29 tertentu.  Faktor  medium  pengungkapan  membedakan  bahasa  lisan  dan
bahasa tulisan.
2.  diolek adalah variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek  setiap  orang  mempunyai  variasi  bahasanya  masing-masing  yaitu
berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, dan susunan kalimat  yang  paling  dominan  adalah  warna  suara,  sehingga  jika  kita
cukup  akrab  dengan  seseorang  hanya  dengan  mendengar  suaranya
bicara tanpa melihat orangnya kita dapat mengenali orangnya.
Selain  itu  setiap  penutur  mempunyai  sifat-sifat  khas  yang  tidak  dimiliki  oleh penutur  yang  lain.  Sifat  ini  disebabkan  oleh  faktor  fisik  dan  faktor  psikhis.
Sifat khas yang disebabkan oleh faktor fisik misalnya perbedaan bentuk atau kualitas alat-alat penuturnya, seperti mulut, bibir, gigi, lidah, dan sebagainya.
Sedangkan  sifat  khas  yang  disebabkan  oleh  faktor  psikis  biasanya disebabkan oleh perbedaan watak, intelegensi dan sikap mental lainnya.
30
BAGIAN 4 PEMBELAJARAN BAB IV SISTEM MATA PENCAHARIAN
Kegiatan 1: Sistem Matapencaharian Hidup
A.  Tujuan Pembelajara
n
1.  Mata  Diklat  Sistem  mata  pencaharian  ini  ditujukan  pada  peserta  pelatihan Guru Pembelajar Antropologi Tingkat SMA kelompok kompetensi B
2.  Modul  ini  dapat  membantu  peserta  diklat  dalan  menambah  wawasan keilmuan  antropologi  di  mana  isi  mata  diklat  ini  adalah  Masyarakat
pemburu  dan  peramu,  masyarakat  beternak,  masyarakat  peladang berpindah,  masyarakat  bercocok  tanam,  masyarakat  dunia  industry,
masyarakat pada sector jasa 3.  Peserta  diklat  yang  memiliki  wawasan  dan  pengetahuan  ini,  diharapkan
mampu menyampaikan sistem mata pencaharian yang komplit
B.  Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah  mengikuti  pelatihan  maka  diharapkan  peserta  pelatihan  dapat menjelaskan:
1.  Masyarakat pemburu dan peramu 2.  Masyarakat beternak
3.  Masyarakat peladang berpindah 4.  Masyarakat bercocok tanam
5.  Masyarakat dunia industri 6.  Masyarakat pada sektor jasa
C.  Uraian Materi
Pekerjaan  yang  rutin  dilakukan  dan  mendatangkan  nafkah  dinamakan mata pencaharian. Hal ini bisa dilihat dari corak kehidupan penduduk setempat.
Berdasarkan  cirri  yang  dimilikinya,  kehidupan  penduduk  dapat  dibedakan menjadi  dua  corak  yakni  corak  kehidupan  tradisional  sederhana  dan  corak
kehidupan  modern  kompleks.  Masing-masing  corak  memiliki  cirri  tersendiri. Sistem  mata  pencaharian  berbagai  suku  bangsa  di  Indonesia  dapat  dibedakan
31 berdasarkan mata pencahariannya, yaitu: 1 masyarakat pemburu dan peramu,
2  masyarakat  peternak  pastoral  societes,  3  masyarakat  peladang  shifting cultivators  societes,  4  masyarakat  bercocok  tanam  menetap,  5  masyarakat
dunia industri, 6 masyarakat pada sektor jasa.
1.  Masyarakat Pemburu dan Peramu
Mata  pencarian  tertua  di  dunia  adalah  berburu  dan  meramu  {food gathering} yaitu suatu pekerjaan yang hanya berburu binatang dan mencari ikan
serta  mencari  tumbuh-tumbuhan  seperti  akar-akaran  dan  umbi-umbian  yang dapat  dimakan.  Dalam  Antropologi  ketiga  mata  pencarian  seringkali  disebut
ekonomi  pengumpulan  makanan  Koentjaraningrat,2002:32.  Berburu  dan meramu telah ada sejak 2 juta tahun yang lalu, serta menjadi satu-satunya mata
pencarian bagi manusia hingga 10.000 tahun yang lalu. Masyarakat  Indonesia  masih  terdapat  penduduk  yang  hidup  sebagai
pemburu dan peramu hasil hutan, antara lain penduduk di Lembah Baliem Irian Jaya dan di sekitar daerah danau di Paniai Irian Jaya, dan suku Anak Dalam atau
orang  Kubu  di  Sumatera.  Mereka  belum  mengenal  bercocok  tanam,  dan  hidup berkelompok dalam jumlah yang tidak banyak. Bersama-sama dengan penduduk
yang  masih  hidup  sebagai  peladang  berpindah-pindah  slash  and  burn agriculture  seperti  orang  Togutil  di  Halmahera  Tengah;  mereka  sering
diklasifikasikan sebagai masyarakat “terasing”. Suku-suku  bangsa  peramu  sagu  di  Papua  memiliki  konsepsi  yang tegas
mengenai hutan-hutan sagu, yaitu bagian mana yang menjadi milik sendiri, milik kerabat ibu dan lain-lain, yang tidak demikian saja berani mereka langgar. Hewan
buruan  yang  utama  di  Irian  Jaya  adalah  babi  dan  buaya,  namun  jarang  sekali penduduk  Papua  yang  memiliki  keahlian  berburu  buaya,  sehingga  umumnya
mereka hanya sebagai pengendali perahu atau pembantu pemburu. Hilangnya  sistem  mata  pencarian  berburu  dan  meramu  karena  adanya
kepandaian untuk bercocok tanam sehingga mereka membudidayakan berbagai tanaman,  perkembangan  berikutnya  adanya  kemampuan  untuk  menjinakkan
berbagai hewan yang kemudian mereka pelihara.
a.  Beternak
Kemampuan  beternak  diawali  dengan  pembudidayaan  tanaman, perkembangan  berikutnya  adanya  kemampuan  untuk  menjinakkan  berbagai
hewan  yang  kemudian  mereka  pelihara  dan  terakhir  mereka  memelihara