34 Jaya dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa Kelompok
Ternak Mekar Jaya merupakan satu-satunya kelompok ternak yang beranggotakan peternak  sapi  perah  dengan  jumlah  anggota  cukup  banyak.  Proses  pengambilan
sampel responden  dilakukan  dengan  metode  purposive sampling yaitu  dengan pertimbangan  dari  ketua kelompok  ternak  bahwa responden  yang akan  dijadikan
sampel  tersebut  dianggap  memiliki  informasi  yang  dibutuhkan  oleh  peneliti. Jumlah  populasi  peternak  sapi  perah  yang  tergabung  dalam  Kelompok  Ternak
Mekar  Jaya  adalah  sebanyak  75  peternak  dan  jumlah  sampel  yang  digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 35 orang untuk memenuhi aturan umum secara
statistik yaitu ≥ 30 orang karena diduga terdistribusi normal dan dapat digunakan
untuk memprediksi populasi yang diteliti.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data  yang  diperlukan  dalam  penelitian  ini  diperoleh  melalui  observasi langsung  di  lapangan  dengan  menggunakan  daftar  pertanyaan  kuesioner  yang
telah  dipersiapkan,  studi  literaturpustaka  dan  wawancara  dengan  responden. Observasi  dilapangan  dimaksudkan  untuk  mengetahui  secara  langsung  kondisi
dilapangan  sedangkan  studi  literaturpustaka  dilakukan  untuk  memperoleh pendalaman informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Menganalisis  data  merupakan  suatu  proses  lanjutan  setelah  dilakukan pengumpulan data. Menganalisis data ditujukan agar data yang telah dikumpulkan
lebih bernilai dan dapat memberikan informasi yang diharapkan. Data yang telah diperoleh  ditrankripsikan  secara  tertulis  kemudian  diolah  dengan  menggunakan
alat analisis  yang telah  ditetapkan.  Karakteristik demografis  responden dianalisis dengan  menggunakan  tabulasi  langsung  presentase  sedangkan  untuk  analisis
tingkat  pendapatan  peternak  dilakukan  dengan  menggunkan  analisis  pendapatan usahatani yaitu penerimaan dikurangi pengeluaran. Untuk menilai tingkat efisiensi
usahatani  yang  dijalankan  dihitung  dengan  menggunakan  analisis  rasio penerimaan  atas  biaya  RC  Rasio.  Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  produksi
35 sapi  perah  yang  dipelihara  oleh  peternak  dianalisis  dengan  analisis  regresi
berganda dengan menggunakan bantuan software Minitab 14 dan Microsoft Excel.
4.5.1 Analisis  Faktor-Faktor  yang  Mempengaruhi  Produksi Susu  Sapi
Perah Menurut  Sigit  et  al 2008  terdapat  beberapa  faktor  yang  mempengaruhi
produksi susu  pada  sapi  perah  yaitu  meliputi  jenis  sapi,  lama  laktasi,  kesehatan ternak dan ambing, frekuensi pemerahan, periode laktasi, kondisi lingkungan serta
umur  ternak.  Sedangkan  menurut  Heriyatno  2009  menyebutkan  bahwa  faktor- faktor  produksi yang mempengaruhi  produksi susu  sapi  adalah  pemberian  pakan
konsentrat, pakan hijauan, dan masa laktasi sapi produksi. Terdapat  beberapa  bentuk  fungsi  produksi yang  dapat  digunakan  dalam
analisis  usahataniternak  yaitu  polinominal  kuadratik,  polinominal  akar  pangkat dua  dan  fungsi  Cobb-Douglas.  Namun,  fungsi  Cobb-Douglas paling  sering
digunakan  untuk  analisis  usahatani.  Menurut  Soekartawi  2002  fungsi  produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau
lebih variabel. Varibel yang dijelaskan disebut sebagai variabel dependen Y dan variabel  yang  menjelaskan  disebut  sebagai  variabel  independen  X.  Variabel
dependen  berupa  output  sedangkan  variabel  independen  berupa  input.  Adapun persamaan  matematis  mengenai  fungsi  Cobb-Douglas secara  umum  adalah
sebagai berikut Gujarati, 1978: = b
X ,
X ,
X ,…..,
X e Dimana:
Y = Variabel Dependen
X = Variabel Independen
,
1
= Besaran yang akan diduga u
= Unsur sisa e
= Logaritma natural e = 2,718 Dalam  memilih  bentuk  fungsi  produksi
yang  digunakan  untuk menganalisis  suatu  bentuk  usahatani  termasuk  untuk  peternakan,  menurut
Soekartawi et al 2011 terdapat tigal hal yang perlu diperhatikan yaitu 1 bentuk fungsi  produksi harus  dapat  menggambarkan  dan  mendekati  keadaan  yang
sebenarnya,  2  bentuk  aljabar  fungsi  produksi yang  dipakai  harus  mudah  diukur
36 atau dihitung secara sistematik,  serta  3 fungsi  produksi itu  dapat  dengan  mudah
diartikan, khususnya arti ekonomi dari parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.
Model  yang  digunakan  untuk  menganalisis  faktor-faktor  yang  yang mempengaruhi  produktivitas sapi  perah  ditingkat  peternak  digunakan  model
Cobb-Douglas dimana terdapat  dua variabel  yaitu variabel Y sebagai peubah tak bebas  dependent  variable  dalam  hal  ini  adalah  produksi sapi  perah  yang
dipelihara  peternak  serta  variabel  X
1
,  X
2
,  X
3
,  X
n
sebagai  peubah  bebas independent  variable  yaitu  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  produksi sapi
perah  peternak.  Dalam menduga  parameter  dalam  persamaan  fungsi  Cobb- Douglas maka  harus  diubah  terlebih  dahulu  kedalam  bentuk  double  logaritme
natural ln bentuk persamaanya menjadi Gujarati, 1978: Ln Y = lnβ
+ β
1
lnX
1
+ β
2
lnX
2
+ β
3
lnX
3
+ β
4
lnX
4
+ β
5
lnX
5
+ β
6
lnX
6
+ β
7
lnX
7
+ ε Keterangan:
Y = Produksi Sapi Perah literbulan
X
1
= Masa Laktasi Sapi Produksi hari X
2
= Jumlah Pemberian Pakan Kosentrat Sapi Produksi kgbulan X
3
= Jumlah Pemberian Pakan Hijauan Sapi Produksi kgbulan X
4
= Jumlah Pemberian Ampas Tahu kgbulan X
5
= Jumlah Pemberian Mineral kgbulan X
6
= Jumlah Pemberian Air literbulan X
7
= Tenaga Kerja HKP β
= Konstanta β
1
,β
2
,β
3
,…,β
7
= Koefisien Parameter Dugaan X
1
, X
2
, X
3
,….X
7
Faktor-faktor  produksi yang  digunakan  diatas  diperoleh  dari  penelitan terdahulu,  data  historis  dan  perolehan  informasi  dari  ketua  kelompok  ternak
terkait faktor-faktor  yang  mempengaruhi  produksi.  Jika  koefisien-koefisien  dari parameter  dugaan  dari  fungsi  produksi dan  varian  lebih  besar  dari  nol  artinya
semakin banyak input yang digunakan untuk proses produksi maka rata-rata hasil dan  varian  produksi susu  akan  semakin  meningkat.  Apabila terdapat  coefisien
variance  bertanda  negatif  maka  input  tersebut  adalah  faktor  produksi yang tidak berpengaruh  dan  jika  koefisien  variasinya  bertanda  positif  maka  input  tersebut
adalah sebagai faktor produksi yang mempengaruhi produksi susu perah.
37 Model  fungsi  produksi yang  lebih  banyak  digunakan  oleh  peneliti  dalam
menganalisis  usahataniternak  adalah  fungsi  produksi Cobb-Douglas.  Alasannya karena  perhitungan  dan  penjelasan  fungsi  ini  lebih  mudah  dibanding  fungsi  lain
karena  lebih  mudah  ditransfer  kedalam bentuk  linier.  Selain  itu  fungsi  Cobb- Douglas parameter-parameternya  langsung  dapat  digunakan  sebagai  elastisitas
produksi untuk setiap faktor produksi.
4.5.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian  hipotesis  dipergunakan  untuk  melihat  hasil  dari  model  fungsi produksi yang didapat dari proses pengolahan data. Pengujian ini bertujuan untuk
mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau tidak.
1 Pengujian Asumsi OLS Ordinary Least Square
Didalam  melakukan  pendugaan  model  dilakukan  dengan  menggunakan metode  OLS  Ordinary  Least  Square.  Namun,  sebelum  dilakukan  pengujian  ini
terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi-asumsi yang yang sesuai dengan OLS yaitu  pengujian  multikolinieritas.  Multikolinier  variabel  independent merupakan
kondisi yang terjadi didalam analisis regresi berganda dimana terdapat hubungan linier  diantara  variabel-variabel  bebasnya  independent  variable.  Terdapat
beberapa  penyebab  terjadinya  multikolinieritas,  salah  satunya  adalah  adanya kecenderungan variabel-variabel yang bergerak secara bersamaan.
Adanya multikolinier  menyebabkan ragam variabel menjadi  sangat besar, sehingga  koefisien  regresi  dugaan  tidak  stabil  yang  akan  berimplikasi  besar  dan
arah koefisien variabel menjadi tidak valid untuk diinterpretasikan selain itu juga menyebabkan  hasil  uji  signifikasni  koefisien  model  dugaan  menjadi  tidak  valid.
Terdapat  beberapa  cara  untuk  mendeteksi  ada  tidaknya  multikolinier  dalam analisis  regresi  berganda  salah  satunya  adalah  dengan  menggunakan  kriteria
Variance  Inflation  Factor VIF    10.  Apabila  nilai VIF    10  maka  terdapat masalah  multikolinier  diantara  variabel  independent  sehingga  harus  diperbaiki
dengan  cara  menambah  observasi  atau  mengeluarkan  variabel  independent yang berkolerasi kuat.
38
2 Pengujian Parameter Model Uji F
Uji  F  digunakan  untuk  melihat  apakah  variabel  bebas  yang  digunakan secara  bersama-sama  berpengaruh  nyata  atau  tidak  terhadap  variabel  tak  bebas
independent. Uji statistik yang digunakan untuk Uji F adalah Gujarati, 1978: F hitung =
Dimana: R
2
= Koefisien determinasi k
= Jumlah variabel bebas n
= Jumlah sampel Kriteria uji:
F-hitung  F-tabel k-1, n- k, pada taraf nyata α maka tolak H
F-hitung  F-tabel k-1, n- k, pada taraf nyata α maka terima H
Apabila  tidak  dilakukan  dengan  menggunakan  tabel  maka  dapat  dilihat berdasarkan nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut :
P- value  α, maka tolah H
P- value  α, maka terima H
Apabila  F-hitung   F-tabel  atau  P- value   α  maka  secara  bersama-sama
variabel  bebas  dalam  proses  produksi mempunyai  pengaruh yang nyata  terhadap produksi.  Sedangkan  apabila  F-hitung    F-tabel  atau  P-
value    α  maka  secara bersama-sama  variabel  bebas  dalam  proses  produksi tidak  berpengaruh  secara
nyata terhadap produksi.
3 Pengujian Parameter Variabel Uji t
Pengujian  hipotesis  dengan  menggunakan  uji  t  digunakan  untuk mengetahui  apakah  koefisien  regresi  dari  masing  variabel  independen  X yang
digunakan  berpengaruh  signifikan  terhadap  variabel  dependen    Y.  Rumusan hipotesis fungsi produksi:
H :  βi    0,  artinya variabel  bebas  merupakan  penjelas  yang  dapat  mengurangi
produksi terhadap variabel terikat. H
1
: βi  0, artinya variabel bebas merupakan penjelas yang dapat meningkatkan produksi terhadap variabel terikat.
Uji statistik yang digunakan dalam uji t adalah Gujarati, 1978: t-hitung =
39 Dimana :
βi = Koefisien regresi ke-i yang diduga
Sβi = Standar deviasi dari βi
Kriteria uji : T hitung  T tabel
α  2; n– k, maka tolak H , artinya ada pengaruh antara variabel
bebas terhadap variabel terikat. T hitung  T tabel α  2; n – k, maka terima H
0,
artinya tidak ada pengaruh  antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Dimana : n : Jumlah sampel
k : Jumlah variabel
4.5.3 Hipotesis
Suatu  kegiatan  penelitian  perlu  dilakukan  suatu  hipotesis  ataupun  kesimpulan sementara berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi
perah. Adapun hipotesis tersebut adalah sebagai berikut : 1.
β
1
0 artinya apabila semakin lama masa laktasi sapi produksi maka, produksi susu sapi perah akan semakin meningkat.
2. β
2
0  artinya  apabila  semakin  banyak  pemberian  pakan  konsentrat  maka, produksi susu sapi perah akan semakin meningkat.
3. Β
3
0  artinya  apabila  semakin  banyak  pemberian  pakan  hijauan  maka, produksi susu sapi perah akan semakin meningkat.
4. Β
4
0 artinya apabila semakin banyak pemberian ampas tahu maka,  produksi susu sapi perah akan semakin meningkat.
5. Β
5
0  artinya  apabila  semakin  banyak  pemberian  mineral  maka,    produksi susu sapi perah akan semakin meningkat.
6. Β
6
0  artinya  apabila  semakin  banyak  pemberian  air  maka,    produksi  susu sapi perah akan semakin meningkat.
7. Β
7
0  artinya  apabila  semakin  banyak  penggunaan  tenaga  kerja  maka, produksi susu sapi perah akan semakin meningkat..
40
4.5.4 Analisis Pendapatan Usahaternak Sapi Perah
1 Penerimaan Usahaternak Sapi Perah
Analisis penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah total hasil produksi  dan  harga  jual  susu  per  liternya.  Analisis  penerimaan  usahaternak
merupakan  penerimaan  peternak sebelum  dikurangi  biaya-biaya  usahaternak. Analisis penerimaan terdiri dari analisis penerimaan tunai, penerimaan tidak tunai
yang  diperhitungkan,  dan  penerimaan  total.  Penerimaan  tunai  usahaternak diperoleh  dari  nilai  uang yang  diterima  dari  penjualan  produk  usahaternak  yaitu
susu,  sedangkan  penerimaan  tidak  tunai  adalah  produk  hasil  usahaternak yang tidak  dijual  secara  tunai,  melainkan  digunakan  untuk  konsumsi  sendiri maupun
sebagai  pakan  ternak  susu  untuk  pedet.  Penerimaan  total  adalah  penjumlahan antara penerimaan tunai dengan penerimaan tidak tunai.
