60
kriteria pertumbuhan growth ini lebih penting dua kali daripada kriteria kesinambungan sustainable. Pertumbuhan merupakan syarat utama
adanya kegiatan ekonomi yang dipelihara kesinambungannya spaya terus bermanfaat.
Kriteria kesinambungan
sustainable merupakan
kriteria pengembangan yang berkepentingan urutan ketiga terkait pengembangan
produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarat, yaitu dengan rasio kepentingan 0,207 pada inconsistency
terpercaya 0,07. Hasil uji banding berpasangan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa kriteria kesinambungan sustainable kalah penting
daripada kriteria peningkatan daya saing produk dan pertumbuhan growth, sedangkan dengan kriteria peningkatan profit lebih penting dua
kali. Kriteria peningkatan profit merupakan kriteria pengembangan yang berkepentingan urutan keempat terakhir terkait pengembangan produk
olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta, yaitu dengan rasio kepentingan 0,175 pada inconsistency terpercaya 0,07.
3. Faktor Pembatas Limit Factors Pengembangan Produk Olahan Hasil
Perikanan
Selain kriteria pengembangan yang cenderung berupa harapan ke depan, pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin
dan pindang di DKI Jakarta juga dihadapkan pada berbagai keterbatasan yang ada. Menurut Saaty 1993 dan Dahuri 2001, strategi
pengembangan yang baik adalah strategi pengembangan yang dapat mengakomadir
secara maksimal
kriteria pengembangan
dengan memperhatikan berbagai faktor pembatas limit factors yang ada di sentra
perikanan. Hal ini penting untuk menjamin kelangsungan usaha produk olahan dan nilai manfaat yang dapat diterima oleh pelaku perikanan.
Hasil analisis setiap faktor pembatas limit factors yang ada terkait kriteria pertumbuhan growth dalam pengembangan produk olahan hasil
perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta disajikan pada Gambar 5.
61
Gambar 5 Hasil analisis kepentingan faktor pembatas terkait kriteria
pertumbuhan growth dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang
Dalam upaya mencari strategi yang tepat untuk pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang, maka faktor
pembatas yang terdiri dari ketersediaan sumberdaya ikan SDI, kualitas sumberdaya manusia SDM, kekuatan modal, dan teknologi pengolahan
yang digunakan perlu dipertimbangkan, karena faktor pembatas tersebut akan menentukan tingkat upaya yang bisa dilakukan. Dalam kaitan
dengan kriteria pertumbuhan growth, maka ketersediaan sumberdaya ikan SDI menjadi faktor pembatas paling penting RK = 0,366 pada
inconsistency terpercaya 0,02 untuk diperhatikan dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang DKI
Jakarta. Dari lima strategi pengembangan yang ditawarkan, tentu ada yang lebih sesuai dan dapat mengakomodir lebih baik kriteria pertumbuhan
growth ini dan faktor pembatasnya yang dominan ketersediaan sumberdaya ikan tersebut.
Kualitas sumberdaya manusia merupakan faktor pembatas yang penting kedua terkait kriteria pertumbuhan growth dalam pengembangan
produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Pada Gambar 5, faktor pembatas ini mempunyai rasio
kepentingan RK 0,278 pada inconsistency terpercaya 0,02 terkait kriteria
62
pertumbuhan growth. Teknologi pengolahan merupakan faktor pembatas paling rendah kepentingannya terkait kriteria pertumbuhan growth, yaitu
dengan rasio kepentingan RK 0,124 pada inconsistency terpercaya 0,02. Dalam pemenuhan kriteria kesinambungan sustainable, ketersediaan
sumberdaya ikan SDI juga menjadi faktor pembatas paling penting dan perlu menjadi perhatian bila suatu strategi pengembangan produk olahan
hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang diterapkan di DKI Jakarta. Hasil analisis pada Gambar 6 menunjukkan hal ini, dimana pembatas
ketersediaan sumberdaya ikan SDI mempunyai rasio kepentingan 0,110 pada inconsistency terpercaya 0,02.
