Persyaratan keempat, penelitian tindakan kelas terjadi secara wajar seperti proses pembelajaran pada umumnya. Selain itu, tindakan yang
dilakukan tidak merugikan siswa atau mendiskriminasikan siswa. Persyaratan yang terakhir adalah penelitian tindakan kelas benar-benar
menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada
pembahasan berikut ini.
1. Motivasi Belajar Siswa
Motivasi adalah tingkah laku seseorang yang dalam mengerjakan sesuatu mendapat dorongan dan penguatan dari diri
sendiri dan orang lain. Djiwandono 2006 mengatakan bahwa motivasi
digunakan untuk
menggambarkan suatu
dorongan, kebutuhan, dan keinginan untuk melakukan sesuatu yang khusus atau
umum. motivasi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik berasal dalam
individu, sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari luar, seperti pujian, nilai, dan hadiah.
Motivasi belajar memiliki tiga komponen penting, yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Ketiga komponen tersebut
berhubungan satu sama lain. Kebutuhan muncul jika merasa tidak memiliki sesuatu yang diharapkan, sehingga terdorong untuk
melakukan kegiatan guna memenuhi harapan tersebut dan sampai pada tujuan yang diharapkan tercapai.
Menurut Ali Imron dalam Siregar dan Nara 2011, terdapat empat faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses belajar, yaitu
cita-cita siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa kondisi fisik dan psikis, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis belajar siswa
bahan pelajaran, alat bantu belajar, dan suasana belajar, dan upaya guru dalam membelajarkan siswa. Menurut Uno 2008, dorongan
internal dari dalam diri siswa dan eksternal dari orang lain dan lingkungan membantu siswa melakukan perubahan tingkah laku
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam penelitian ini, dorongan eksternal lebih mendominasi dalam memotivasi siswa untuk
belajar. Penerapan metode Teams Game Tournament TGT yang digunakan peneliti. Dengan belajar yang menyenangkan, seperti saat
melaksanakan permainan tebak gambar dan turnamen TGT. Pemberian hadiah dan nilai dari hasil belajar yang diperoleh siswa turut
memotivasi siswa untuk lebih giat lagi belajar. Siswa di dalam kelas masing-masing memiliki sikap dan
kebutuhan yang berbeda. Siswa yang bersikap baik dan berkeinginan memenuhi kebutuhan yang diinginkan, maka siswa tersebut akan
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa.
Guru memiliki peran yang besar dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, seperti memberi tugas dan mengajukan
pertanyaan terkait dengan tujuan atau kebutuhan siswa. Salah satu metode yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan guna mencapai
tujuan yang diharapkan adalah dengan menerapkan metode Teams Game Tournament TGT. Metode Teams Game Tournament TGT
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku yang berbeda Gora dan Sunarto 2010.
Menurut Gora dan Sunarto 2010 Metode Teams Game Tournament TGT terdiri dari 5 tahapan pembelajaran, yaitu
penyajian kelas, belajar dalam kelompok, permainan, turnamen, dan penghargaan. Sikap dan cara guru menjelaskan metode pembelajaran
yang digunakan, seperti dalam menyampaikan materi, menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan permainan dan turnamen turut
mempengaruhi pandangan siswa. Jika penyampaian guru baik, maka siswa bersemangat mengikuti pembelajaran dan termotivasi untuk
belajar, tetapi sebaliknya jika penyampaian guru buruk dan membuat siswa bosan, maka siswa menjadi malas untuk memperhatikan
penjelasan guru dan cenderung pasif. Motivasi belajar siswa dilihat dari hasil kuisioner dan lembar
observasi diskusi kelompok dan turnamen TGT. Motivasi belajar siswa di awal pembelajaran belum terukur, sehingga peningkatan motivasi
belajar siswa dilihat dari hasil kuisioner di akhir pembelajaran siklus II atau setelah pembelajaran selesai dilaksanakan dan hasil lembar
observasi setelah diskusi kelompok dan turnamen TGT selesai dilaksanakan.
a. Hasil Lembar Observasi
Hasil observasi siswa selain digunakan sebagai acuan untuk melihat motivasi belajar. Hasil observasi siswa yang dilihat
adalah hasil observasi diskusi kelompok dan hasil observasi turnamen TGT. Berikut ini diagram peningkatan hasil observasi
diskusi kelompok.