2 Biaya Usahaternak Sapi Perah
Menurut  Hernanto  1988  pengeluaran  atau  biaya  usahatani  farm expenses adalah semua biaya operasional dengan tanpa memperhitungkan bunga
dari modal  usahatani  dan  nilai  kerja  pengelola  usahatani  yang  meliputi pengeluaran  tunai  current  expenses,  penyusutan  benda  fisik,  pengurangan  nilai
inventaris  serta  nilai  tenaga  kerja  yang  tidak  dibayar.  Biaya  total  dalam usahaternak  sapi  perah  terdiri  dari biaya  tunai  dan  biaya  yang  diperhitungkan.
Biaya  tunai  adalah  biaya  yang  dibayar  dengan  uang,  seperti  biaya  sarana-sarana produksi  yang  digunakan  untuk  usahaternak sapi  perah,  sedangkan  biaya  yang
diperhitungkan  adalah  untuk  menghitung  berapa  besarnya  pendapatan  kerja peternak dan  modal.  Komponen  biaya  tunai  seperti,  rumput,  konsentrat,  ampas
tahu,  vaselin,  mineral,  biaya  kesehatan  hewan  keswan, listrik,  transportasi dan tenaga  kerja  luar  keluarga,  sedangkan  komponen  biaya  diperhitungkan  seperti,
sewa  lahan  milik  sendiri  ha,  tenaga  kerja  dalam  keluarga  dan  penyusutan peralatan.
3 Pendapatan Usahaternak Sapi Perah
Analisis  pendapatan  usahatani  merupakan hasil  pengurangan  antara  total penerimaan  usahaternak  sapi  perah  dengan  total  pengeluaran  biaya  yang
digunakan  dalam  usahaternak  sapi  perah.  Penerimaan  total  diperoleh  dari  hasil perkalian antara total produksi yang dihasilkan dengan harga jual per satuan yang
41 diterima  peternak. Sedangkan  total  biaya  usahaternak merupakan  penjumlahan
antara biaya tunai dengan biaya diperhitungkan. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan  atas  biaya  tunai  dan  pendapatan  atas  biaya  total.  Pendapatan  atas
biaya tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dengan biaya tunai. Sementara itu,  pendapatan  atas  biaya  total  adalah  selisih  antara  penerimaan  total  dengan
biaya total. Selain  itu,
juga  dilakukan  analisis mengenai  penilaian  besarnya
penerimaan  kotor  yang  diterima  untuk  setiap  rupiah  yang  dikeluarkan  dalam usahaternak sapi dapat digunakan dengan menggunakan analisis ratio penerimaan
atas  biaya  RC  rasio. Analisis  ini  digunakan  untuk  mengetahui  tingkat keuntungan  relatif  dari  kegiatan  usahaternak  sapi  perah  atau  indeks  efisiensi
usahaternak yang dilakukan. Analisis ini dibedakan menjadi dua, yaitu RC rasio atas biaya  tunai  yang  diperoleh  dari  hasil  pembagian  antara  total  penerimaan
dengan total biaya tunai sedangkan RC rasio atas biaya total diperoleh dari hasil pembagian antara total penerimaan dengan total biaya penjumlahan antara biaya
tunai dan biaya diperhitungkan Analisis pendapatan usahaternak sapi perah perlu dilakukan oleh peternak
responden  untuk  mengetahui  seberapa  besar  pendapatan  yang  diperoleh  dari usahaternak  sapi  perah dan  mengetahui  keuntungan  dari  kegiatan  usahaternak
yang  diusahakan.  Secara  rinci,  komponen  pendapatan  usahaternak  sapi  perah dapat dilihat pada Tabel 7.
42
Tabel 7. Komponen Pendapatan Usahaternak Sapi Perah
No Keterangan
Componen A
Penerimaan tunai Harga Rp x Hasil yang dijual Liter
B Penerimaan yang
diperhitungkan Harga Rp x Hasil yang dikonsumsi
Liter C
Penerimaan Total A + B
D Biaya tunai
a. Biaya sarana produksi : hijauan, konsentrat, ampas tahu, mineral,
vitamin dan obat-obatan, vaselin. b. Biaya tenaga kerja luar keluarga
TKLK E
Biaya yang diperhitungkan a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga
TKDK b. Penyusutan kandang dan peralatan
c. Lahan milik sendiri sewa F
Biaya Total D + E
G Pendapatan atas biaya tunai
A – D H
Pendapatan atas biaya total C – F
I RC atas biaya tunai
C : D J
RC atas biaya total C : F
Dalam  analisis  pendapatan usahatani  perlu  diperhitungkan  biaya
penyusutan  alat-alat  dan  bangunan yang  mempunyai  daya  tahan  lama.  Dalam penelitian ini  metode  penghitungan  nilai  penyusutan  digunakan Metode  Garis
Lurus  yaitu  membagi  selisih  antara  nilai  pembelian  dengan  nilai  sisa  kemudian dibagi dengan umur ekonomis barang tersebut. Terdapat asumsi nilai sisa bernilai
nol  tidak  ada  karena  barang  habis  dipakai  hingga  umur  ekonomisnya  berakhir. Biaya penyusutan dapat dirumuskan sebagai berikut Soekartawi et.al. 2011:
Penyusutan = Keterangan:
NB : Nilai Beli AlatBangunan Rp
NS : Nilai Sisa AlatBangunan Rp
UE : Umur Ekonomi Tahun
43
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1
Letak Geografis dan Pembagian Administratif
Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan satu  diantara  11 desa  yang  terdapat di  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten
Bogor,  Provinsi  Jawa  Barat.  Desa  ini  terletak  kurang  lebih  7 Km  dari  pusat Kecamatan Megamendung, 30 Km dari Ibukota KabupatenKota Bogor, 118 Km
dari Ibukota Provinsi Jawa Barat dan 73 Km dari pusat pemerintahan negara. Desa Cipayung memiliki batas wilayah sebagai berikut Desa Cipayung 2011 :
Sebelah Utara : Desa Gunung Geulis, Kecamatan Sukaraja
Sebelah Selatan : Desa Gadog, Kecamatan Megamendung dan Desa Kopo,
Kecamatan Cisarua Sebelah Barat
: Desa Pandansari dan Desa Cibanon, Kecamatan Sukaraja Sebelah Timur
: Desa Cipayung Girang, Kecamatan Megamendung, Secara  topografi  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten
Bogor termasuk  daerah  yang  berbukit-bukit  dengan  ketinggian 550  sampai 600 meter diatas permukaan laut dan tingkat kemiringan tanah 30 derajat. Suhu udara
di daerah ini berkisar antara 23 sampai 27
o
C dengan curah hujan sebesar 2500 - 4600 mmtahun, dan jumlah bulan hujan selama enam bulan dengan jumlah curah
hujan  yang  tinggi  menjadikan  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung, Kabupaten Bogor menjadi daerah pertanian. Hasil sampingan dari usaha pertanian
tersebut  dimanfatkan  oleh  peternak  sebagai pakan hijau  untuk  ternak dengan kemudahan  tersebutlah  menjadikan  penduduk  yang  bermatapencaharian  sebagai
petani  tertarik  untuk  berternak.  Hal tersebut  juga  didukung  dengan  kondisi lingkungan Desa Cipayung,  Kecamatan  Megamendung, Kabupaten Bogor sangat
cocok  untuk  usaha  peternakan  sapi  perah,  bahkan  sangat  ideal  sebagai  sentra peternakan sapi  perah  di  Kabupaten  Bogor  karena  selain  ditunjang  dengan
ketersediaan  lahan pakan yang melimpah juga didukung dengan adanya  koperasi yang  mewadahi  para  peternak  sapi  perah  serta  adanya  industri  pengolahan  susu
yang terdapat di sekitar wilayah tersebut.
44 Luas  wilayah  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten
Bogor yaitu  775 hektar,  yang  terdiri  atas  pemukiman,  persawahan,  kuburan, pekarangan, perkantoran, dan prasarana umum lainnya. Secara rinci luas wilayah
Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor yang  dilihat menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel  8.  Luas  Wilayah  Menurut  Penggunaannya  Desa  Cipayung,  Kecamatan
Megamendung, Kabupaten Bogor, Tahun 2010 No
Jenis Penggunaan Luas Ha
Persentase 1
Pemukiman 271,04
34,97 2
Persawahan 116,0
14,97 4
TegalLadang 234,0
30,20 5
RawaLahan Basah 116,03
14,97 7
Kuburan 8,0
1,03 8
Prasarana umum lainnya 29,93
3,86 Jumlah Total
775 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Bogor 2010
Berdasarkan  Tabel  8 menunjukkan  bahwa  sebagian  besar  luas  wilayah Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor digunakan  untuk
pemukiman  penduduk,  yaitu  sebesar  271,04 hektar  atau  mencapai
34,97
persen dari  total  luas  wilayah  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten
Bogor. Penggunaan  lahan terbesar  setelah  untuk  pemukiman  adalah untuk tegalladang  baik  untuk  ladang  tanaman  maupun  peternakan  yaitu sekitar  234
hektar. Hal  tersebut  menunjukkan  bahwa  lahan  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan Megamendung,  Kabupaten  Bogor tidak  diprioritaskan  sebagai  lahan  untuk
menanam  padi.  Besarnya  penggunaan  lahan  untuk  ladangtegal  ini  digunakan sebagai  areal  pertanian  yang  lebih  variatif  seperti  untuk  menanam  tanaman
palawija dan lahan hijauan yang biasanya digunakan sebagai pakan ternak.
5.1.2 Kependudukan dan Keadaan Sosial Ekonomi
Desa  Cipayung,  Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor terdiri  dari 44 RT dan  7 RW  dimana  terdapat  5.329 kepala  keluarga  KK  dengan  tingkat
kepadatan  penduduk  sebesar  2.950 jiwakm
2
.  Penduduk  Desa  Cipayung,
45 Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor berjumlah 22.865 jiwa, yang terdiri
dari laki-laki sebanyak 11.728 jiwa dan perempuan sebanyak 11.137 jiwa. Mayoritas  penduduk  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,
Kabupaten  Bogor menganut  agama  Islam  dan  merupakan  penduduk  asli  daerah dengan  suku  sunda.  Keadaan  tingkat  pendidikan  formal  di  Desa  Cipayung,
Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor mencerminkan  kemajuan
pendidikan baik  dari  kualitas  maupun  kuantitas  pada  suatu  wilayah  tersebut. Pendidikan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor terus
berkembang  untuk  memperoleh  kualitas  sumberdaya  manusia  yang  baik. Gambaran mengenai tingkat pendidikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel  9. Tingkat  Pendidikan  Warga Desa  Cipayung,  Kecamatan Megamendung,
Kabupaten Bogor Tahun 2010 No
Tingkat Pendidikan Jumlah Orang
Persentase 1
Belum Sekolah 4.669
20,42 2
Tidak Tamat SD 3.820
16,71 4
Tamat SD 8.316
36,37 5
Tamat SMPSederajat 4.265
18,65 6
Tamat SMASederajat 1.579
6,91 7
Tamat Akademi 171
0,75 8
S1S2S3 45
0,20 Jumlah Total
22.865 100,00
Sumber: Kantor Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor 2010
Berdasarkan  Tabel  9 dapat  dilihat  bahwa  tingkat  pendidikan  masyarakat Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor relatif  rendah,
dimana  sebanyak  36,37  persen  warganya  memiliki  latar  belakang  pendidikan hanya  tamat sampai  tingkat  SD.  Rendahnya  tingkat  pendidikan  warga  Desa
Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor disebabkan  karena mahalnya  biaya  pendidikan  sehingga  sebagian  besar  anak-anak  hanya  mampu
bersekolah  hingga  tingkat  SD  dan  SMP  saja.  Namun,  bila  dilihat  secara keseluruhan  semakin  berkembangannya  tingkat  pemikiran  masyarakat  terdapat
kesadaran  akan  pentingnya  pendidikan  yang  memadai  hal  tersebut  dapat  dilihat
46 dari  adanya  masyarakat  yang  melanjutkan  pendidikannya  hingga  ke  tingkat
perguruan tinggi baik itu tingkat akademi, sarjana bahkan hingga pascasarjana. Apabila  dilihat  dari  aspek  ekonomi,  mata  pencaharian  pokok  yang
dilakukan oleh penduduk Desa Cipayung,  Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor beraneka  ragam,  namun  sebagian  besar  mata  pencaharian  penduduk  Desa
Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor adalah sebagai pedagang dan  buruh  bangunan.  Bidang  pertanian  juga  menjadi  mata  pencaharian  yang
banyak  dilakoni  oleh  masyarakat  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung, Kabupaten  Bogor termasuk  didalamnya  adalah  peternakan.  Komposisi  mata
pencaharian  masyarakat Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel  10.  Mata  Pencaharian  Pokok  Warga  Desa  Cipayung,  Kecamatan
Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2010 No
Jenis Pekerjaan Jumlah
Orang Persentase
1 Petani
462 17,67
2 Peternak
74 2,83
3 Pengusaha Kecil
17 0,65
4 Wiraswasta
35 1,34
5 Buruh Industri
129 4,93
6 Buruh Bangunan
521 19,92
7 Pedagang
580 22,18
8 Pengemudi
491 18,78
9 Pegawai Negeri Sipil PNS
165 6,31
10 TNIPOLRI
13 0,50
11 Pensiunan PNS
128 4,89
Jumlah Total 2.615
100,00
Sumber: Kantor Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor 2010
Presentase  jumlah  tenaga  kerja  yang  berada  pada  sektor  perdagangan adalah sekitar 22,18 persen dan angka presentase tersebut merupakan nilai paling
besar  diantara sektor lain dalam hal mata pencaharian penduduk Desa Cipayung, Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor.  Mata  pencaharian  penduduk  pada
47 sektor pertanian dikategorikan cukup banyak termasuk didalamnya sebagai petani
dan peternak yaitu dengan presentase adalah 17,67 persen sebagi petani dan 2,83 persen sebagai peternak. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian cukup
menjanjikan untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan utama masyarakat Desa Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor.  Keberadaan  peternak
khususnya peternak sapi perah didukung dengan adanya industri pengolahan susu yang  terdapat  di  sekitar  wilayah  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,
Kabupaten  Bogor sehingga  mata  pencaharian  sebagai  peternak  sapi  perah  akan memiliki  harapan  untuk  terus  tumbuh  dan  berkembang  mengingat  jumlah
permintaan susu segar terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
5.1.3 Sarana dan Prasarana
Seiring  dengan  adanya  perkembangan  pembangunan  menyebabkan terjadinya  perubahan  di Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten
Bogor yang  didukung  dengan  adanya  perkembangan  teknologi  dan informasi. Perubahan  fisik  yang  terjadi  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,
Kabupaten  Bogor merupakan  sesuatu  yang wajar  sebagaimana  yang  terjadi  di desa  desa  lainnya  terutama  di  Pulau  Jawa.  Sarana  yang  ada  di  Desa  Cipayung,
Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor,  diantaranya  berupa  sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana keagamaan, sarana pemerintahan, sarana dan
prasarana transportasi serta air bersih. Untuk  sarana  pendidikan  baik  formal  maupun  informal,  terdiri  dari
sekolah  Play  GroupTKPAUD  sebanyak  14  unit dan  SDsederajat sebanyak  14 unit baik negeri maupun swasta. Sarana pendidikan formal tingkat SMPsederajat
terdapat enam buah sekolah serta untuk tingkat SMAsederajat terdapat dua buah sekolah.  Sarana  kesehatan  terdiri  dari satu  unit  puskesmas  pembantu,  25 unit
posyandu,  satu  poliklinik,  empat  unit  rumah  bersalin  dan  tersedia  dua dokter praktik.  Kemudian  untuk  sarana  dan  prasarana  transportasi  terdapat  beberapa
pangkalan ojek. Selain  itu  terdapat  sarana  jalan  dan  telekomunikasi,  sebagian besar
masyarakat di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor telah memiliki  alat  komunikasi  berupa  telepon  seluler  sehingga  memudahkan  akses
48 komunikasi  antar  penduduk  desa  maupun  dengan  penduduk  diluar  Desa
Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor. Kondisi  jalan  menuju Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor masih  kurang
bagus,  kondisi  jalan  banyak  yang  berlubang  dan  akan  tergenang  air  bila  sedang musim  penghujan  hal  tersebut  dikarenakan  kondisi  jalan  belum  di  aspal.  Selain
itu,  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor juga menyediakan  prasarana  keagamaan  seperti  masjidmushola umum,  gereja  dan
prasarana  pemerintahan  seperti  gedung  kantor  desa  dan  inventaris-inventaris kantor Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor 2011.
