III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pesisir utara DKI Jakarta, tepatnya di lokasi-lokasi yang menjadi sentra produk olahan hasil perikanan, yaitu Muara
Baru, Kamal Muara, dan Kali Baru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 lima bulan dimulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan Juli 2011.
3.2 Jenis Data Yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan di
lapangan berkaitan dengan aktivitas produksi dan pemasaran produk olahan hasil perikanan terutama untuk produk ikan asin dan pindang. Data sekunder
adalah data yang sudah tersedia yang mendukung kelengkapan data penelitian.
Data yang dikumpulkan baik dari jenis data primer maupuan data sekunder meliputi :
1. Data kondisi internal dan eksternal pengelolaan pemasaran produk olahan
ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Data ini meliputi jenis produk asin dan pindang yang dipasarkan, kualitas produk, harga jual, tujuan pasar,
sarana pendukung pemasaran, infrastruktur pemasaran, perijinan pemasaran, pesaing, kontinyuitas permintaan, kondisi sosial ekonomi
konsumen sasaran, dan lainnya. 2.
Data finansial pengelolaan usaha pengolahan hasil perikanan ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Data finansial ini meliputi data investasi,
biaya produksi, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, penerimaan usaha, biaya penyusutan, pajakretribusi, dan lainnya terkait pengelolaan usaha.
3. Data terkait dengan kebijakan pengembangan produk olahan berbasis
perikanan, seperti undang-undang perikanan, peraturan perikanan, kebijakan daerah tentang usaha perikanan, peraturan pengelolaan
lingkungan, pengembangan alat produksi dan pemasaran, peraturan retribusi perikanan, dan lainnya.
21
3.3 Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung
dengan menggunakan
kuesioner terhadap
perwakilan stakeholders seperti pengusaha perikanan, pengolah ikan, pengelola sarana
perikanan pelabuhan, perum perikanan, pedagang besar, pedagang eceran, pengusaha produk non perikanan, dan masyarakat konsumen.
Pengamatan dilakukan dengan cara mengunjungi dan mengamati secara langsung kondisi lokasi pengolahan hasil perikanan terutama ikan
asin dan pindang, pemasaran hasil perikanan dan produk lainnya, serta tempat tinggal pelaku usaha sasaran. Jumlah responden yang diwawancara
untuk pengambilan data kondisi dan prospek pengelolaan pemasaran produk olahan dan data terkait kelayakan finansial ditetapkan sekitar 5 -
10 dari jumlah populasi Gaspersz dan Irianti dalam Bungin, 2004. Sedangkan populasinya adalah total jumlah usaha pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan yang terdapat di lokasi penelitian. Sedangkan jumlah responden untuk perumusan strategi pengembangan produk olahan
hasil perikanan berkisar antara 20 – 25 orang berasal dari perwakilan
semua stakeholders terkait. Jumlah ini sesuai persyaratan sampel untuk analisis AHP menggunakan Expert Choice 9.5.
2. Teknik Pengambilan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka, konsultasi pakar, dan kombinasi keduanya. Studi pustaka
digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang berasal dari literatur, hasil penelitian, laporan kegiatan di lokasi tersebut maupun lokasi lain
dengan permasalahan yang relevan. Pendapat pakar digunakan untuk mengkonfirmasi data yang kurang jelas dari hasil penelitian atau literatur.
Pakar dapat berasal dari birokrat, pengamat, maupun akademisi yang berkompeten dengan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
22
3.4 Metode Analisis Data
1. Analisis Kondisi dan Prospek Pemasaran
Analisis kondisi dan prospek pemasaran produk olahan hasil perikanan ini dilakukan menggunakan metode analisis SWOT. Analisis
SWOT sangat membantu untuk memetakan kondisi, potensi dan arah pengembangan usaha usaha ikan asin dan pindang ke depan termasuk
dari aspek pemasarannya. Pemetaan ini akan dilakukan dari segi internal maupun eksternal, sehingga kondisi dan prospek pengembangan usaha
perikanan ke depan dapat diketahui secara akurat dan menyeluruh. Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah mengetahui kondisi saat ini dan arahprospek
pengembangan usaha perikanan produk olahan ke depan terutama dilihat dari aspek pemasarannya.
Dalam analisis ini menggali informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan pemasaran produk olahan hasil perikanan, sehingga ditemukan berbagai kesimpulan dalam suatu matriks mengenai kekuatan strength
atau S, kelemahan weaknesses atau W, peluang opportunity atau O dan ancaman threat atau T tersebut. Untuk mendapatkan deskripsi detail
kondisi kini, maka data dan informasi terkait diformat dalam suatu matriks mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengelolaan
pemasaran produk olahan hasil perikanan. Proses analisis selanjutnya kemudian dilakukan dengan tahapan
Rangkuti, 2004 : a.
Menentukan faktor-faktor strategis internal, memuat tentang kekuatan dan kelemahan lengkap dengan hasil analisis bobot, rating dan skornya
matriks IFE atau Internal Factor Evaluation. b.
Menentukan faktor-faktor strategis eksternal, memuat tentang peluang dan ancaman lengkap dengan hasil analisis bobot, rating dan skornya
matriks EFE atau External Factor Evaluation. c.
Mengembangkan matriks internal-eksternal IE untuk mengetahui posisi dan prospek pemasaran produk olahan hasil perikanan ke depan.
23
d. Mengembangkan matriks SWOT untuk merumuskan solusi pengelolaan
prospek pemasaran produk olahan yang telah diidentifikasi. Rumusan ini menjadi masukan dalam analisis strategi pengembangan produk
olahan menggunakan Analytical Hierarchy Process AHP di bagian berikutnya.
Secara ilustratif, matriks IFE dan EFE disajikan pada Tabel 1, dan matriks analisis SWOT disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1 Matriks IFE dan EFE kondisi pengelolaan pemasaran produk olahan hasil
perikanan No Faktor-Faktor Strategis
Bobot B
Rating R
Skor BxR
Kode I
Internal C. Kekuatan
1. 2.
3 Dst
D. Kelemahan
1. 2
3 Dst
Total IFE II
Eksternal A. Peluang
1. 2.
3. Dst
B. Ancaman
1. 2.
3. Dst
Total EFE
Bobot menunjukkan tingkat kepentingan usaha pengolahan dan pemasaran terhadap suatu komponenfaktor pemasaran dengan nilai
berkisar 0 - 1, dimana 0 menunjukkan tidak penting dan 1 menunjukkan
24
sangat penting. Rating menunjukkan tingkat pengaruh yang secara riil dapat diberikan oleh faktor pemasaran tersebut terhadap usaha pengolahan
dan pemasaran hasil perikanan dengan nilai berkisar 1 – 4, dimana 1, 2, 3,
dan 4 berturut-turut rendah, biasa, tinggi, dan sangat tinggi. Nilai rating untuk faktor kelemahan dan ancaman diberi secara terbalik, yaitu bila
pengaruh rendah diberi nilai 4 dan pengaruh sangat tinggi diberi nilai 1 Rangkuti, 2009. Sedangkan skor menyatakan tingkatskor pengaruh
positif spp sesuai kepentingan usaha pengolahan dan pemasaran terhadap suatu komponenfaktor pemasaran yang dimaksud.
Pengembangan matriks internal-eksternal IE dilakukan untuk mengetahui ploting kondisiposisi pemasaran produk olahan hasil
perikanan saat ini serta prospek pengembangann ke depan yang dibagi dalam sembilan kuadran kondisi pengelolaan yang digunakan dalam
analisis SWOT. Kuadran tersebut adalah kuadran I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan IX yang berturut-turut menyatakan I pengelolaan dalam
pertumbuhan dengan konsentrasi pada integrasi vertikal, II pertumbuhan dengan konsentrasi pada integrasi horizontal, III pengelolaan dalam
kondisi penciutan atau turnaround, IV pengelolaan dalam kondisi stabilitas, V pengelolaan dalam kondisi pertumbuhan dengan konsentrasi
pada integrasi horizontal atau stabilitas, VI pengelolaan dalam kondisi divestasi atau pengurangan, VII pengelolaan dalam kondisi pertumbuhan
melalui diversifikasi konsentrik, VIII pengelolaan dalam kondisi pertumbuhan melalui konsentrasi konglomerasi, dan IX pengelolaan
dalam kondisi likuidasi. Setiap kuadran punya kisaran nilai faktor internal dan faktor eksternal tertentu.
25
Tabel 2 Matriks analisis SWOT
Peluang Opporunities Ancaman Threats
Kekuatan Strenghtenings
SO 1 SO 2
SO 3
... SO n
ST 1 ST 2
ST 3
... ST n
Kelemahan Weaknesses
WO 1 WO 2
WO 3
... WO n
WT 1 WT 2
WT 3
... WT n
Matriks SWOT mengakomodir semua analisis sebelumnya menjadi rumusan solusi pengelolaan prospek pemasaran produk olahan ke depan.
Rumusan hasil analisis SWOT ini menjadi masukan dalam analisis AHP di bagian berikutnya.
2. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jenis usaha pengolahan dan pemasaran ikan asin dan pindang yang secara ekonomi dinyatakan layak
dikembangkan di DKI Jakarta. Usaha tersebut dapat memproduksi berbagai jenis ikan asin dan pindang, dan dari ini akan ditentukan jenis
yang layak dan tidak layak dikembangkan lanjut. Analisis ini dapat memberi arahan tentang usaha pengolahan ikan asin dan pindang yang
dapat dipilih sehingga usaha tersebut dapat terus bertahan dan pelakunya mendapat manfaat dari usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan
tersebut. Secara prinsip, analisis ini dilakukan dengan membandingkan semua penerimaan dari suatu investasi untuk pengolahan dan pemasaran
hasil perikanan dengan semua pengeluaran yang harus dikeluarkan selama proses investasi tersebut. Supaya dapat diperbandingkan satu sama lain,
maka penerimaan dan pengeluaran tersebut dinyatakan dalam bentuk uang dan harus dihitung selama periode operasi yang sama Garrod dan Willis,
1999. Parameter yang digunakan dalam analisis kelayakan usaha perikanan
ini mengacu kepada Hanley dan Spash 1993 tentang analisis biaya-
26
manfaat cost-benefit analysis. Adapun parameter tersebut adalah yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Return of