Gambar 6 Hasil analisis kepentingan faktor pembatas terkait kriteria kesinambungan sustainable dalam pengembangan produk olahan
hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang
Kekuatan modal menjadi faktor pembatas yang berkepentingan kedua terkait kriteria kesinambungan sustainable ini, bila suatu strategi
pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang diimplementasikan di DKI Jakarta, yaitu dengan rasio
kepentingan 0,302 pada inconsistency terpercaya 0,02. Menurut Hendriwan, et. al 2008 dan Murdiyanto 2004, kekuatan modal ini
sangat menentukan skala usaha produk olahan yang bisa dilakukan, kelancaran pembayaran, perputaran usaha, dan menjadi penjamin
kelangsungan usaha produk olahan di masa datang. Bila modal mandiri
63
tidak tersedia dengan baik, sementara kredit perbankan sulit didapat, maka usaha produk olahan tidak bertahan lama. Hal ini perlu menjadi perhatian
penting dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang. Strategi pengembangan produk olahan yang baik
tentu dapat memecahkan berbagai keterbatasan tersebut. Kualitas SDM dan teknologi pengolahan menjadi faktor pembatas
ketiga dan keempat terakhir yang berkepentingan terkait kriteria kesinambungan sustainable dalam pengembangan produk olahan hasil
perikanan dari jenis ikan asin dan pindang. Kualitas SDM mempunyai rasio kepentingan 0,230 pada inconsistency terpercaya 0,02, sedangkan
teknologi pengolahan mempunyai rasio kepentingan 0,110 pada inconsistency terpercaya 0,02. Gambar 7 menyajikan hasil analisis
kepentingan faktor pembatas pengembangan terkait kriteria peningkatan daya saing dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis
ikan asin dan pindang di DKI Jakarta.
Gambar 7 Hasil analisis kepentingan faktor pembatas terkait kriteria peningkatan daya saing dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari
jenis ikan asin dan pindang Berdasarkan Gambar 7, dalam pemenuhan kriteria peningkatan daya
saing, kekuatan modal menjadi faktor pembatas paling penting dan perlu menjadi perhatian bila suatu strategi pengembangan produk olahan hasil
perikanan dari jenis ikan asin dan pindang ingin diterapkan di DKI Jakarta. Faktor pembatas ini mempunyai rasio kepentingan 0,377 pada
64
inconsistency terpercaya 0,04. Ketersediaan SDI menjadi faktor pembatas urutan kedua paling penting dan perlu diperhatikan terkait kriteria
peningkatan daya saing dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Faktor
pembatas ini mempunyai rasio kepentingan 0,273 pada inconsistency terpercaya 0,04. Teknologi pengolahan menjadi faktor pembatas paling
rendah kepentingannya terkait kriteria peningkatan daya saing, dengan rasio kepentingan 0,126 pada inconsistency terpercaya 0,04.
Dalam pemenuhan kriteria peningkatan profit, teknologi pengolahan tersebut menjadi faktor pembatas paling penting dan perlu menjadi
perhatian bila suatu strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang ingin diterapkan di DKI Jakarta. Gambar
8 menyajikan hasil analisis kepentingan faktor pembatas pengembangan terkait kriteria peningkatan profit dalam pengembangan produk olahan
hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta.
Gambar 8 Hasil analisis kepentingan faktor pembatas terkait kriteria peningkatan profit dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis
ikan asin dan pindang di DKI Jakarta Berdasarkan Gambar 8, teknologi pengolahan menjadi faktor
pembatas berkepentingan pertama yang terkait dengan kriteria peningkatan profit. bila suatu strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan
dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta, yaitu dengan rasio kepentingan 0,334 pada inconsistency terpercaya 0,09. Menurut
65
Kusumastanto 2007, teknologi pengolahan terutama dalam penyortiran, pemotongan, dan pemasakan sangat mempengaruhi produktivitas proses
dan menentukan jumlah produk reject. Strategi pengembangan yang baik tentu dapat mengakomodir tuntutan profit yang layak, melalui peningkatan
kinerja usaha dan pengembangan teknologi pengolahan yang lebih tepat. Tingkat kepentingan faktor pembatas tersebut menjadi pertimbangan
penting dalam pemilihan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang yang tepat di sentra-sentra
perikanan DKI Jakarta. Kekuatan modal menjadi menjadi faktor pembatas urutan kedua yang
berkepentingan terkait kriteria peningkatan profit dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI
Jakarta. Kekuatan modal ini mempunyai rasio kepentingan .0,245 pada inconsistency terpercaya 0,09. Ketersediaan SDI menjadi faktor pembatas
berkepentingan ketiga terkait kriteria peningkatan profit dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan
pindang di DKI Jakarta RK = 0,254 pada inconsistency terpercaya 0,09. Hal tersebut terjadi karena ketersediaan SDI mempengaruhi supply
bahan baku, yang bila tidak lancar maka produksi terganggu dan produk olahan yang dihasilkan juga tidak banyak, sehingga menurunkan
keuntungan profit yang didapat pelaku perikanan. Ketersediaan SDM merupakan
merupakan faktor
pembatas yang
paling rendah
kepentingannya terkait kriteria peningkatan profit bila suatu strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan
pindang ingin diimplementasikan di DKI Jakarta. Faktor pembatas ini mempunyai rasio kepentingan 0,167 pada inconsistency terpercaya 0,09.
66
4.5 Pemilihan Strategi Pengembangan Produk Olahan Hasil Perikanan