5.1.4 Gambaran Umum Kelompok Ternak Mekar Jaya
Kelompok Ternak Mekar Jaya merupakan kelompok ternak yang bergerak dibidang usaha peternakan sapi perah. Awal mula terbentuknya kelompok ternak
ini  adalah  munculnya  gagasan  dan  pemikiran  dari  beberapa  peternak  sapi  perah untuk membentuk suatu kelompok yang memiliki tujuan yang sama dalam bidang
peternakan,  yaitu  agar  dapat  berbagi  informasi  dan  mengembangkan  usaha bersama. Kelompok ternak ini  terbentuk sejak tahun 2000 dimana sekretariatnya
beralamat  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor Girang,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor  sementara  anggotanya
tersebar di wilayah Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pada tahun yang sama kelompok ini menjalin kerjasama dengan menjadi anggota
Koperasi  Unit  Desa  Giri  Tani  yang  beralamat  di  Kecamatan  Cisarua  Kabupaten Bogor.
KUD  Giri  Tani merupakan  koperasi  bagi  para  peternak  sapi  perah  di kawasan Kecamatan Cisarua dan sekitarnya termasuk Kecamatan Megamendung.
Sistem  kerjasama  ini  tercantum  dalam  hak  dan  kewajiban  masing-masing  pihak yaitu  antara  peternak  dengan  KUD  Giri  Tani  yang  telah  dsepakati  oleh  kedua
pihak tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari ketua kelompok ternak,  dapat  diketahui  bahwa  yang  termasuk  dalam  hak  peternak  antara  lain
mendapatkan  pelayanan  dari  pengurus koperasi mulai  dari subsistem  penyediaan input, produksi, pemasaran hasil, dan sebagai lembaga penunjang serta pelayanan
kesehatan  hewan.  Sedangkan  kewajiban  yang  harus  dijalankan  oleh  peternak
49 antara lain adalah membayar iuran rutin serta aktif dalam menyetorkan susu yang
dihasilkannya. Sampai  saat  ini Kelompok  Ternak  Mekar  Jaya  merupakan salah  satu
kelompok  ternak  anggota  KUD  Giri  Tani  yang  mempunyai  jumlah  anggota peternak  terbanyak  yaitu  berjumlah  74  peternak  dengan  jumlah  peternak  yang
aktif  sebagai  anggota koperasi  sebanyak  47  peternak.  Sebelum  tahun  2006 produksi susu  yang dihasilkan  Kelompok  Ternak Mekar  Jaya  disalurkan melalui
KUD  Giri  Tani,  dimana  susu  yang  berasal  dari  para  peternak  dikumpulkan melalui  Kelompok  Ternak  Mekar  Jaya  kemudian  disalurkan  ke  KUD  Giri  Tani
yang nantinya akan disalurkan ke Perusahaan Pengolahan Susu yaitu PT Indomilk dan  PT  Diamond  Cold  Storage.  Namun,  pada  tahun  2006  berdiri perusahaan
pengolah  susu  yang  berada  di  daerah  Cisarua  yaitu  PT  Cimory  sehingga mneyebabkan KUD Giri Tani menghentikan pengiriman susunya ke PT Indomilk
dan  PT  Diamond  Cold  Storage dan  berpindah  dengan  menyalurkan  susu  hasil pengumpulan  dari  beberapa  Kelompok  Ternak  yang  tergabung  didalamnya
kepada  PT  Cimory.  Hal  tersebut  dikarenakan  adanya  kemudahan  dalam  akses pengangkutan susu yang dilakukan terutama yang berkaitan dengan jarak dimana
PT Cimory yang relatif lebih dekat dengan daerah peternakan sapi perah di sekitar Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung.
5.2 Karakteristik Peternak Responden
Penelitian ini  dilakukan  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung, Kabupaten  Bogor,  Kecamatan  Megamendung, Kabupaten  Bogor.  Pemilihan
tempat ini dilakukan didasarkan bahwa desa tersebut merupakan daerah penghasil susu di Kecamatan Megamendung. Responden penelitian ini merupakan peternak
sapi  perah  yang  tergabung  dalam  Kelompok  Mekar  Jaya  Desa  Cipayung, Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor,  Kecamatan  Megamendung,
Kabupaten  Bogor.  Beberapa  karakteristik  responden  yang  dianggap  penting meliputi  umur  responden,  jenis  kelamin,  tingkat  pendidikan,  pengalaman
beternak,  jumlah  kepemilikan  sapi  laktasi serta  orientasi  usahaternak.
Karakteristik  tersebut  dianggap  penting  didalam  penelitian  ini  karena  akan berpengaruh terhadap pelaksanaan usahaternak sapi perah.
50
5.2.1 Umur Responden
Umur  peternak  yang  dijadikan  responden  dalam  penelitian  ini  berkisar antara  umur  25  sampai  60  tahun.  Presentase  umur  tertinggi  yaitu  sebesar  37,14
persen  berada  pada  kelompok  umur    antara  30  sampai  40  tahun  dengan  jumlah peternak  sebanyak  13  orang.  Selain  itu  terdapat  juga  presentase  umur  terendah
yaitu  dengan  nilai  5,71  persen,  yang  berada  pada  kelompok  umur    60  tahun dengan  jumlah  peternak  responden  sebanyak  2  orang.  Komposisi  dari  sebaran
umum  peternak responden berdasarkan umur  responden dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Usia di Desa Cipayung,
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No
Kelompok Umur Tahun Jumlah responden
Orang Presentase
1 30
4 11,43
2 30 - 40
13 37,14
3 41 - 50
11 31,43
4 51 - 60
5 14,29
5 60
2 5,71
Total 35
100 Berdasarkan  hasil  pada  Tabel  11 mengenai  karakteristik  peternak
responden  berdasarkan  umur,  maka  dapat  diketahui  bahwa  presentase  terbesar peternak yang mengusahakan ternak sapi perah berada pada usia produktif dengan
kisaran umur 30 sampai 50 tahun. Umur merupakan variabel yang cukup penting dalam melakukan sebuah kegiatan usaha karena akan mempengaruhi kemampuan
peternak  dalam  menjalankan  aktivitasnya.  Umur  berkaitan  erat  dengan kemampuan  fisik  serta  kemampuan  daya  pikir  peternak.  Semakin  tua  usia
seseorang  maka  akan  semakin  menurun  kemampuan  fisik  serta  daya  pikirnya. Namun, terdapat  beberapa  peternak  yang sudah  memasuki  usia  lanjut  yaitu  60
tahun yang masih menjalankan usahaternak sapi perahnya meskipun tidak secara aktif  memantau  keseluruhan  kegiatan  usahanya.  Hal  tersebut  menunjukkan
kurangnya  generasi  penerus  yang  akan  terus  melanjutkan  usaha  beternak  sapi perah  di  kawasan  ini,  kondisi  ini  dapat  menyebabkan  semakin  berkurangnya
sumber daya manusia di bidang peternakan di masa yang akan datang.
51
5.2.2 Jenis Kelamin Responden
Kegiatan  usahaternak  yang  menghasilkan  susu  segar di  Desa  Cisarua, ternyata  tidak  hanya  dijalankan  oleh  kaum  laki-laki  saja,  namun juga  dijalankan
oleh  kaum  perempuan.  Adanya  latar  belakang  yang  berbeda  serta  didukung dengan adanya keterampilan yang beragam pula ternyata perempuan juga mampu
menjalankan  usaha  ini.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  usahaternak  sapi perah  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor,
Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor ini  didominasi  oleh kaum laki-laki dengan  nilai  presentase  mencapai  85,71  persen  dengan  jumlah  responden
sebanyak  30  orang.  Sedangkan  usahaternak  yang  dijalankan  perempuan mempunyai jumlah peternak responden sebanyak 5 orang dengan nilai presentase
sebesar  14,29  persen.  Adapun  komposisi  sebaran  umum  peternak  responden berdasarkan  jenis  kelamin  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,
Kabupaten  Bogor,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor  dapat  dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Karakteristik Peternak  Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa
Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No
Jenis Kelamin Jumlah Responden
Orang Presentase
1 Laki Laki
30 85.71
2 Perempuan
5 14.29
Total 35
100 Terdapatnya  kaum  perempuan  yang  menjalankan  usahaternak  sapi  perah
ini  didasari  oleh  berbagai  faktor,  diantaranya  adalah  karena  beternak  sapi  perah merupakan  usaha  keluarga  yang dijalankan  secara  turun-temurun,  selain  itu  juga
karena  faktor  dimana  perempuan  meneruskan  usahaternak  ini  karena  suaminya sudah  tidak  mampu  secara  fisik  dalam  menjalankan  usahanya  ataupun  karena
sebab suaminya sudah meninggal dunia.
5.2.3 Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat  pendidikan  responden  mencerminkan  kualitas  sumber  daya manusia, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
52 tinggi pula kualitas sumber daya manusia tersebut. Kondisi tersebut dapat terlihat
dari  tingkat  pengetahuan  mengenai  usaha  yang  dijalankan,  masalaha  yang dihadapi  serta  bagaimana  mengatasi  permasalahan  yang  dihadapi  tersebut.
Tingkat  pendidikan  yang  pernah  diperoleh  oleh  peternak  responden  akan berpengaruh  terhadap  tingkat  penyerapan  teknologi  dan  ilmu  pengetahuan.
Tingkat pendidikan peternak beragam dan sebagian besar responden hanya mampu  menyelesaikan  pendidikan  hingga  tingkat Sekolah  Dasar  SDsederajat
yaitu sebesar 68,57 persen yaitu sebanyak 24 responden. Presentase ini lebih besar bila dibanding dengan tingkat pendidikan lain seperti SMPsederajat hanya 22,86
persen,  SMAsederajat  sebanyak  5,71  persen  serta  yang  mencapai  pendidikan hingga  perguruan  tinggi  hanya  satu  orang. Berdasarkan  nilai-nilai  tersebut  dapat
dikatakan  bahwa  sebagian  besar  besar  pernah  mendapatkan  pendidikan  formal yang  berarti  peternak  dapat  membaca  dan  menulis  sehingga  dalam  menjalankan
usahanya  tidak  mengandalkan  orang  lain.  Komposisi  kelompok  peternak responden berdasarkan tingkat pendidikan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel  13.  Karakteristik  Peternak  Responden  Berdasarkan  Tingkat  Pendidikan  di
Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor Tahun 2012
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden Orang
Presentase 1
SDsederajat 24
68.57 2
SMPsederajat 8
22.86 3
SMAsederajat 2
5.71 4
Perguruan Tinggi 1
2.86 Total
35 100.00
Selain pendidikan formal yang diperoleh peternak responden, perlu adanya tambahan pendidikan untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan beternak
para  peternak.  Oleh  karena  itu  Kelompok  Ternak  Mekarjaya  selalu  mengadakan acara  pertemuan  yang  rutin  dilakukan  setiap  satu  bulan  sekali  dirumah  anggota
secara bergantian. Acara pertemuan rutin tersebut diisi dengan berbagai kegiatan seperti  penyuluhan  peternakan baik  dari  pihak  KUD  Giri  Tani  maupun  dari
instansi  lain,  konsultasi,  pelatihan  serta  silaturahmi  antar  anggota  yang  tujuan
53 utamanya  adalah  untuk  meningkatkan  pengetahuan  peternak  dalam  mengelola
usahaternaknya.
5.2.4 Pengalaman Beternak Responden
Pengalaman  beternak  berkaitan  erat  dengan  lama  peternak  dalam menjalankan  usahanya.  Pengalaman  beternak  peternak  responden  akan
berpengaruh  terhadap  tingkat  pengetahuan  serta  keterampilan  peternak  dalam mengelola usahaternaknya. Menurut Heriyatno 2009 semakin lama pengalaman
beternak, cenderung semakin memudahkan peternak dalam mengambil keputusan yang  berhubungan  dengan  teknis  pelaksanaan  ushaternak  yang  dilakukannya.
