Model Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA
22
Gambar 2.1 Model Deming
Pada titik monitoring dan review dapat disimpulkan hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan baik kegiatan itu berhasil maupun tidak sesuai
dengan yang direncanakan.Apabila terjadi deviasi atau ketidaksamaan dalam hasil, maka perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja
agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.Namun jika tidak memungkinkan alternatifnya adalah menyusun kembali rencana tersebut
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai sebelumnya.Kegitan ini terus menerus terjadi berulang-ulang.
b. Model Torrington dan Hall
Model yang
diciptakan oleh
Torrington dan
Hall ini
menggambarkan dengan cara membuat rumusan masalah terlebih dahulu terhadap harapan dari kinerja yang ingin dihasilkan. Lalu, menentukan
dukungan yang cocok untuk diberikan terhadap kinerja dalam mencapai tujuan.
Review Tindakan
Rencana
Monitor
Rencana
Tindakan Review
Monitoring
23
Sedangkan pelakasanaan kinerja berlangsung dilakukan peninjauan kembali dan penilaian terhadap kinerja.Selanjutnya dilakukan pengelolaan
terhadap standar kinerja.Menjaga standar kinerja menjadi hal yang sangat diperlukan demi mempermudah dalam mencapai tujuan.Proses manajemen
kinerja Torrington dan Hall dapat disajikan pada gambar di bawah ini. Gambar 2.2
Model Torrington dan Hall
c. Model Costello
Proses manajemen kinerja dikemukakan oleh Costello dalam bentuk siklus seperti yag di bawah ini. Alur siklus dimulai dengan
mempersiapkan perencanaan sampai dapat dibuat suatu rencana dalam bentuk rencana kinerja dan pengembangannya.Diberikan coacing untuk
meningkatkan sumber daya manusia dan dilakukan pengukuran kemajuan kinerja.Selalu dilakukan peninjauan kembali terhadap kemajuan pekerjaan
dan apabila diperlukan dilakukan perubahan rencana.
Menentukan harapan kinerja
Mengelola standar
kinerja
Mereview dan menilai kinerja Mendukung
kinerja
24
Coaching dan review dilakukan secara berkala dan pada akhir tahun dilakukan penilaian kinerja tahunan dan dipergunakan untuk
meninjau kembali pengembangan.Akhirnya, hasil penilaian tersebut dipergunakan untuk mempertimbangkan penggajian dan menjadi umpan
balik untuk rencana tahun berikutnya. Gambar 2.3
Model Costello
d. Model Armstrong Dan Baron
Dalam model ini Armstrong dan Baron mengemukakan siklus manajemen kinerja sebagai sekuen atau urutan. Proses manajemen kinerja
dilakukan dengan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara berurutan agar hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Preplanning
Performance and Development Plan
Merit Raise or Salary Detemination
Interim Coaching
Annual Performance Appraisal and Development Review
Prosess Review Prosess Review
Interim Coaching
Interim Coaching Prosess Review
25
Sekuen atau urutan kegiatan manajemen kinerja tersebut oleh Armstrong dan Baron disajikan dalam bentuk gambar dan dengan
penjelasan di bawah ini. Gambar 2.4
Model Armstrong dan Baron
e. Model Ken Blanchard dan Garry Ridge
Model manajemen kinerja yang dikemukakan Ken Blanchard dan Garry Ridge cukup sederhana, dan mereka menyebutnya sebagai sistem.
Menurut mereka, sistem manajemen kinerja yang efektif terdiri dari 3
Corporate Mission and strategic goal
Performance and Development Agreement
Perfomance and Development Plans
Consius-Monitoring and Feedback
Business and Departemental Plans dan goal
Action-Work and Development
Formal Review-Feedback and joint Assesment
Competence Requirement
Compelence Evidende
Performance standaard
Performance Measurement
Rating
Finacial Reward
26
bagian, yaitu Performance Planning Perencanaan kinerja, Day to day Coaching Coacing setiap hari atau Execution Pelaksanaan, dan
Performance Evaluation Evaluasi Kinerja atau Review and Learning Peninjauan ulang dan pembelajaran.
Dalam Performance planning ditetapkan tujuan, sasaran, dan standar kinerja. Pada tahap execution, manajer mengamati dan memonitor
kinerja setiap karyawan, memuji kemajuan dan mengerahkan ulang ketika diperlukan.Sedangkan pada performance evaluation, seorang manajer
duduk bersama anggotanya di akhir periode waktu dan meninjau ulang kinerja mereka.
Menurut mereka, di antara ketiga aspek tersebut pada kenyataannya yang paling banyak menghabiskan waktu manajer adalah
Performance evaluation.Hal tersebut terjadi karena manajer harus melakukan penilaian kinerja tahuanan dari masing-masing orang.Dia harus
mengisi evaluasi untuk masing-masing orang dan menemui mereka satu per satu untuk mempertimbangkan evaluasi manajer.
Sedangkan yang paling sedikit menyita waktu dalam banyak organisasi adalah day-to-day coaching atau execution. Padahal focus
kegitan manajer seharusnya diletakkan di sini, karena manajer harus memberikan arah yang tepat dan dukungan untuk mendapatkan hasil
kinerja yang terbaik dari bawahanya.
27