Idiolek Dialek Variasi bahasa

24 3 Dialek Usia Dialek usia adalah varian bahasa yang ditandai oleh latar belakang umur penuturnya. Dialek init dibedakan menjadi tiga macam dialek usia, yaitu dialek anak, dialek kaum muda, dialek kaum tua. Sebagai ciri penanda dialek usia yang paling menonjol adalah pemilihan kata-kata atau kosakata.

c. Variasi Bahasa Berdasarkan Pemakainya

Variasi bahasa berdasarkan pemakainya, menyangkut bahasa itu untuk keperluan atau bidang apa? Variasi bahasa ini nampak cirinya pada kosa kata di mana kosa kata khusus atau tertentu yang tidak digunakan pada bidang yang lain. Penentuan luas persebaran suatu bahasa tidak mudah karena di daerah perbatasan hubungan antara warga dari dua suku bangsa yang tinggal berdekatan umumnya sangat intensif, sehingga terjadi proses saling mempengaruhi. Variasi bahasa berdasarkan tingkat penggunaannya dibagi tiga yaitu: 1 Ragam Sastra Cirinya menekankan penggunaan bahasa pada aspek estetika, sehingga memilih dan menggunakan kosa kata yang secara estetis memiliki cirri eufoni dan daya ungkap yang paling tepat. Contoh: mengungkapkan “ saya sudah tua”, dalam puis dikatakan, ”pagiku hilang sudah melayang, hari mudaku sudah pergi, sekarang petang datang membayang, batang usiaku sudah tinggi”. 2 Ragam Jurnalistik Cirinya bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah, ringkas karena keterbatasan ruang dalam media cetak. Dalam ragam ini sering kali ditinggalkannya awalan me dan ber yang dalam ragam bahasa baku harus digunakan, contoh: gubernur tinjau daerah banjir. 3 Ragam Militer Cirinya ringkas dan tegas sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran yang penuh dengan disiplin dan instruksi. Cirri lainnya seringkali menggunakan singkatan-singkatan seperti: Kodam: Komando Daerah Militer, Arhanud: Artelri Pertahanan Udara dan sebagainya. Cirinya bebas dari ambigu serta bebas dari segala macam metafora dan 25 idiom. Bebas dari ambigu karena bahasa ilmiah memberikan informasi keilmuan yang jelas, tanpa keraguan akan makna dan terbebas dari penafsiran makna yang berbeda.

d. Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat Keformalannya

Berdasarakan tingkat keformalannya, Martin Joos dalam bukunya The Five Clock membagi variasi bahasa menjadi lima ragam yaitu: 1 Ragam Beku Variasi bahasa yang digunakan paling formal, digunakan pada situasi khidmat dan upacara-upacara resmi contoh: khotbah jumat, khotbah pendeta, upacara kenegaraan dan lain-lain. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap dan tidak boleh diubah. Dalam bentuk tertulis seperti Undang-Undang Dasar, KUHP, Akta Notaris, dan lain-lain. 2 Ragam Resmi Variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat menyurat, buku pelajaran dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditetapkan secara mantap sebagai suatu standar. Pada dasarnya ragam resmi sama dengan ragam beku yang hanya digunakan pada suasana resmi. 3 Ragam Usaha Variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan di sekolah, rapat- rapat, pembicaraan yang berorintasi pada hasil atau produksi. Ragam bahasa inilah yang paling operasional. Wujudnya berada di antara ragam formal dan ragam santai. 4 Ragam santai Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib, pada waktu beristirahat. Ciri ragam ini banyak menggunakan bentuk allegro yaitu bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan. Kosa katanya banyak dipenuhi