Pengalaman  yang  diperoleh  akan  mempengaruhi  perilaku  seseorang  seperti pengetahuan,  keterampilan,  pemahaman  serta  sikap.  Lamanya  suatu  usaha
merupakan  pengalaman  yang  dapat  diambil  manfaatnya,  karena  semakin  lama pengalaman  seseorang  dalam  menjalankan  suatu  usaha  maka  semakin  banyak
pengalaman  yang  akan  diperoleh.  Komposisi  lengkap  dari  peternak  responden berdasarkan pengalaman beternak di Desa Cipayung,  Kecamatan Megamendung,
Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel  14.  Karakteristik  Peternak  Responden  Berdasarkan  Pengalaman  Beternak
di  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor Tahun 2012
No Pengalaman Beternak
Jumlah Responden orang
Presentase 1
1 Tahun 1
2.86 2
1 - 5 tahun 7
20.00 3
5 - 10 tahun 16
45.71 4
10 tahun 11
31.43 Total
35 100
Tabel 14
menggambarkan karakteristik
responden berdasarkan
pengalaman  beternak  sapi  perah.  Sebagian  besar  peternak  yang  dijadikan responden memiliki pengalaman bertenak sapi perah selama 5 - 10 tahun dengan
persentase  45,71 persen sebanyak  16  responden.  Pengalaman  berternak  yang dimiliki  oleh  responden  menunjukan  lamanya  responden  berperan  aktif  dalam
usahaternak  sapi  perah.  Semakin  lama  pengalaman  berternak  sapi  perah  maka
54 dapat  disimpulkan  bahwa  responden  sudah  memahami  teknik  budidaya  dalam
kegiatan usahaternak yang dijalankan.
5.2.5 Kepemilikan Ternak Responden
Sapi  perah  yang  dipelihara  oleh  peternak  responden  di  Desa  Cipayung, Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor,  Kecamatan  Megamendung
merupakan  sapi  jenis Fries  Holland FH.  Dalam  penelitian  ini  sapi  perah  yang diteliti merupakan sapi laktasi yaitu sapi yang sedang berada masa masa produktif
menghasilkan  susu. Total  populasi  ternak  responden  di  Desa  Cipayung, Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor adalah  sebesar  179 ekor  sapi
laktasi. Jumlah kepemilikan ternak responden dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Kepemilikan Ternak di
Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor Tahun 2012
No Kepemilikan Ternak
Jumlah Responden Orang
Presentase 1
1 - 10 ekor 31
88.57 2
11 - 30 ekor 3
8.57 3
30 ekor 1
2.86 Total
35 100.00
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah kepemilikan ternak sapi perah pada penelitian ini berada pada tiga kelompok besar yaitu 1 – 10 ekor, 11 –
30  ekor,  dan   30  ekor.  Dari  35  peternak  responden dapat  dilihat  bahwa  jumlah terbesar  terdapat  pada  pada  responden  dengan  kepemilikan  ternak  berada  pada
kelompok  1  – 10  ekor  dengan  presentase  sebesar  88,57 persen  sebanyak  31 responden. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sebagian besar peternak responden
mempunyai  populasi  ternak ≤  10  ekor.  Rendahnya  tingkat  kepemilikan  ternak
disebabkan  oleh  minimnya  modal  yang  dimiliki  peternak  sehingga  akan berpengaruh  terhadap  tingkat  pendapatan  peternak  itu  sendiri.  Menurut  Soedono
1999  peternakan  sapi  perah  akan  menguntungkan  jika  jumlah  minimal  sapi perah  adalah  10  ekor  dengan  persentase  sapi  laktasinya
≥ 60 . Persentase sapi
55 laktasi  merupakan  faktor  penting  yang  tidak  dapat  diabaikan  dalam  tata  laksana
suatu peternakan sapi perah untuk menjamin pendapatan.
5.3 Tatalaksana Usahaternak sapi Perah 5.3.1
Pengadaan dan Pemilihan Bakalan sapi
Bangsa  atau  jenis  sapi  yang  banyak  dipelihara  oleh  para  responden  yang terdapat  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor
merupakan bangsa sapi Fries Holland FH atau sapi peranakan hasil persilangan sapi  Fries  Holland dengan  sapi  lokal.  Bakalan  sapi  perah  ini  diperoleh  dari
pembibitan  dengan  cara  inseminasi  buatan  IB.  Pada  umumnya  sapi  yang memiliki  karakter  ekonomis  yang  menguntungkan  berpenampilan  bentuk  tubuh
dan genetis bagus serta sifat-sifat dan kesehatannya bagus. Atas dasar hal tersebut, maka  banyak peternak dalam  melakukan  seleksi selalu  bertitik  tolak  dari  faktor-
faktor  genetis,  penampilan  tubuh,  sifat-sifatnya  serta  kesehatan  sapi.  Kondisi tersebut  membuat  beberapa  peternak  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan
Megamendung,  Kabupaten  Bogor memberikan  nama ataupun  nomor  pada  setiap sapi  agar  lebih  mudah  dalam  mengetahui setiap  perkembangan sapi  mana  yang
mempunyai cirri-ciri yang tepat untuk dijadikan sebagai bakalan. Pada  umumnya  proses  seleksi  selalu  diawali  dengan  bangsa  sapi  yang
disukai.  Peternak  sapi  perah  di  Indonesia  umumnya menyukai  bangsa  sapi  Fries Holland FH dan peranakannya seperti hal nya bagi peternak di Desa Cipayung,
Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor,  hampir  98  persen  sapi  milik peternak  merupakan  sapi  peranakan  bangsa  Fries  Holland FH.  Secara  umum
bentuk  tubuh  sapi  yang  sesuai  sebagai  bakalan  adalah  bentuk  tubuh  menyudut atau  berbentuk  seperti  pasak,  tubuh  kurus  sehingga  nampak  tonjolan-tonjolan
tulang,  terutama  pada  kepala,  leher,  dan  bahu.  Namun,  walaupun  sapi  nampak kurus  sapi  dalam  kondisi  sehat.  Sapi  yang  sehat  selalu  aktif,  nafsu  makan  kuat,
keadaan  kulit halus  dan mengkilat  serta  matanya bersinar. Kapasitas tubuh besar sehingga memungkinkan sapi dapat menampung sejumlah makanan sari berbagai
jenis makanan dengan volume tinggi yang diperlukan  sebagai bahan baku dalam pembentukkan energi.
56 Genetik  sapi  berpengaruh  terhadap  kemampuan sapi  dalam  memproduksi
susu,  kualitas  air  susu  serta  keteraturan  beranak.  Kualitas  dan  jumlah  produksi susu  yang  mempunyai  sifat  menurun  biasanya  dapat  diperbaiki  melalui  proses
seleksi.  Maka  dari  itu  perlu  kecermatan  dalam  menentukan  sapi  untuk  dijadikan bakalan  atau  induk  dengan  mengetahui  asal  usul  keturunannya.  Sifat-sifat  sapi
sangat  berpengaruh  terhadap  produksi susu.  Calon  induk  yang  mempunyai  sifat jinak dan tenang, penurut, nafsu makan tinggi akan  sangat mudah dipelihara dan
dikuasai. Berbeda dengan sapi yang mempunyai sifat yang gugup dan tidak dapat beradaptasi  dengan  cara-cara  yang  dipergunakan  dalam  pengelolaan  dapat
mengakibatkan  kurangnya  ketenangan  dalam  kelompok  sehingga  produksi susu secara keseluruhan menurun. Selain berdasar bentuk tubuh, genetik dan sifat-sifat
sapi  perlu  diperhatikan  pula  kondisi  kesehatan  sapi  karena  sapi  yang  tidak  sehat akan  mudah  terserang  infeksi  suatu  penyakit  seperti  Brucellosis,  kemandulan,
TBC, radang ambing dan lain-lain.
5.3.2 Pemeliharaan Sapi Perah
Kegiatan  usahaternak  sapi  perah  dilakukan  mulai  dari  kegiatan pemeliharaan hingga pada proses penanganan susu. Jadwal kegiatan pemeliharaan
sapi  serta  penanganan susu murni yang dilaksanakan  oleh peternak sapi perah di Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung, Kabupaten  Bogor dapat  dilihat  pada
Tabel 16.
57
Tabel  16.  Jadwal  Kegiatan  Pemeliharaan  Sapi  Perah  di  Desa  Cipayung,
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tahun 2012 Waktu
Kegiatan Jam
Jenis Kegiatan
Pagi 04.00 - 05.00
1. Membersihkan Kandang sapi 2. membersihkan ambing sapi sebelum diperah
3. memberi pakan hijauan
05.00 - 08.00 1. Pemerahan susu
2. penyetoran susu ke TPS 3. Membersihkan Peralatan
4. memandikan sapi 5. memberi pakan konsentrat dan air minum
08.00 - 11.00 1. mencari rumput
Istirahat
Sore 13.30 - 15.30
1. Membersihkan Kandang sapi 2. Memberi pakan hijauan
3. memandikan sapi 4. membersihkan ambing sebelum diperah
15.30 - 16.30 1. Pemerahan susu
2. mengirim susu ke TPS 3. memberi makan konsentrat dan air minum
Pada  umumnya  responden  melakukan  kegiatan  pemeliharaan  sapi  seperti pada  jadwal  kegiatan  pemeliharaan  sapi  Tabel  16.  Kegiatan  tersebut  merupakan
standar operasional prosedur  yang telah  diberikan oleh  penyuluh peternakan dari koperasi. Jadwal kegiatan tersebut disusun dan dilakukan secara rutin agar tujuan
dan  mutu  yang  diharapkan  oleh  peternak  menjadi  lebih  baik.  Selain  itu  dengan adanya  jadwal  kegiatan  yang tersusun  jelas  akan  mengurangi  tingkat  stress  pada
sapi karena  sapi  pada  akhirnya  mempunyai  kebiasaan  kapan  harus  dimandikan, kapan harus makan dan kapan pula harus di perah.
a Pembersihan Kandang, Tempat Pakan dan Tempat Minum Ternak
Kandang  ternak  harus  selalu  dalam  keadaan  bersih  dan  kering  agar  tidak menjadi sarang kuman dan penyakit. Responden biasanya membersihkan kandang
dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari sebelum sapi akan diperah. Kandang harus dibersihkan  dari  kotoran,  urin  serta  sisa-sisa  makanan  yang  tidak  temakan  sapi.
Kegiatan  pembersihan  kandang  biasanya  dilakukan  bersamaan  pada  saat  sapi dimandikan.  Kotoran sapi yang menumpuk  dibuang dengan menggunakan  sekop
58 dan  ditampung  ditempat  penampungan  kotorang  sapi.  Selanjutnya, lantai
dibersihkan  dengan  menyemprotkan  air  dan  air  kotor  dialirkan  keparit  yang nantinya mengalir ketempat pembuangan.
Peralatan  yang  digunakan  juga  harus  dibersihkan  setiap  hari,  hal  ini  agar mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Sesudah
digunakan  peralatan  dicuci  bersih  dengan  menggunakan  sabun  lalu  dikeringkan. Upaya  tersebut  dilakukan  untuk  mencegah timbulnya  penyakit  akibat  sanitasi
yang kurang baik.
b Memandikan Sapi
Kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan dalam pemeliharaan sapi perah adalah  memandikan  sapi.  Responden  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan
Megamendung,  Kabupaten  Bogor pada  umumnya  memandikan  ternaknya sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari setelah sapi di perah. Sapi
biasanya  di  mandikan  bersamaan  pada  waktu  membersihkan  kandang.  Sapi menghabiskan  hari-hari  berada  dikandang  sehingga  menyebabkan  kandang
menjadi  mudah  kotor yang  diakibatkan  oleh  kotoran dari  sapi  itu  sendiri  yang menempel  pada  kulitbulu  pada  saat  sapi  berbaring.  Ktoran  yang  melekat  pada
bagian tubuh sapi tersebut banyak mengandung kuman penyakit dan bakteri yang dapat  menimbulkan  penyakit  salah  satunya  adalah  gatal-gatal sehingga  membuat
sapi gelisah dan tidak tenang. Maka dari itu, sapi harus dimandikan minimal dua kali sehari dengan cara menggosok kulit sapi terutama pada bagian-bagian lipatan
kulit  dan  sekitar  ambing  lalu  menyemprotnya  dengan  air  hingga  bersih. Pengalaman  para  peternak  apabila  sapi  tidak  dimandikan,  maka  produksi susu
akan  menurun  10 persen Sudono,  1999.  Semua  sapi  usia  dewasa  dimandikan kecuali  untuk  pedet,  hal  ini  karena  daya  tahan  tubuh  pedet  masih  lemah  dan
rentan. Kegiatan memandikan ternak dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.3.3 Kandang
Kandang  merupakan  tempat  tinggal  bagi  sapi  dan  juga  sebagai tempat bekerja  bagi  peternak  yang  mengurus  ternaknya  setiap  hari.  Sapi  perah  harus
selalu diawasi dan dilindungi dari aspek-aspek lingkungan yang dapat merugikan ternak seperti angin kencang, terik matahari, air hujan, suhu udara di malam hari
59 yang dingin, gangguan binatang buas serta pencuri. Oleh karena itu peternak harus
menyediakan  bangunan  kandang  yang  dapat  mengamankan  ternak  dari lingkungan  yang  kurang  menguntungkan  sehingga  akan  berpengaruh pada
produksi ternak.  Kandang  dapat  memberikan  jaminan  kesehatan  ternak  serta menunjang tatalaksana usahaternak yang dijalankan.
Mengingat bahwa kandang sangat menunjang kenyamanan, keamanan dan kesehatan  ternak  serta  menunjang  tatalaksana  usahaternak,  maka  pembangunan
kandang  harus  dipersiapkan  secara  benar  sehingga  dari  segi  teknis  memenuhi persyaratan.  Kandang  milik  peternak  responden  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan
Megamendung,  Kabupaten  Bogor sebagian  besar  sudah  semi  permanen  dan terletak  di  samping  atau  dibelakang  rumah. Dinding  kandang  terbuat  dari  kayu
dan ada pula yang terbuat dari semen setinggi leher orang dewasa 1,5 meter hal ini  bertujuan  agar  pergantian  sirkulasi  udara  di  dalam  kandang  lancar  serta
memungkinkan  masuknya  sinar  matahari  khususnya  pada  pagi  hari.  Lantai kandang sudah terbuat dari semen dan dibuat dengan tekstur miring selain itu juga
dibuat  parit  atau  selokan  hal  ini  bertujuan  agar  pada  saat  pembersihan  kandang lebih  mudah  serta  kotoran  dan  urin  ternak  dapat  mengalir  keselokan  sehingga
lantai kandang akan cepat kering dan tidak licin. Selain itu, pada setiap ekor sapi dialasi  dengan  matras  yang  terbuat  dari  karet  yang  berguna  sebagai  tempat
berpijak  agar sapi tidak slip dan juga berfungsi  sebagai alas untuk  tidur. Tempat makan dan minum merupakan perlengkapan yang penting dalam kandang ternak.