Gambar 13. Grafik Kategori Observasi Diskusi Kelompok Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa hasil
observasi diskusi kelompok mengalami peningkatan dan mencapai target yang diharapkan. Karena hasil dari observasi
siklus I yang tidak mencapai target yang diharapkan, yaitu 55,17, mengalami peningkatan dan tercapainya target yang
diharapkan pada siklus II dengan hasil 86,21. Selama diskusi kelompok siklus I, siswa cenderung
kurang aktif dan lebih banyak bermain-main dari pada serius mengerjakan serta susah diatur. Siswa juga kurang dalam
55,17
17,24 27,59
86,21
13,79 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
Tinggi Sedang
Rendah Siklus I
Siklus II
berpartisipasi untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok. Keakraban dan interaksi siswa dalam berdiskusi juga kurang
terlihat. Sedangkan diskusi kelompok siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik. Siswa menjadi cenderung aktif
melakukan diskusi antar anggota kelompok, lebih serius dan mudah diatur. Masing-masing anggota kelompok memiliki
partisipasi dalam menyelesaikan tugas kelompok, sehingga muncul interaksi antar siswa.
Peningkatan hasil diskusi kelompok karena perubahan anggota kelompok antara siklus I dan siklus II. Pada siklus I,
anggota kelompok diskusi ditentukan oleh peneliti berdasarkan jenis kelamin, suku, dan agama. Hasil yang diperoleh pada siklus
I kurang memuaskan. Sedangkan pada siklus II, peneliti memberi kebebasan siswa untuk memilih dan menentukan anggota
kelompok diskusi, sehingga memperoleh hasil yang lebih baik dari siklus I dan mencapai target yang diharapkan.
Hasil observasi siswa lainnya adalah hasil observasi turnamen TGT. Berikut ini diagram hasil observasi turnamen
TGT pada Gambar 14.
Gambar 14. Grafik Kategori Observasi Turnamen TGT Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa terjadi
peningkatan dalam observasi turnamen TGT. Hal tersebut dilihat dari hasil siklus I, 82,76 masuk dalam kategori tinggi dan hasil
siklus II, 100 masuk dalam kategori tinggi. Pelaksanaan turnamen TGT selama pembelajaran siklus I
dan siklus II siswa terlihat antusias dan semangat mengikuti jalannya turnamen. Siswa saling berlomba-lomba untuk
mendapatkan poin tertinggi dari hasil turnamen. Dalam turnamen TGT siswa bebas mengemukakan pendapatnya dan merasa lebih
senang, karena turnamen TGT adalah sarana belajar sambil bermain yang berupa kartu soal dan kartu jawaban.
Tetapi pada siklus II, siswa lebih teratur dan tenang dalam melaksanakan turnamen TGT. Siswa lebih mudah diatur untuk
berkumpul dalam masing-masing kelompok turnamen. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah lebih paham dan mengerti
82,76
17,24 100
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Tinggi Sedang
Rendah Siklus I
Siklus II
mengenai tahapan turnamen TGT yang diperoleh dari pengalaman saat melaksanakan turnamen TGT pada siklus I.
Sehingga hasil observasi turnamen TGT yang diperoleh pada siklus II mengalami peningkatan.
b. Hasil Kuisioner
Berikut ini grafik motivasi belajar siswa dari hasil kuisioner.
Gambar 15. Grafik Kategori Kuisioner Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan grafik di atas 96,55 siswa masuk dalam kategori tinggi dan 3,45 siswa masuk dalam kategori sedang,
sedangkan 0 untuk kategori rendah. Pada penelitian ini, motivasi awal siswa melalui kuisioner belum
terukur. Peneliti melihat motivasi belajar siswa melalui kuisioner setelah semua pembelajaran dengan menerapkan metode Teams Game
Tournamen TGT selesai dilaksanakan.
96,55
3,45 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
Tinggi Sedang
Rendah Motivasi
Belajar Setelah
tindakan
Berdasarkan data tersebut, membuktikan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode Teams Game Tournamen TGT dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa karena hasilnya sebagian besar siswa masuk kategori tinggi, sehingga hasil motivasi belajar siswa
sudah mencapai target indikator keberhasilan yang diharapkan. Peningkatan motivasi belajar siswa juga diamati dari hasil
observasi diskusi kelompok dan turnamen TGT. Hasil observasi digunakan sebagai acuan peningkatan motivasi belajar. Karena dari
hasil observasi, peneliti melihat antusias dan semangat siswa dalam mengerjakan tugas diskusi dan menjawab soal-soal dalam turnamen
TGT yang mengharuskan siswa belajar terlebih dahulu dengan membaca buku atau referensi-referensi lainnya.
Selain itu, motivasi belajar juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dari aspek kognitif. Berdasarkan data yang diperoleh,
pada siklus II diketahui bahwa siswa lebih termotivasi untuk belajar. Hal tersebut juga didukung dari hasil observasi dan kuisioner pada
siklus II yang sudah mencapai target indikator keberhasilan yang diharapkan. Semakin siswa termotivasi untuk belajar, maka semakin
baik hasil belajar yang diperoleh. Siswa yang termotivasi menjadi semangat membaca buku, mengerjakan tugas, dan belajar untuk
persiapan postes. Sehingga hasil belajar yang diperoleh pada siklus II jauh lebih baik dari siklus I.
2. Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif