47
1. Kelayakan Usaha Ikan Asin dan Pindang Berdasarkan Net Present
Value NPV
Dalam analisis kelayakan menggunakan parameter NPV ini, usaha ikan teri, ikan japuh asin, ikan pari asin, dan ikan jambal asin, ikan selar
pindang, ikan tongkol pindang, ikan layang pindang dan ikan etem pindang akan dikaji selisih antara nilai sekarang present dari penerimaan
masing-masing dengan nilai sekarang dari pengeluaran masing-masing pada tingkat bunga tertentu yang berlaku yang terjadi selama menjalankan
usaha ikan asin dan pindang tersebut. Sedangkan suku bunga yang digunakan dalam analisis, mengacu kepada Bank Umum 2010 tentang
bunga kurs, yaitu 14. Hasil analisis kelayakan kedelapan usaha pengolahan dan pemasaran ikan asin dan pindang di DKI Jakarta ini
berdasarkan NPV disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Kelayakan usaha ikan asin dan ikan pindang berdasarkan Net Present Value NPV
Jenis Usaha Pengolahan dan Pemasaran
Standar NPV Nilai NPV Rp Keterangan
Usaha ikan teri 0
976.976 Layak
Usaha ikan japuh asin 12.273.427
Layak Usaha ikan pari asin
6.814.871 Layak
Usaha ikan jambal asin 21.865.625
Layak Usaha ikan selar pindang
28.551.492 Layak
Usaha ikan tongkol pindang 44.617.477
Layak Usaha ikan layang pindang
1.670.167 Layak
Usaha ikan etem pindang 23.036.901
Layak
Berdasarkan Tabel 8 tersebut, usaha ikan tongkol pindang mempunyai nilai NPV paling tinggi Rp 44.617.477. Hal ini menunjukkan bahwa
usaha ikan tongkol pindang dapat memberikan keuntungan bersih terbesar berdasarkan nilai sekarang selama masa operasinya 8 tahun. Dari hasil
survai lapang, barang investasi utama seperti kuali, bak pencuci, dan gerobak dapat digunakan secara layak hingga delapan tahun kemudian
48
setelah dibelidibuat. Keuntungan bersih yang sangat tinggi dalam delapan tahun operasinya disebabkan penerimaan yang tinggi dari usaha ikan
tongkol pindang yaitu mencapai Rp 273.750.00 per tahun, sementara biaya operasional relatif standar Rp 261.869.500 per tahun. Hal ini terjadi
lebih didukung oleh harga bahan baku ikan segar yang relatif murah Rp 11.000 per kg, intensitas produksi yang baik 3 hari sekali, dan skala
pengusahaan yang menengah ke atas 200 kg per batch produksi. Terkait dengan ini, maka dari segi NPV, usaha ikan tongkol pindang mempunyai
prospek yang sangat baik untuk dikembangkan lanjut di DKI Jakarta. Disamping usaha ikan tongkol pindang, usaha pengolahan dan
pemasaran lainnya yang mempunyai nilai NPV tinggi diantaranya usaha ikan selar pindang Rp 28.551.492, usaha ikan etem pindang Rp
23.036.901, dan usaha ikan jambal asin Rp 21.865.625. Namun bila mengacu kepada standar yang dipersyaratkan NPV 0, maka usaha
usaha ikan teri, ikan japuh asin, ikan pari asin, dan ikan jambal asin, ikan selar pindang, ikan tongkol pindang, ikan layang pindang, dan ikan etem
pindang mempunyai NPV jauh di atas persyaratan minimal tersebut, sehingga dari segi NPV usaha kedelapan usaha pengolahan dan pemasaran
ikan asin dan pindang tersebut layak untuk dilanjutkan. Hanley dan Spash 1993 menyatakan bahwa nilai NPV merupakan cerminan keuntungan
bersih yang didapat pelaku usaha pada kondisi terakhir saat keuntungan dihitung.
Terhadap kondisi tersebut, maka usaha ikan teri, ikan japuh asin, ikan pari asin, dan ikan jambal asin, ikan selar pindang, ikan tongkol pindang,
ikan layang pindang, dan ikan etem pindang yang dikembangkan di DKI Jakarta saat ini tidak perlu diragukan lagi keuntungan bersihnya
berdasarkan nilai sekarang terutama bagi pemilik, meskipun operasi kedelapan usaha pengolahan dan pemasaran tersebut terkadang berhenti
pada musim paceklik. Hal ini tentu sangat baik, mengingat usaha pengolahan dan pemasaran tersebut telah menyatukan dengan kehidupan
nelayan dan masyarakat pesisir DKI Jakarta, terutama dari kalangan ibu rumah tangga dan anak-anak.
49
2. Kelayakan Usaha Ikan Asin dan Pindang Berdasarkan IRR