Sebagian  besar  temapt  makan  dan  minum  ternak  responden  sudah  dibuat  secara permanen dari semen secara individual.
Selain  itu  ukuran  kandang  menentukan  seberapa  besar  populasi  dapat  di tamping,  karena  apabila  populasi  ternak  dalam  kandang  yang  berukuran  kecil
terlalu  banyak  akan  berpengaruh  pada  tingkat  stress  dan  kenyamanan  sapi  itu sendiri  sehingga  akan  berpengaruh  terhadap  penurunan  produksi susu.  Pada
umumnya ukuran kandang yang digunakan responden berukuran antara 1,2 x 1,5 sampai  1,5  x  2.0 meter  untuk  satu  ekor  sapi  dewasa,  sedangkan  untuk  pedet
biasanya  kandang  akan  terpisah  dengan  sapi  dewasa  namun  masih  dalam  satu lokasi  dengan  ukuran  sekitar  1.0  x  1,5  meter  dilengkapi  ember  sebagai  tempat
makan  dan  minum.  Responden  membersihkan  kandangnya  dua  kali  sehari  yaitu
60 pagi  dan  sore  hari  sebelum  pemerahan.  Hal  itu  dilakukan  untuk  menjaga
kenyamanan sapi perah dan kebersihan susu yang dihasilkan.
5.3.4 Peralatan
Peralatan  merupakan  perlengkapan  yang  harus  dimiliki  oleh  peternak dalam  membantu  menjalankan  usahaternaknya.  Peralatan  ini  menunjang
responden  dalam  melakukan  usaha  budidaya  sapi  perah.  Peralatan  yang  dimiliki oleh  responden  akan  berpengaruh  terhadap  biaya  tetap  yang  dikeluarkan  oleh
responden  berupa  biaya  penyusutan  alat.  Penghitungan  nilai  penyusutan  ini digunakan  metode  garis  lurus  antara  nilai  beli  dengan  umur  ekonomis  peralatan
tersebut.  Peralatan  yang  digunakan  oleh  peternak  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor antara lain:
1. Milk Can, yaitu kaleng penampung susu yang terbuat dari alumunium khusus tanpa sambungan. Terdiri dari berbagai ukuran namun yang biasanya dimiliki
oleh peternak responden antara lain berkapasitas 10 liter, 15 liter dan 20 liter. 2. Ember,  digunakan  untuk  menampung  air  minum  sapi,  memandikan  sapi,
menampung  pakan  ransum  sapi  serta  untuk  membersihkan  kandang.  Ukuran ember yang digunakan bervariasi mulai dari 10 liter, 15 liter dan 20 liter.
3. Sabitaritgolok,  digunakan  untuk  memotong  rumput  pakan  ternak  dan  untuk membersikan semak yang tumbuh disekitar kandang.
4. Cangkulsekop, digunakan untuk membersihkan kotoran sapi. 5. Literan, digunakan untuk mengukur jumlah susu yang diproduksi.
6. Drumbak  penampung  air,  digunakan  untuk  menampung  air  yang  akan digunakan  untuk  membersihkan  kandang  atau  memandikan  sapi.  Biasanya
hanya dimiliki oleh peternak yang mempunyai populasi sapi cukup banyak. 7. Selang plastik,  digunakan untuk menyalurkan air dari sumber air ke kandang
ternak  untuk  membersihkan  kandang  dan  memandikan  ternak  dengan menyemprotkan air melalui selang.
8. Sepatu boot, digunakan sebagai pelindung kaki peternak. Sebagian  besar  peralatan  untuk  peternakan  diperoleh  peternak  dari  KUD
Giri  tani,  dengan  sistem  pembayaran  tunai ataupun  kredit,  namun  terdapat  pula
61 peternak  yang  membeli  diluar  KUD  Giri  Tani.  Pembelian  alat-alat  secara  kredit
pembayarannya dilakukan dengan memotong dari hasil penjualan susu.
5.3.5 Tenaga Kerja
Menurut  Alpian  2011, tenaga  kerja  merupakan  kelompok  penduduk dalam usia kerja. Penggunaan tenaga kerja biasanya dinyatakan dengan besarnya
curahan  tenaga  kerja.  Curahan  tenaga  kerja  yang  dipakai  merupakan  besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Besar kecilnya curahan tenaga kerja akan sangat
berpengaruh  terhadap  besar  kecilnya  jumlah  tenaga  kerja  yang  dibutuhkan. Tenaga kerja dapat diperoleh dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga.
Pada  umumnya  penggunaan  tenaga  kerja  responden  di  Desa  Cipayung, Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor menggunakan  perhitungan  Hari
Kerja Pria HKP, dimana setiap harinya tenaga kerja dihitung dengan jumlah jam kerja sebanyak delapan jam per hari dihitung mulai dari pukul 04.00 pagi hingga
pukul  07.00  pagi,  lalu  pukul  08.00  hingga  11.00  lalu  akan  dilanjutkan  kembali mulai pukul 14.00 sore hingga pukul 16.00 sore.
Sebagian  besar  tenaga  kerja  yang  dipakai  oleh  responden  di  Desa Cipayung, Kecamatan  Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan  tenaga kerja
dari  keluarga  dengan  presentase  sebanyak  77,14  persen,  sedangkan  responden yang  menggunakan  tenaga  kerja  dari  luar  keluarga  sebanyak  22,86  persen.
Kegiatan  tenaga  kerja  yang  dilakukan  dalam  memelihara  ternak  di  Desa Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor meliputi  membersihkan
kandang,  memberi makan dan  minum  sapi,  memandikan ternak,  mencari rumput dan  pemerahan.  Upah  tenaga  kerja  per  hari  rata-rata  sebesar  Rp  25.000.
Penggunaan  tenaga  kerja  dari  luar  keluarga  memaksa  responden  untuk mengeluarkan  biaya  secara  langsung  sebagai  imbalan  atas  pekerjaan  yang  telah
mereka  lakukan,  sementara  penggunaan  tenaga  kerja  dari  dalam  keluarga, responden  tidak  perlu  mengeluarkan  biaya  secara  langsung  sehingga  dapat
mengurangi  pengeluaran  yang  harus  dikeluarkan  responden  untuk  pembayaran tenaga kerja disetiap bulannya.
62
5.3.6 Pakan
Menurut Girisonta  1995 semua  makhluk  hidup membutuhkan makanan, termasuk  sapi  perah.  Makanan  bagi  sapi  perah  berfungsi  untuk  perawatan  tubuh
dan  kegiatan biologis  yang  lain  seperti  bernapas,  proses  pencernaan,  gerakan jantung, dan menggantikan bagian-bagian tubuh yang rusak. Selain itu, juga untuk
memproduksi susu,  daging,  dan  pertumbuhan  janin  dalam  kandungan.  Dalam usaha  pemeliharaan  sapi  perah  terdapat  tiga  faktor  yang  harus  diperhatikan  agar
usahaternak  yang  dijalankan  dapat  berhasil.  Faktor  pertama  adalah  feeding pakan  yang  menempati  posisi  terbesar  dalam  usaha  pemeliharaan  sapi  perah
yaitu  sebesar  55  persen,  sementara  breeding dan  management menampati  posisi kedua dan ketiga masing-masing 25 persen dan 20 persen Girisonta, 1995. Fakta
tersebut  membuktikan  bahwa  faktor  pemberian  pakan  sangat  menentukan keberhasilan  suatu  usaha  peternakan  sapi  perah,  karena  pemberian  pakan  yang
salah akan berpengaruh pada menurunnya produksi ternak. Responden sangat menyadari bahwa pakan merupakan faktor penting yang
dapat  mempengaruhi  produksi ternak,  maka  dari  itu  responden  akan  berusaha memenuhi  kebutuhan  nutrisi  yang  dibutuhkan  oleh  ternak  dari  pakan  yang
diberikan.  Sebagian besar  responden  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan
Megamendung,  Kabupaten  Bogor memberikan  pakan  ternak  terdiri  dari  tiga kelompok yaitu makanan hijau hijauan, konsentrat serta pakan tambahan berupa
ampas tahu. Makanan hijau hijauan merupakan makanan pokok yang dibutuhkan sapi
karena mengandung karbohidrat dan serat kasar yang tinggi. Biasanya responden akan mendapatkan hijauan di daerah sekitar tempat tinggal seperti tegalanladang
yang  memang  ditanami  rumput-rumputan  untuk  pakan  ternak,  namun terkadang juga responden mendapatkannya dari limbah pertanian seperti daun jagung. Selain
dari  hasil  mencari  sendiri,  responden  juga membeli  rumput  segar  sebagai  pakan ternaknya  dari  pihak  tertentu  yang memang  menyediakan  dengan harga  rata-rata
Rp 150,- per kilogram. Pemberian  pakan  pada  sapi  perah  sangat  mempengaruhi  produksi susu,
karena pemberian pakan yang kurang baik akan dapat menurunkan produksi susu yang  dihasilkan.  Berdasarkan  hasil  pengamatan  yang  dilakukan  dilapangan
63 diketahui  bahwa  jenis  hijauan  yang  diberikan  responden  untuk  ternak  berupa
rumput  gajah,  rumput  lapang,  limbah  pertanian  seperti  daun  jagung,  daun singkong  dll.  Sebagian  responden  dalam  memberikan  hijauan  dilakukan  secara
perkiraan tanpa  ukuran  yang  pasti, dan  diberikan  dua  kali  sehari  yaitu  pagi  dan sore hari. Pada pagi hari, pakan hijauan diberika pada pukul 07.00 pada saat sapi
akan diperah sedangkan pada sore hari pakan hijauan diberikan pada pukul 16.00 pada saat sapi akan dan setelah diperah.
Pemenuhan  kebutuhan  gizi  pada  sapi  perah  dilakukan  dengan  pemberian pakan  yang  mempunyai  kandungan  nutrisi  yang  lengkap  dan  seimbang.
Pemberian  makan  sapi  berupa  hijauan  saja  tidak  akan  mencukupi  kebutuhan nutrisi pada ternak maka dari itu diperlukan makanan tambahan berupa konsentrat
yang merupakan makanan dengan kandungan energi dan protein yang tinggi serta serat kasarnya rendah. Bahan makanan konsentrat ini terdiri dari biji-bijian seperti
jagung, menir, dan bulgur, hasil ikutan pertanian dari pabrik seperti dedak, katul, bungkil  kelapa,  bungkil  kacang  tanah  dan  molases. Selain  itu  untuk  memenuhi
kebutuhan  protein  pada  ternak,  responden  juga  memberikan  makanan  tambahan berupa  ampas  tahu  yang  biasanya  pemberiannya  dicampur  dengan  konsentrat.
Konsentrat  diperoleh responden  dari  KUD  Giri  Tani  dengan  harga  Rp 2000 per kilogram sedangkan ampas tahu ini diperoleh responden dari produsen tahu yang
berada  di  daerah  Ciawi dengan  harga  rata-rata  Rp  300,- per  kilogram.  Kegiatan pemberian pakan pada sapi perah dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.3.7 Air Minum
Air  merupakan  salah  satu  komponen  bahan  makanan  yang  sangat diperlukan  oleh  sapi  perah  dalam  jumlah  besar  disamping  energy  dari  makanan
pokok.  Kebutuhan  air  tidak  dapat  di  abaikan  karena  70  persen  dari  tubuh  sapi terdiri dari air. Dalam tubuh sapi air berfungsi untuk mengatur suhu dalam tubuh,
membantu  proses  pencernaan,  metabolism,  membantu  pelepasan  kotoran  dan sebagainya.  Kebutuhan  air dapat  dipenuhi  dalam bentuk  air minum  dan air yang
terdapat  dalam  makanan.  Sapi  perah  membutuhkan  2  – 2,5  kg  air  minum  untuk memproduksi air susu sebanyak 0,5 kg, oleh karena itu air harus disediakan dalam
jumlah  cukup  banyak  atau  ad  libitum tanpa  batasan  agar  dapat  memproduksi
64 susu  lebih  tinggi.  Berdasarkan  hasil  pengamatan  dilapangan  responden
memberikan  air  untuk  ternak  dengan  menggunakan  ember  besar.  Air  yang diberikan merupakan air bersih yang berasal dari mata air disekitar wilayah Desa
Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor.  Kegiatan  pemberian pakan pada sapi perah dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.3.8 Kesehatan Hewan dan Reproduksi
Sapi  perah  yang  terserang  penyakit  akan  dapat  menimbulkan  kerugian besar bagi peternak terutama untuk penyakit yang bersifat menular. Maka dari itu,
diperlukan  penanganan  langsung  apabila  ternak  terserang  penyakit.  Responden biasanya  akan  menghubungi  bagian  kesehatan  hewan  keswan  yang  sudah
disediakan ole pihak KUD Giri Tani, namun untuk responden anggota Kelompok Ternak Mekar Jaya sudah mempunyai petugas kesehatan sendiri untuk mengatasi
permasalahan  dan  penyakit  pada  ternak.  Responden  hanya  perlu  melaporkan  ke bagian  kesehatan  hewan  keswan  untuk  mendapatkan  pelayanan berupa  obat-
obatan dan vitamin sesuai dengan penyakit yang menyerang ternak. Jenis penyakit yang  sering  menyerang  pada  ternak  milik  responden  di  Desa  Cipayung,
Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor antara  lain  adalah  Anorexia, Indigesti,  diare,  Mastitis,  pilek,  kembung  perut,  dan  Brucellosis keguguran
menular.  Sementara  untuk  jenis  penyakit  Anthrax dan  ngorok  belum  pernah ditemukan  pada ternak  milik  peternak  sapi  perah  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan
Megamendung, Kabupaten Bogor. Pada umumnya sistem reproduksi sapi perah responden di Desa Cipayung,
Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor dilakukan  dengan  cara  Inseminasi Buatan  IB.  Inseminasi Buatan  IB  adalah suatu  metode  memasukkan
semenmani pejantan unggul kedalam rahim sapi betina dengan menggunakan alat bantuan manusia. Inseminasi Buatan IB merupakan suatu cara beternak modern
dalam  usaha  meningkatkan  mutu  ternak  seefisien  mungkin.  Selain  itu,  bagi responden  Inseminasi  Buatan  IB  dirasa  lebih  banyak  memberikan  keuntungan
hal  ini  karena  lebih  praktis,  hemat  waktu,  hemat tenaga,  hemat  biaya,  serta mengurangi  tingkat  penyebaran  penyakit  oleh  sapi  jantan  dan  anak  sapi  pedet
hasil inseminasi buatan keturunannya lebih bagus.
