70
pembangunan ekonomi, yang pada bidang perikanan terlihat pada berkembangnya dengan pesat beberapa kawasan pesisir.
2. Hasil Uji Sensitivitas Strategi Pengembangan Terpilih
Hasil analisis sebelumnya menunjukkan strategi diversifikasi terpilih sebagai strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dari
jenis ikan asin dan pindang yang paling tepat di DKI Jakarta. Untuk lebih jauh mengetahui keunggulan strategi diversifikasi dalam pengembangan
produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas. Hasil analisis
sensitivitas juga memberi petunjuk tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan, terutama terkait kriteria pengembangan yang ada,
sehingga strategi diversifikasi tersebut tetap bertahan sebagai strategi terbaik untuk pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan
asin dan pindang di DKI Jakarta. Tabel 12 menyajikan hasil analisis sensitivitas strategi diversifikasi strategi terpilih.
Tabel 12 Hasil analisis sensitivitas strategi diversifikasi No.
Kriteria Pengembangan Rasio
Kepentingan RK Awal
Sensitivitas Range RK
Stabil Range RK
Sensitif 1
Pertumbuhan growth 0,288
– 1 Tidak Ada
2 Kesinambungan
sustainable 0,207
– 1 Tidak Ada
3 Peningkatan daya saing
produk 0,330
– 1 Tidak Ada
4 Peningkatan profit
0,175 – 1
Tidak Ada Sumber : AHP
Berdasarkan Tabel 12 tersebut, intervensi kepentingan ditunjukkan oleh tuntutan pemenuhan terhadap berbagai kriteria pengembangan yang
ada. Hal ini cukup wajar karena kriteria-kritera tersebut merupakan penentu atau ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan pengembangan
produk olahan hasil perikanan termasuk dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Pada Tabel 4.4, strategi diversifikasi stabil terhadap
intervensi atau dinamika perubahan yang terjadi terkait kriteria
71
pertumbuhan growth, kesinambungan sustainable, peningkatan daya saing produk dan peningkatan profit. Hal ini ditunjukkan oleh rasio
kepentingan RK stabil strategi diversifikasi ini yang berada pada range –1, yang berarti juga tidak ada RK sensitif untuk strategi diversifikasi ini.
Terkait dengan ini, maka pada kondisi terburuk, strategi diversifikasi tetap menjadi strategi terbaik untuk pengembangan produk olahan hasil
perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Kondisi terburuk yang dimaksudnya, misalnya tingkat pertumbuhan growth usaha
pengolahan 0 nol, kesinambungan bahan baku ikan segar terancam, produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang tidak dapat
bersaing di pasar, dan sebagainya. Oleh karena sifatnya yang stabil terhadap perubahanintervensi
apapun yang terjadi dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta ini, maka strategi
diversifikasi ini dapat menjadi pilihan dalam mengembangkan usaha pengolahan dan pemasaran produk olahan dari jenis ikan asin dan pindang.
Usaha ikan japuh asin, ikan pari asin, ikan jambal asin, ikan selar pindang, ikan tongkol pindang dan ikan etem pindang yang telah dinyatakan layak
secara finansial di DKI Jakarta, dapat mengembangkan produknya dengan memberi perhatian utama pada diversifikasi produk olahan yang
dihasilkan, baik terkait dengan variasi rasa dan ukuran produk, variasi kemasan, maupun variasi cara penyajian produk mulai dari konsumen
pertama pedagang perantara hingga ke konsumen terakhir masyarakat umum. Menurut Chaffee 1985, strategi pengembangan harus diarahkan
pada pencapaian maksimal berbagai kebutuhan pelanggan, baik yang disampaikan secara eksplisit maupun secara implisit. Kemampuan
membaca apa yang diinginkan pasar pelanggan, akan menjamin keberlanjutan produk olahan hasil perikanan jenis ikan asin dan pindang di
pasaran.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan jenis ikan asin dan
pindang saat ini di DKI Jakarta berada dalam kondisi pertumbuhan yang stabil kuadran V pada matriks IE-SWOT. Total skor faktor internal
pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang 2,58, dan total skor faktor eksternalnya sekitar 2,54 masuk
kisaran 2 – 3, menengah, sehingga prospek pengembangannya ke depan
termasuk kategori “cukup baik”. 2.
Usaha ikan japuh asin, ikan pari asin, dan ikan jambal asin, ikan selar pindang, ikan tongkol pindang dan ikan etem pindang termasuk layak
dikembangkan lanjut di sentra perikanan DKI Jakarta, karena mempunyai nilai NPV 0, IRR 14 suku bunga kurs, ROI 1, dan BC ratio 1.
Sedangkan usaha ikan teri dan ikan layang pindang tidak layak dikembangkan lanjut karena mempunyai nilai IRR dan BC ratio yang
lebih rendah dari standar yang dipersyaratkan. Nilai IRR usaha ikan teri dan ikan layang pindang di sentra perikanan DKI Jakarta masing-masing
4,22 dan 9,13 , dan nilai BC ratio-nya masing-masing 1,00. 3.
Strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta berturut-turut berdasarkan prioritasnya strategi
diversifikasi RK = 0,267, strategi ekspansi RK = 0,220, strategi kombinasi RK = 0,191, strategi stabilitas RK = 0,174 dan strategi
penciutan RK = 0,146. Urutan prioritas tersebut mempunyai inconsistency 0,06 sehingga dapat dipercaya. Sebagai strategi prioritas,
strategi diversifikasi stabil terhadap berbagai perubahanintervensi positif maupun negatif terkait pertumbuhan, kesinambungan, daya saing dan
profit produk olahan hasil perikanan jenis ikan asin dan pindang.
5.2 Saran
1. Pengembangan pemasaran produk olahan hasil perikanan jenis ikan asin
dan pindang ke depan dapat diarahkan ke kuadran I, dimana terjadi