlukan 2 – 2,5 kilogram air minum untuk memproduksi air susu sebanyak 0,5 kilogram. Karena air mutlak dibutuhkan sapi untuk memproduksi susu maka dari itu, dengan adanya peningkatan atau penurunan dalam pemberian air sebesar satu persen pada sapi laktasi akan mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap produksi susu. Rata-rata pemberian air oleh responden 27,16 literekorhari dan air selalu dalam keadaan tersedia ditempat minum ternak. Air yang diberikan merupakan air bersih yang berasal dari air sumur maupun mata air dari gunung.

7. Faktor Tenaga Kerja X7

Tenaga kerja merupakan sekelompok penduduk yang berada dalam usia kerja. Berdasarkan nilai P-value variabel tenaga kerja mempunyai nilai sebesar 0,068. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel ini mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien regresi variabel tenaga kerja mempunyai nilai negatif yaitu sebesar -0,4889. Nilai koefisien regresi ini mengandung arti bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar satu persen maka produksi susu sapi akan menurun sebesar -0,4889 persen dengan menganggap faktor lain tetap cateris paribus. Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi yang lebih kecil 78 dari pada 0 Ep0 menunjukan bahwa penggunaan tenaga kerja berada pada daerah irrasional. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam produksi karena berkaitan dengan tatalaksana pemeliharaan dan penanganan ternak. Pada umumnya responden menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dalam melakukan kegiatan pemeliharaan rutin seperti membersihkan kandang, memberi makan, memandikan ternak, mencari rumput dan memerah susu. Namun, terdapat beberapa responden yang memperkerjakan tenaga kerja diluar keluarga apabila jumlah ternak yang dipelihara jumlahnya besar. Tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap produksi susu karena berkaitan dengan proses pemerahan. Pada proses pemerahan sapi memerlukan penanganan khusus misalanya pekerja yang melakukan pemerahan tidak boleh diganti-ganti karena akan memberi dampak negatif pada ternak seperti sapi mudah stress dan berujung pada menurunnya produksi susu. Dalam usahaternak sapi perah dikatakan efektif jika satu hari kerja pria dapat menangani tujuh sapi dewasa Sudono,1999. Apabila dilakukan penambahan jumlah tenaga kerja untuk budidaya sapi perah, maka jumlah produksi susu akan menurun karena tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menangani satu ekor sapi laktasi hanya satu orang, apabila ditambahkan tenaga kerja yang baru menjadi dua orang atau lebih untuk menangani satu ekor sapi laktasi jelas akan menurunkan produktivitas ternak karena melebihi standar penggunaan tenaga kerja. Rata-rata penggunaan tenaga kerja oleh responden adalah sebesar 24,09 HKP pada bulan Januari tahun 2012. 79 VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH Pendapatan yang diperoleh peternak responden merupaka suatu kriteria dalam menentukan tingkat keuntungan serta keberhasilan peternak dalam menjalankan usahanya. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh peternak. Pendapatan usahaternak sapi perah ini dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Dalam menghitung pendapatan usahaternak maka terlebih dahulu perlu dilakukan perhitungan mengenai penerimaan dan biaya usahaternak.

7.1 Analisis Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total susu segar dengan harga jual dari hasil produksi tersebut. Sumber penerimaan peternak terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai berasal dari penjualan susu ke KUD dan keluar KUD, serta penjualan pupuk kandang. Penerimaan tidak tunai berasal dari susu yang diberikan ke pedet. Penelitian ini hanya membahas mengenai penerimaan usahatani pada sapi laktasi atau sapi produksi saja. Rata-rata produksi susu peternak responden 48,00 persen dijual ke koperasi, 28,68 persen dijual keluar koperasi dan 23,32 persen digunakan untuk susu pakan pedet yang dipelihara peternak. Produksi susu merupakan faktor penting sebagai penentu besaranya penerimaan peternak, penerimaan setiap peternak berbeda dikarenakan kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan juga berbeda-beda. Range harga susu yang diberikan PT Cimory kepada peternak berkisar antara Rp 3200 hingga Rp 3700 per liter nya. Pada dasarnya harga yang ditetapkan oleh PT Cimory tergantung pada vet yang dihasilkan susu tersebut, dimana semakin tinggi nilai vet yang terdapat pada susu maka harga yang diberikan untuk per liternya juga akan semakin rendah, hal tersebut disebabkan karena apabila jumlah vet tinggi menunjukkan semakin tinggi perkembangan bakteri yang terdapat pada susu. Saat ini harga yang diberikan PT Cimory merupakan harga yang tertinggi yang 80 diterima oleh peternak hal ini apabila dibandingan dengan penjualan susu keluar PT Cimory tentunya diimbangi dengan kualitas susu yang baik. Agar lebih jelas mengenai sumber penerimaan peternak responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Rata-Rata Penerimaan Usahaternak Sapi Perah Per Ekor Laktasi di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Bulan Januari Tahun 2012 No Jenis Penerimaan Jumlah Harga Rp Total Rp 1 Penjualan Susu Ke KUD liter 272,71 3.500,00 954.489,04 2 Penjualan Susu Keluar KUD liter 7,24 4.500,00 32.598,70 3 Susu untuk Minum Pedet liter 55,24 3.500,00 193.332,11 Total Penerimaan 1.180.419,85 Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa rata-rata penerimaan total peternak responden adalah sebesar Rp 1.180.419,85, nilai tersebut tidak terlepas dari bervariasinya jumlah liter susu yang dihasilkan oleh setiap peternak terutama yang berasal dari peternak dengan jumlah populasi sapi yang cukup besar. Tingkat rata- rata penerimaan peternak ini belum mencerminkan pendapatan peternak hal ini karena belum dikurangi dengan tingkat pengeluaran peternak. Harga yang diberikan PT Cimory kepada peternak adalah sebesar Rp 3.500,- per liternya, sedangkan susu yang djual keluar koperasi sebesar Rp 4.500,- per liternya hal ini karena susu dijual secara eceran kekonsumen yang memang sudah menjadi pelanggan para peternak di sekitar wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.

7.2 Analisis Struktur Biaya Usahatani

Dokumen yang terkait

Analisis Saluran Pemasaran Susu Sapi (Kasus: Desa Amplas, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

17 95 70

Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tabungan rumah tangga peternak sapi perah (Kasus pada kelompok tani ternak swadaya Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung Kodya Jakarta Timur)

0 9 75

Faktor-faktor yang berhubungan dengan aktivitas komunikasi denan aktivitas komunikasi anggota kelompok peternak (studi kasus kelompok peternak sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor )

0 17 75

Analisis pendapatan dan faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di tingkat peternak Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha "Karya Nugraha" Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat

14 52 138

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang

4 38 322

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Peternak Desa Cibeureum Kabupaten Bogor

0 20 247

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI DI DESA SUMOGAWE, KECAMATAN GETASAN, FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI DI DESA SUMOGAWE, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH TAHUN 2015.

0 5 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI DI DESA TAMBAK, KECAMATAN MOJOSONGO, FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI DI DESA TAMBAK, KECAMATAN MOJOSONGO, KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH TAHUN 2008.

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI.

1 3 26

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PRODUKSI SUSU : Studi Pada Usaha Peternak Sapi Perah Seluruh Anggota KPSBU Lembang.

0 0 81