65 Menurut  hasil  wawancara  dengan  petugas  kesehatan  hewan  Kelompok
Ternak  Mekar  Jaya, tidak semua  sapi mengalami  kebuntingan  pada  saat pertama kali  dilakukan  Inseminasi  Buatan  IB,  sehingga  menyebabkan  sapi  kehilangan
masa suburnya dan harus menunggu lagi selama 21 hari hingga masa  sapi birahi kemudian dilakukan Inseminasi Buatan IB lagi. Sebelum melakukan Inseminasi
Buatan IB perlu diketahui saat yang tepat  untuk melakukannya, untuk itu perlu diketahui  berapa  lama  saat  birahi  pada  sapi  betina.  Birahi  pada  sapi  betina  akan
berlangsung selama 6 sampai 36 jam dengan rataan 18 jam pada sapi betina betina dewasa  dan  15  jam  pada  sapi  betina  dara Syarif  dan  Sumoprastowo,  1984.
Waktu  yang  tepat  dilakukan  adalah  sekitar  10,5  jam  setelah  tanda  birahi  mulai muncul  seperti  sapi  tampak  gelisah dan  selalu  ingin  keluar  kandang,  mengibas-
ngibaskan  ekor,  nafsu  makan  berkurang,  produksi susu  menurun  dll.  Pedoman mengenai saat yang tepat untuk mengawinkan sapi dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Pedoman Waktu Mengawinkan Sapi yang Tepat
Saat Permulaan Tanda Birahi
Waktu Terbaik untuk Mengawinkan
Terlambat 1. Pagi hari sebelum
pukul 09.00 - Hari itu Juga
- Siang esok harinya 2. Siang hari pukul
09.00 - 12.00 - Sore pada hari yang sama
- 14 pagi esok harinya sebelum pukul 10.00
- Pagi esok harinya setelah pukul 10.00
3. Sore hari - Pada esok harinya
- Siang esok hari sebelum pukul 15.00
- Besok siangnya setelah pukul 15.00
Sumber : Girisonta 1995
Sapi yang baru saja beranak, bisa dikawinkan kembali setelah 60 - 95 hari karena  apabila  dilakukan  penundaan  yang  terlalu  lama  akan  menyebabkan  jarak
kelahiran  calving internal berikutnya  terlalu  panjang. Namun,  pengaturan jarak kelahiran  calving  interval  pada  responden  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan
Megamendung, Kabupaten Bogor melebihi 365 hari. Inseminasi Buatan IB dan pelayanan kesehatan untuk ternak milik responden di Desa Cipayung, Kecamatan
Megamendung,  Kabupaten  Bogor dilakukan  dengan  menggunakan  petugas kesehatan  yang  memang  sudah  disediakan  oleh  Kelompok  Ternak  Mekar  Jaya.
Biaya  pelayanan  Inseminasi Buatan  IB sebesar Rp 30.000,  dimana untuk biaya
66 suntik  obat-obatan  dan  vitamin  berkisar  antara  Rp  20.000  sampai  Rp  30.000
tergantung jenis suntikan yang diberikan.
5.3.9 Pemerahan
Produksi susu pada  sapi perah dilakukan dengan cara memerah. Kegiatan pemerahan yang dilakukan oleh pekerja bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana
melainkan  suatu  pekerjaan  yang  menuntut  keterampilan.  Kualitas  produksi susu selain  dipengaruh  oleh  proses  pemeliharaan  seperti  pemberian  pakan  yang  baik,
pencegahan dan pemberantasan penyakit, juga dipengaruhi oleh teknik pemerahan yang benar. Responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten
Bogor biasanya  melakukan  kegiatan  pemerahan  sebanyak  dua  kali  sehari  yaitu pukul 05.00 – 06.30 pada pagi hari dan pukul 15.30 – 17.00 pada sore hari. Teknis
pemerahannya masih sederhana atau tradisonal yaitu dengan menggunakan tangan pekerja.
Sebelum  melakukan  proses  pemerahan,  biasanya  dilakukan  beberapa persiapan antara lain terlebih dahulu sapi di beri makan hal ini bertujuan agar sapi
tenang  pada  saat  akan  diperah.  Setelah  itu  sapi  dimandikan  dan  lantai  kandang juga  dibersihkan  dengan  cara  disemprot  dengan  air  hal  ini  berkaitan  dengan
kebersihan dan kesehatan susu yang di produksi. Ambing dan puting di bersihkan dengan  menggunakan  air  hangat,  digosok  secara  perlahan  dengan  menggunakan
kainspons  kegiatan  ini  bertujuan  untuk  menjaga  kebersihan  air  susu  dan mengurangi pencemaran. Agar merangsang keluarnya air susu biasanya dilakukan
dengan memijit massage secara perlahan pada ambing sapi yang diperah. Puting sapi yang akan diperah perlu diolesi minyak kelapa atau vaselin agar menjadi licin
sehingga  memudahkan  proses  pemerahan  dan  sapi  tidak  merasa  kesakitan, kebutuhan  vaselin  responden  rata-rata  dalam  satu  bulan sebesar  1.050  gram  dan
diperoleh responden dari KUD Giri Tani. Proses  pemerahan  harus  dilakukan  dengan  hati-hati,  lembut  dan  diawali
dengan  pemerahan  pelan  lalu  dilanjutkan  dengan  lebih  cepat.  Pemerahan  harus dilakukan  secepat mungkin  karena  pemerahan  yang  terlalu  lama  akan
menimbulkan efek yang kurang baik pada sapi yang diperah salah satunya adalah sapi akan menjadi stres. Pemerahan dilakukan terus-menerus hingga air susu yang
67 didalam  ambing  tidak  keluar  dan  habis,  setelah  itu  puting  di  bersihkan  dengan
menggunakan  lap  dan  air  hangat  untuk  mencegah  terjadinya  mastitis pada  sapi. Kegiatan pemerahan susu dapat dilihat pada Lampiran 5.
5.3.10 Pemasaran Susu
Produksi susu dari  para peternak sebagian  besar dijual melalui  KUD Giri Tani  yang  nantinya  akan  disalurkan  ke  PT  Cisarua  Mountain  Dairy  Cimory.
Pada  awalnya  peternak  responden  yang  tergabung  dalam  Kelompok  Ternak Mekar  Jaya  mengumpulkan  susu  di  sekretariat  kelompok  ternak  kemudian  susu
yang  sudah  terkumpul  akan  dijemput  dan  diangkut  oleh  mobil  KUD  Giri  Tani untuk selanjutnya akan dikirim ke PT Cimory. Namun, seiring berjalannya waktu
dengan keunggulan yang dimiliki oleh Kelompok Ternak Mekar Jaya yaitu dalam hal pengadaan alat transportasi  mandiri sehingga susu yang berasal  dari peternak
setelah dikumpulkan dari dua pos pengumpulan susu maka susu tersebut langsung dikirim  ke  PT  Cimory.  Dengan  demikian  susu  segar  tersebut  tidak  akan  terlalu
lama  dalam  perjalanan  yang  beresiko  menyebabkan  kerusakan  dan  menurunkan kualitas  susu.  Adanya  alat  pengangkutan  sendiri  dirasa  menguntungkan  bagi
peternak  itu  sendiri  karena  harga  susu  yang  diterima  lebih  tinggi  dibanding sebelumnya karena  kualitas  susu  lebih  baik. Kegiatan  penyetoran  susu  dapat
dilihat  pada  Lampiran  5.  Tabel  18 menjelaskan  mengenai  rincian  jumlah  input yang digunakan responden dalam usahaternak sapi perah serta hasil produksinya
Tabel  18. Rata-Rata  Penggunaan  Input  Serta  Output  yang dihasilkan Dalam
Usahaternak Sapi
Perah di
Desa Cipayung,
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Pada Bulan Januari Tahun 2012.
Uraian Jumlah
Satuan 1. Input Usaha
- Konsentrat 914.94
Kilogram - Hijauan
5,845.71 Kilogram
- Ampas Tahu 1,526.97
Kilogram - Mineral
2.63 Kilogram
- Air 4410.86
Liter - Vaseline
0.69 Kilogram
- Tenaga Kerja 24,08
HKP 2. Output Susu
1665.51 Liter
68
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI SUSU SAPI PERAH
Dalam  suatu  kegiatan  usaha  ekonomi  mempunyai  tujuan  utama  untuk memperoleh  keuntungan.  Dalam  usahaternak  sapi  perah  salah  satu  usaha  untuk
memperoleh  keuntungan  adalah  dengan  cara  meningkatkan  produksi sapi  perah yang  dipelihara.  Maka  dari  itu, perlu  dipahami  terlebih  dahulu  mengenai  faktor-
faktor  apa  saja  yang  dapat  mempengaruhi produksi sapi  perah.  Dalam  penelitian ini  faktor-faktor  yang berpengaruh  terhadap  produksi susu  di  tingkat  peternak di
Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor dianalisis  dengan menggunakan  model  fungsi  Cobb-Douglas yang  menunjukkan  hubungan
matematis antara produksi susu dengan faktor -faktor produksi yang digunakan. Faktor-faktor  produksi yang  diduga  berpengaruh  dalam  usahaternak  sapi
perah di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor antara lain masa laktasi sapi produksi X1, hijauan X2, konsentrat X3, ampas tahu X4,
air X5, mineral X6 dan tenaga kerja X7. Berdasarkan ketujuh faktor tersebut akan  dilihat  berapa  besar  pengaruhnya  terhadap  produksi sapi  perah.  Didalam
mendugaan parameter  pada fungsi  persamaan  Cobb-Douglas maka  data  diubah terlebih  dahulu  kedalam bentuk  double  logaritme natural  ln. Secara rinci  dapat
dilihat  pada  Lampiran 2.  Berdasarkan  hasil pengolahan  data  menggunakan software Minitab 14 diperoleh hasil pendugaan fungsi produksi seperti pada Tabel
19.
69
Tabel 19. Hasil  Pendugaan Fungsi Produksi Susu Responden di Desa Cipayung,
Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor Bulan  Januari  Tahun 2012
Variabel Koefisien
Regresi Simpangan
Baku Koefisien
T-Hitung P-Value
VIF Konstanta
1,545 1,101
1,40 0,172
Ln Masa Laktasi X1 -0,4736
0,1646 -2,88
0,008 1,7
Ln Konsentrat X2 0,1259
0,1520 0,83
0,415 5,1
Ln Hijauan X3 0,2664
0,1888 1,41
0,170 8,6
Ln Ampas Tahu X4 0,05208
0,05737 0,91
0,375 2,3
Ln Mineral X5 0,01716
0,09733 0,18
0,861 3,3
Ln Air X6 0,7283
0,1873 3,89
0,001 9,3
Ln Tenaga Kerja X7 -0,4889
0,2572 -1,90
0,068 3,7
R
sq
: 90,7 persen R
sqadj
: 88,2 persen F
hitung
: 37,48 F
tabel
: 2,37 : berpengaruh nyata pada taraf
20 persen
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software Minitab 14 diperoleh model fungsi produksi :
Y = 1,55 X1
- 0,474
X2
0,126
X3
0,266
X4
0,0521
X5
0,0172
X6
0,728
X7
- 0,489
Model fungsi tersebut bila dilinierkan menjadi : Ln Y = 1,55 – 0,474 ln X
1
+ 0,126 ln X
2
+ 0,266 ln X
3
+ 0,0521 ln X
4
+ 0,0172 ln X
5
+ 0,728 ln X
6
– 0,489 ln X
7
Berdasarkan  Tabel  19,  hasil  nilai  F-hitung  pada  model  penduga  fungsi produksi  mencapai  37,48  dan  nilai  tersebut  lebih  besar  dari  nilai  F-tabel  yaitu
2,37.  Kondisi  ini  menjelaskan  bahwa  semua  faktor  produksi  yang  digunakan dalam  kegiatan  usahaternak  sapi  perah  secara  bersama-sama  memiliki  pengaruh
yang  nyata  dalam  produksi  susu  sapi  perah.  Berdasarkan  hasil  uji-t  diketahui bahwa  variabel  bebas  yang  berpengaruh  nyata  terhadap  produksi  susu  adalah
masa  laktasi,  hijauan,  air  dan  tenaga  kerja  sedangkan  untuk  input  konsentrat, ampas tahu dan mineral tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi susu.
Model  penduga  fungsi  produksi yang  telah  dilakukan  analisis  dapat menujukkan  adanya  tingkat  kelayakan  berdasarkan asumsi  OLS Ordinary Least
Square yaitu dengan mencari koefisien model melalui pengepasan fitting antara model  dengan  data  sampel. Adapun  asumsi  OLS  yang  dimaksud  adalah  model
linier  dalam  koefisien  parameter,  tidak  terdapat  multikolinier  diantara  variabel independent,  ragamnya  homogen  homoskedastisitas  dan  tidak  terdapat
70 autokorelasi. Pengujian multikolinieritas dilakukan agar variabel independen yang
digunakan  tidak  saling  mempengaruhi  satu  sama  lain.  Analisis  mengenai  uji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF Variance Inflation Factors maupun
pada  hasil uji korelasi, untuk lebih rincinya dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil pengujian  antar  variabel  pada  Lampiran menyatakan  bahwa  model  yang
digunakan  tidak  terdapat  multikolinieritas  pada  setiap  variabel.  Hal  itu  dapat dilhat bahwa nilai VIF dari tujuh variabel tidak ada yang lebih dari 10. Sehingga
model  dikatakan  baik  dan  dapat dilakukan  analisis  berikutnya  yaitu  melihat apakah  model  terdapat  heteroskedistisitas dengan  menggunakan  pendekatan
grafik yang  dapat  dilihat  pada  Lampiran 3,  menunjukkan  plot  antar  residual dengan data menyebar mengikuti plot normal.
Dilihat  dari  hasil  penghitungan  secara  statistik  analisis  model  penduga fungsi  produksi pada  peternak  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,
Kabupaten  Bogor telah  memenuhi  asumsi  OLS  Ordinary  Least  Square.  Hal tersebut juga dapat dianalisis melalui nilai p-value pada hasil Analysis of Variance
pada  Lampiran  2 yang  bernilai  nol  sehingga  mengindikasikan  bahwa  semua variabel atau salah satu variabel dalam model regresi secara statistik tidak bernilai
nol. Terpenuhi syarat asumsi OLS ini menunjukkan bahwa model fungsi produksi tersebut  dapat  digunakan  dalam  menduga  hubungan  antara  variabel bebas  input
produksi  yang  digunakan  terhadap  hasil  produksi output  dalam  kegiatan usahaternak sapi perah.
Dari  hasil  pendugaan  model  dengan  menggunakan  model  fungsi  Cobb- Douglas diperoleh  hasil  bahwa    nilai  koefisien  determinasi  R
2
sebesar  90,7 persen dengan nilai determinasi terkoreksi R
2
adjusted sebesar 88,2 persen. Nilai determinasi  R
2
tersebut  menujukkan bahwa  sebesar  90,7 persen  dari  variasi produksi dapat  dijelaskan  secara  bersama-sama  oleh  faktor  masa  laktasi  sapi
produksi,  hijauan,  konsentrat,  ampas  tahu,  mineral,  air  dan  tenaga  kerja. Sedangkan 9,3 persen lagi dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Faktor-
faktor  lain  yang  diluar  model  yang  diduga  berpengaruh  terhadap  produksi susu segar  adalah  umur,  lingkungan,  pengaruh  iklim  dan  cuaca,  pemberian  obat  dan
vitamin,  lingkungan  peternakan serta  serangan  penyakit. Nilai  koefisien  dalam model  fungsi  Cobb-Dauglas merupakan  nilai  elastisitas  produksi dari  variabel-
71 variabel  produksi tersebut.  Berdasarkan  Tabel  18,  maka  pengaruh  dari  masing-
masing variabel bebas terhadap produksi dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Faktor Masa Laktasi X1
Masa  laktasi  merupakan  masa  dimana  sapi  sedang  berproduksi. Berdasarkan  hasil  pendugaan  parameter  terhadap  faktor produksi menunjukkan
bahwa variabel masa laktasi sapi produksi X1 mempunyai nilai P-value sebesar 0,008.  Jika  taraf  nyata  20  persen  maka  variabel  masa  laktasi  sapi  produksi
mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi susu sapi, sehingga apabila terjadi penurunan  ataupun  peningkatan  masa  laktasi  sapi  produksi akan  berpengaruh
signifikan  terhadap  produktivitas  sapi  perah.  Berdasarkan  nilai  koefisien parameter faktor masa laktasi sapi produksi mempunyai nilai negatif yaitu sebesar
- 0,4736.  Nilai  tersebut  menunjukkan  bahwa  apabila  masa  laktasi  sapi  produksi bertambah  sebesar  satu  persen  maka  akan  menurunkan  produksi  sapi  perah
sebesar  0,4736 persen  dengan  mengganggap  faktor  lain  tetap  cateris  paribus. Pernyataan  tersebut  tidak  sesuai  dengan  hipotesis  sebelumnya  yang  menyatakan
bahwa  penambahan masa laktasi sapi produksi akan meningkatkan produksi sapi perah.  Elastisitas  produksi faktor  masa  laktasi  lebih  kecil  dari  0  Ep    0
menunjukkan bahwa faktor masa laktasi berada pada daerah irrasional. Variabel  masa  laktasi  mempunyai  nilai  koefisien  negatif  karena  sebagian
besar  peternak  kurang  begitu  memahami  mengenai  masa  laktasi sapi  produksi. minimnya  informasi  mengenai  masa  laktasi  sapi  produksi  merupakan  sesuatu
yang wajar mengingat rata-rata tingkat pendidikan peternak hanya sampai tingkat sekolah  dasar  SD sehingga  kurang  memahami  arti  penting  masa  laktasi  pada
sapi masa produksi.  Masa  laktasi  merupakan  masa  dimana  sapi  sedang berproduksi  susu.  Terdapat  batasan  maksimal  dalam  menentukan  masa  laktasi
yaitu  maksimal  sepuluh  bulan kurang  lebih  305  hari setelah  itu  sapi  harus dipersiapkan  untuk  kering  kandang  dan  memasuki  masa  laktasi  selanjutnya.
Namun pada kenyataannya peternak kurang memperhatikan batas maksimal masa laktasi ini, hal ini diketahui dari hasil pengamatan dilapang terdapat beberapa ekor
sapi  milik  responden yang  sudah  melewati  masa  laktasi  sekitar  12  bulan  atau lebih. Masa laktasi pada sapi produksi akan sangat berpengaruh pada kualitas dan
kuantitas susu yang dihasilkan. Menurut Sudono et al 2003 menjelaskan bahwa
72 produksi  susu  per  hari  akan mulai  menurun  setelah  mencapai  masa  laktasi  dua
bulan, penurunan jumlah produksi susu ini juga akan diikuti dengan menurunnya kadar lemak. Maka dari itu masa laktasi akan berpengaruh terhadap produksi susu.
2. Faktor Konsentrat X2
Konsentrat  merupakan  makanan  penguat  ternak  yang  berasal  dari  biji- bijian  dan  limbah  pertanian  seperti  jagung,  menir,  bulgur,  hasil  ikutan  pertanian
dari  pabrik  seperti  dedak,  katul,  bungkil  kelapa,  bungkil  kacang  tanah  dan molases. Berdasarkan nilai P-value faktor  produksi pakan  konsentrat mempunyai
nilai  sebesar  0,415. Jika  taraf  nyata  sebesar  20  persen  maka  variabel  konsentrat tidak  berpengaruh  nyata  terhadap  produksi susu  sapi  perah.  Sedangkan nilai
koefisien  regresinya sebesar  0,1259.  Nilai  koefisien  regresi  tersebut  mempunyai arti  bahwa  apabila  terjadi  penambahan  faktor  produksi berupa  pemberian  pakan
konsentrat  sebesar  satu  persen  maka  akan  menyebabkan  peningkatan  produksi sapi  perah  sebesar  0,1259 dengan  menganggap  bahwa  faktor  lain  tetap  cateris
paribus.  Pernyataan  tersebut  sesuai  dengan  hipotesis  sebelumnya  yang menyatakan bahwa penambahan pakan konsentrat satu satuan akan meningkatkan
produksi sapi  perah.  Elastisitas  produksi berada  antara  1  dan  0  0Ep1 menujukkan  bahwa  faktor  produksi berupa  pemberian  pakan  konsentrat  berada
pada daerah rasional. Pakan  konsentrat  merupakan  ransum  pakan  ternak  yang  mengandung
kadar  energi  dan  protein  tinggi  namun  kandungan  serat  kasarnya  rendah.  Pakan konsentrat  merupakan  bahan  makanan  pelengkap  bagi  ternak  sebab  tidak  semua
zat  makanan  dan  nutrisi  dapat  terpenuhi  dari  rumput  atau  hijauan,  maka  dari  itu diperlukan  adanya  pakan  tambahan  berupa  konsentrat  yang  berfungsi  untuk
melengkapi  nutrisi  yang  dibutuhkan  ternak. Namun,  berdasarkan  hasil
pengamatan  dilapangan  diketahui  bahwa  para  peternak  responden  di  Desa Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor
kurang  begitu memperhatikan  mengenai  jumlah  pemberian  pakan  konsentrat.  Peternak tidak
menggunakan takaran  yang  pasti  dan  tetap,  sehingga  hanya  menggunakan perkiraan  saja. Peternak  kurang  memahami  berapa  sebenarnya  kebutuhan
konsentrat untuk sapi produksi sehingga menyebabkan adanya ketidakseimbangan nutrisi. Menurut  Sudono  et  al 2003  pemberian  konsentrat  pada  sapi  produksi
73 adalah  50  persen  dari  susu  yang  dihasilkan  rasio  1:2.  Selain  itu  pada  bulan
Januari  pihak  KUD  Giri  Tani  mengganti  jenis  konsentrat  dengan  konsentrat  dari produsen  lain  dengan  harga  lebih  murah,  dari  hasil  wawancara  diketahui  bahwa
terdapat  beberap  peternak  yag  mengeluh  karena  konsentrat  yang  dipakai kualitasnya kurang bagus.
Sapi yang sedang berada pada masa produksi masa laktasi membutuhkan nutrisi  yang  cukup  untuk  proses  pertumbuhan,  reproduksi serta  berpengaruh
terhadap  kualitas  produksi. Penggunaan  konsentrat  oleh  responden rata-rata delapan  kilogram  perhari  dengan  rata-rata  penggunaannya  pada  bulan  Januari
tahun 2012 sebesar 248,9 kilogram untuk per ekor sapi produksi. Pakan konsentrat diberikan  sebanyak  dua  kali  sehari  yaitu  pada  waktu  pagi  dan  sore  setelah  sapi
diperah.  Biasanya  peternak  responden  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor memberikan pakan konsentrat dengan dicampur
ampas tahu. Konsentrat ini diperoleh peternak responden dari KUD Giri Tani.
3. Faktor Hijauan X3
Pakan hijauan merupakan pakan utama bagi sapi perah.  Makanan hijauan makanan  kasar  merupakan  semua  bahan  makanan  yang  berasal  dari  tumbuh-
tumbuhan  atau  tanaman  dalam  bentuk  daun-daunan,  ranting,  bunga  dan  batang. Hijauan  mempunyai  kandungan  energi  yang  relatif  rendah,  namun  merupakan
sumber  vitamin  dan  mineral  yang  baik  untuk  ternak.  Berdasarkan  nilai  P-value faktor hijauan mempunyai nilai sebesar 0,170. Jika  taraf nyata sebesar 20 persen
maka  variabel  hijauan  mempunyai  pengaruh nyata  terhadap  produksi susu  sapi perah, sehingga apabila terjadi penurunan maupun peningkatan pemberian hijauan
akan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi susu sapi perah. Sedangkan berdasarkan  nilai  koefisien  regresi  faktor  produktivitas hijauan  ini  mempunyai
nilai  sebesar  0,2664.  Nilai  koefisien  regresi  ini  mempunyai  arti  bahwa  apabila terjadi penambahan faktor produktivitas berupa pakan hijauan sebesar satu persen
maka akan meningkatkan produktivitas sapi perah sebanyak 0,2664 persen dengan menganggap faktor lain tetap cateris paribus. Pernyataan tersebut sesuai dengan
hipotesis  sebelumnya  yang  menyatakan  bahwa  penambahan  pakan  hijauan sebanyak satu satuan akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi
74 berada  antara  1  dan  0  0Ep1  menujukkan  bahwa  faktor  produksi berupa
pemberian pakan hijauan berada pada daerah rasional. Hijauan  mengandung  kadar  air  sebesar  70  persen  hingga  80  persen,
sedangkan  sisanya  merupakan  bahan  kering.  Pemberian  pakan  hijauan pada  sapi perah  milik  peternak  rata-rata  sebesar  38,97  kgekorhari.  Pemberian  hijauan  ini
mutlak  dilakukan  untuk  menghasilkan  energi  pada  ternak  yang  berguna  untuk proses  kelangsungan  hidupnya.  Pakan  hijauan  merupakan  pakan  utama  bagi
ternak  sapi  perah sehingga kebutuhannya  harus tercukupi  namun,  sebagian besar peternak belum paham mengenai kebutuhan pakan hijauan bagi sapi laktasi yaitu
10  persen  dari  bobot  tubuhnya,  hal  diketahui  dari  hasil  pengamatan  peternak hanya secara perkiraan saja dalam memberikan pakan hijauan. Apabila pemberian
hijauan  dikurangi  maka  energi  yang  seharusnya  dibutuhkan  oleh  sapi  menjadi berkurang, hal ini akan berakibat pada penurunan bobot badan sehingga produksi
susu  juga  akan  berkurang.  Penambahan  pemberian  pakan  hijauan  pada  sapi produksi akan  meningkatkan  energi  yang  dibutuhkan  oleh  sapi  sehingga
berdampak pada peningkatan produksi susu. Makanan  hijauan diperoleh responden dengan  cara  membeli  ke pedagang
rumput  dengan  harga  Rp  150  per  kilogram,  biasanya jenis  rumput  yang  dibeli adalah rumput gajah. Selain itu responden juga akan mencari rumput liar di sekitar
tempat  tinggal  atau  tegalan  yang  memang  sengaja  ditanami  rumput-rumputan. Pemberian  pakan  hijauan  dilakukan  tiga  kali  sehari  yaitu  pagi  hari  setelah
pemerahan, siang hari dan sore hari setelah pemerahan.
4. Faktor Ampas Tahu X4
Ampas  tahu  merupakan  limbah  yang  berasal  dari  pembuatan  tahu  yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan bagi ternak sapi perah. Berdasarkan
nilai  P-value faktor  produksi ampas tahu  mempunyai  nilai  sebesar  0,372.  Jika taraf  nyata sebesar 20  persen  maka  variabel ampas tahu tidak  berpengaruh nyata
terhadap produksi susu sapi perah. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien regresi faktor  produksi  ampas  tahu  mempunyai  nilai  positif  yaitu sebesar 0,05208.  Nilai
koefisien  regresi  tersebut  mengandung  arti  bahwa  apabila  terjadi  penambahan faktor produksi berupa ampas tahu sebesar satu persen maka akan  meningkatkan
produksi sapi  perah  sebanyak  0,05208 persen  dengan  menganggap  faktor  lain
75 tetap  cateris  paribus. Pernyataan  tersebut  sesuai  dengan   hipotesis  sebelumnya
yang  menyatakan  bahwa  penambahan  pakan  berupa  ampas  tahu  sebanyak  satu satuan akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi berada antara
1  dan  0  0Ep1  menujukkan  bahwa  faktor  produksi berupa pemberian  ampas tahu berada pada daerah rasional.
Ampas  tahu  merupakan  jenis  pakan  tambahan  bagi  sapi  perah,  dimana dalam  pemberiannya  komposisinya  paling  sedikit  yaitu  50  persen  dari jumlah
pemberian  konsentrat  rasio  1:2  sebagai  contoh  satu  kilogram  ampas  tahu berbanding dua kilogram konsentrat. Sehingga penambahan ataupun pengurangan
pemberian  ampas  tahu  sebesar  satu  persen  tidak  akan  mengakibatkan  perubahan yang signifikan  terhadap produksi  susu. Ampas  tahu bisanya  berasal  dari limbah
pembuatan  tahu  yang  bahan  utamanya  berupa  kacang-kacangan  sehingga mempunyai kandungan protein yang cukup baik untuk sapi perah. Sapi pada masa
laktasi  membutuhkan asupan  protein  yang cukup  tinggi hal ini  bermanfaat untuk pemeliharaan jaringan  tubuh  dan  juga  untuk  memproduksi susu.  Dengan  adanya
penambahan pakan  berupa  ampas  tahu maka asupan  protein  pada  sapi juga akan terpenuhi.
Pemberian  ampas  tahu  yang dilakukan  oleh responden rata-rata  sebanyak 8,59 kgekorhari dan diberikan sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari
setelah pemerahan, pemberian ampas tahu biasanya dicampur dengan konsentrat. Responden  di  Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung,  Kabupaten  Bogor
biasanya  mendapatkan  pasokan  ampas  tahu  dari  para  produsen  tahu  disekitar Cisarua dan Ciawi dengan harga Rp 300 per kilogram.
5. Faktor Mineral X5
Mineral  merupakan  pakan  tambahan  yang  biasanya  diberikan  pada  sapi perah  yang  berguna  untuk  menjaga  elastisitas  tubuh.  Berdasarkan  nilai  P-value
faktor  produksi  mineral  mempunyai  nilai  sebesar  0,861.  Jika  taraf  nyata  sebesar 20  persen  maka  variabel mineral tidak  berpengaruh nyata  terhadap  produktivitas
susu sapi  perah.  Berdasarkan nilai  koefisien regresi variabel mineral  mempunyai nilai  positif  yaitu  sebesar  0,01716,  artinya  apabila  terjadi  penambahan  faktor
produksi berupa  mineral  sebesar  satu  persen  maka  akan  meningkatkan  produksi sapi perah sebanyak 0,01716 persen dengan menganggap faktor lain tetap cateris
76 paribus.  Pernyataan  tersebut  sesuai  dengan    hipotesis  sebelumnya  yang
menyatakan bahwa penambahan mineral sebanyak satu satuan akan meningkatkan produksi sapi  perah.  Elastisitas  produksi berada  antara  1  dan  0  0Ep1
menujukkan  bahwa  faktor  produksi pemberian  mineral berada  pada  daerah rasional.
Sapi  laktasi  membutuhkan  asupan  mineral  dalam  tubuhnya  yang bermanfaat  untuk  pembentukan  jaringan  tulang  dan  urat,  menggantikan  mineral
yang  habis  terpakai  atau  terbuang.  Mineral  biasanya  diberikan  pada  sapi  setelah melahirkan  hingga  beberapa  bulan  setelah  melahirkan,  hal  ini  juga  untuk
mencegah sapi terkena Milk fever. Menurut Girisonta 1995 menjelaskan bahwa kebutuhan  mineral  pada  sapi  laktasi  adalah  sebanyak  15  – 20  gram  setiap  100
kilogram  bobot  tubuhnya.  Namun,  pada  kenyataan  dilapangan  peternak  kurang memahami  sepenuhnya berapa  sebenarnya  kebutuhan  mineral  untuk  sapi  laktasi.
Berdasarkan  hasil  pengamatan  dilapangan  diketahui  bahwa  peternak  responden dalam  memberikan  mineral  tidak  sesuai  dengan  jumlah  yang  ditentukan,
pemberian mineral hanya secara perkiraan saja. Rata-rata pemberian mineral oleh responden adalah sebanyak 17,63 grekorhari dan diberikan satu kali sehari yaitu
pada pagi hari setelah pemerahan. Responden memperoleh mineral dari KUD Giri Tani dengan harga Rp 11.000 per kilogram.
6. Faktor Air X6
Air  merupakan  salah  satu  bahan  makanan  yang  diperlukan  sapi  dalam jumlah  besar  disamping  energi.  Maka  dari  itu  kebutuhan  akan  air  tidak  boleh
dilupakan,  sebab  70  persen  dari  tubuh  sapi  terdiri  dari  air.  Berdasarkan  nilai  P- value variabel air  mempunyai  nilai  sebesar  0,001. Jika  taraf  nyata  sebesar  20
persen maka variabel air mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah.  Sedangkan  berdasarkan  koefisien  regresi  variabel air  mempunyai  nilai
sebesar  0,7283.  Nilai  koefisien  regresi  tersebut  mengandung  arti  bahwa  apabila terjadi penambahan faktor produktivitas berupa pemberian air sebesar satu persen
maka  akan  meningkatkan  produksi sapi  perah  sebanyak  0,7283 persen  dengan menganggap faktor lain tetap cateris paribus. Pernyataan tersebut sesuai dengan
hipotesis  sebelumnya  yang  menyatakan  bahwa  penambahan  air  sebanyak  satu satuan akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi berada antara
77 1 dan 0 0Ep1 menujukkan bahwa faktor produksi pemberian air berada pada
daerah rasional. Didalam  tubuh  sapi,  air  berfungsi  sebagai  pengatur  suhu  dalam  tubuh,
membantu  proses  pencernaan,  metabolisme,  pelepas  kotoran  serta  sebagai pelumas pada persendian. Kebutuhan air bagi sapi tergantung pada berbagai faktor
seperti umur, ukuran tubuh, jenis makanan, iklim dan jumlah produksi. Sapi yang diberi pakan berupa konsentrat dengan kondisi tubuh besar dan memproduksi susu
dalam  jumlah  banyak  maka  membutuhkan  air  yang lebih  banyak.  Kebutuhan  air bagi  sapi  perah  dapat  diperoleh  dari  dalam  bentuk  air  minum  dan  air  yang
terkandung  dalam  makanan.  Bahan  makanan  kasar  berupa  hijauan  segar mengandung kadar air mencapai 85 persen begitu pula pada ampas tahu. Namun,
kebutuhan  air  bagi  sapi  perah  tidak  cukup  bila  hanya  berasal  dari  air  yang terkandung  dalam  makanan,  maka  dari  itu  perlu  diberikan  tambahan  air  dalam
jumlah  yang  cukup  setiap  hari.  Sapi  perah  memerlukan  2  – 2,5  kilogram  air minum  untuk  memproduksi air  susu  sebanyak  0,5  kilogram.  Karena  air  mutlak
dibutuhkan sapi  untuk  memproduksi susu  maka  dari  itu,  dengan  adanya peningkatan  atau  penurunan  dalam  pemberian  air  sebesar  satu  persen  pada  sapi
laktasi  akan  mengakibatkan  perubahan  yang  signifikan  terhadap  produksi  susu. Rata-rata pemberian air oleh responden 27,16 literekorhari dan air selalu dalam
keadaan tersedia ditempat minum ternak. Air yang diberikan merupakan air bersih yang berasal dari air sumur maupun mata air dari gunung.
7. Faktor Tenaga Kerja X7
Tenaga  kerja  merupakan  sekelompok  penduduk  yang  berada  dalam  usia kerja.  Berdasarkan  nilai  P-value variabel tenaga  kerja  mempunyai  nilai  sebesar
0,068. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel ini mempunyai pengaruh nyata  terhadap  produksi susu  sapi  perah. Sedangkan  berdasarkan  nilai  koefisien
regresi variabel tenaga kerja mempunyai nilai negatif yaitu sebesar -0,4889. Nilai koefisien  regresi  ini  mengandung  arti  bahwa  setiap  penambahan  tenaga  kerja
sebesar satu persen maka produksi susu sapi akan menurun sebesar -0,4889 persen dengan menganggap faktor  lain tetap cateris paribus. Pernyataan tersebut tidak
sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi yang lebih kecil
78 dari  pada  0  Ep0  menunjukan  bahwa  penggunaan  tenaga  kerja  berada  pada
daerah irrasional. Tenaga  kerja  merupakan  faktor  penting  dalam  produksi karena  berkaitan
dengan  tatalaksana  pemeliharaan  dan  penanganan  ternak.  Pada  umumnya responden menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dalam melakukan kegiatan
pemeliharaan rutin seperti membersihkan kandang, memberi makan, memandikan ternak, mencari rumput dan memerah susu. Namun, terdapat beberapa responden
yang  memperkerjakan  tenaga  kerja  diluar  keluarga  apabila  jumlah  ternak  yang dipelihara  jumlahnya  besar.  Tenaga  kerja  sangat  berpengaruh  terhadap  produksi
susu  karena  berkaitan  dengan  proses  pemerahan.  Pada  proses  pemerahan  sapi memerlukan  penanganan  khusus  misalanya  pekerja  yang  melakukan  pemerahan
tidak boleh diganti-ganti karena akan memberi dampak negatif pada ternak seperti sapi mudah stress dan berujung pada menurunnya produksi susu.
Dalam  usahaternak  sapi  perah  dikatakan  efektif  jika  satu  hari  kerja  pria dapat  menangani  tujuh  sapi  dewasa  Sudono,1999.  Apabila  dilakukan
penambahan jumlah tenaga  kerja  untuk  budidaya  sapi  perah,  maka  jumlah produksi susu  akan  menurun  karena  tenaga  kerja  yang  dibutuhkan  untuk
menangani  satu  ekor  sapi  laktasi  hanya  satu  orang,  apabila ditambahkan  tenaga kerja  yang  baru  menjadi  dua  orang atau  lebih untuk  menangani  satu  ekor  sapi
laktasi  jelas  akan  menurunkan  produktivitas  ternak karena  melebihi  standar penggunaan  tenaga  kerja. Rata-rata  penggunaan  tenaga  kerja  oleh  responden
adalah sebesar 24,09 HKP pada bulan Januari tahun 2012.
79
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH
Pendapatan  yang  diperoleh  peternak  responden  merupaka  suatu  kriteria dalam  menentukan  tingkat  keuntungan  serta  keberhasilan  peternak  dalam
menjalankan  usahanya. Pendapatan  merupakan  selisih antara  penerimaan dengan biaya  yang  dikeluarkan  oleh  peternak.  Pendapatan  usahaternak  sapi  perah  ini
dibedakan  menjadi  dua,  yaitu  pendapatan  atas  biaya  tunai  dan  pendapatan  atas biaya  total.  Dalam menghitung  pendapatan  usahaternak maka  terlebih  dahulu
perlu dilakukan perhitungan mengenai penerimaan dan biaya usahaternak.
7.1 Analisis Penerimaan Usahatani
Penerimaan  usahatani  merupakan  nilai  produksi yang  diperoleh  dalam jangka  waktu  tertentu.  Penerimaan  usahatani  merupakan  hasil  perkalian  antara
jumlah  produksi total  susu  segar dengan  harga  jual  dari  hasil  produksi tersebut. Sumber penerimaan  peternak terdiri  dari  penerimaan  tunai dan  penerimaan tidak
tunai.  Penerimaan  tunai  berasal  dari  penjualan  susu  ke  KUD  dan  keluar  KUD, serta  penjualan  pupuk  kandang.  Penerimaan  tidak  tunai  berasal  dari  susu  yang
diberikan  ke  pedet.  Penelitian  ini  hanya  membahas  mengenai  penerimaan usahatani  pada  sapi  laktasi  atau  sapi  produksi  saja.  Rata-rata  produksi susu
peternak  responden  48,00 persen  dijual  ke  koperasi, 28,68  persen dijual  keluar koperasi  dan  23,32  persen  digunakan  untuk  susu  pakan  pedet yang  dipelihara
peternak. Produksi  susu  merupakan  faktor  penting  sebagai  penentu  besaranya
penerimaan  peternak,  penerimaan  setiap  peternak  berbeda  dikarenakan  kuantitas dan  kualitas  susu  yang  dihasilkan  juga  berbeda-beda.  Range harga  susu yang
diberikan  PT  Cimory  kepada  peternak  berkisar  antara  Rp  3200  hingga  Rp  3700 per  liter  nya.  Pada  dasarnya  harga  yang  ditetapkan  oleh  PT  Cimory  tergantung
pada  vet yang  dihasilkan  susu  tersebut,  dimana  semakin  tinggi  nilai  vet  yang terdapat  pada  susu  maka  harga  yang  diberikan  untuk  per  liternya  juga  akan
semakin  rendah,  hal  tersebut  disebabkan  karena  apabila  jumlah  vet tinggi menunjukkan semakin tinggi perkembangan bakteri yang terdapat pada susu. Saat
ini  harga  yang  diberikan  PT  Cimory  merupakan  harga  yang  tertinggi  yang
80 diterima  oleh  peternak hal  ini  apabila dibandingan dengan  penjualan  susu keluar
PT Cimory  tentunya  diimbangi  dengan  kualitas  susu  yang baik.  Agar lebih  jelas mengenai sumber penerimaan peternak responden di Desa Cipayung, Kecamatan
Megamendung,  Kabupaten  Bogor,  Kecamatan  Megamendung  dapat  dilihat  pada Tabel 20.
Tabel  20.  Rata-Rata  Penerimaan  Usahaternak  Sapi  Perah  Per  Ekor Laktasi  di
Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Bulan Januari Tahun 2012
No Jenis Penerimaan
Jumlah Harga Rp
Total Rp 1
Penjualan Susu Ke KUD liter 272,71
3.500,00 954.489,04
2 Penjualan Susu Keluar KUD liter
7,24 4.500,00
32.598,70 3
Susu untuk Minum Pedet liter 55,24
3.500,00 193.332,11
Total Penerimaan 1.180.419,85
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa rata-rata penerimaan total peternak responden  adalah  sebesar  Rp  1.180.419,85,  nilai  tersebut  tidak  terlepas  dari
bervariasinya jumlah liter susu yang dihasilkan oleh setiap peternak terutama yang berasal dari peternak dengan jumlah populasi sapi yang cukup besar. Tingkat rata-
rata  penerimaan  peternak  ini  belum  mencerminkan  pendapatan  peternak  hal  ini karena  belum  dikurangi  dengan  tingkat  pengeluaran  peternak.  Harga  yang
diberikan  PT  Cimory  kepada  peternak  adalah  sebesar  Rp  3.500,- per  liternya, sedangkan susu yang djual keluar koperasi sebesar Rp 4.500,- per liternya hal ini
karena susu  dijual  secara  eceran  kekonsumen  yang  memang  sudah  menjadi pelanggan  para  peternak  di  sekitar  wilayah  Desa  Cipayung,  Kecamatan
Megamendung, Kabupaten Bogor.
7.2 Analisis Struktur Biaya Usahatani