Tidak Terpenuhinya Syarat Ma‘qud ‘Alaih Objek Akad

223 Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial dalam keadaan mati misalnya harus diterima oleh si pembeli dengan harga yang sudah disepakati. Rasulullah bersabda: هاور انْيِمااضامْلا ِعْياب هْناع ىاهان ملسو هيلع ه ىلص ايِبهنلا هناأ ُهْناع ُه ايِضار اةارْيارُه ْىِباأ ْناع رهزبلا Dari Abu Hurairah bahwasanya nabi saw melarang memperjualbelikan hewan yang masih dalam kandungan induknya. HR Al-Bazzar. Contoh lain adalah jual beli ikan yang masih di dalam air, sebagaimana hadis Nabi saw: دمحأ هاور ٌرْوُرُغ ُههنِااف ِءاامْلا ىِف ُكامهسلا اْوُراتْشات ال Janganlah kamu membeli ikan di dalam air karena jual-beli seperti itu termasuk gharar. HR. Ahmad. Taghrir dalam harga terjadi bila, misalnya, seorang penjual barang dengan dua harga, kontan dan angsur kredit dengan harga yang lebih mahal, namun tidak dijelaskan ditentukan harga yang disepakati keduanya. Jual beli seperti ini dilarang oleh Rasulullah SAW, sebagaimana Hadis dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW diriwayatkan bahwa beliau bersabda: اَبِرلا ِوَأ اَمُهُسَك ْوَأ ُهَلَب� ٍةَعْبيَبب ْيِ� ِنْيَب�َعْبيَبب َعاَب ْنَم Barangsiapa yang melakukan dua perjanjian jual beli dalam satu transaksi jual beli, maka hendaknya ia mengambil yang paling sedikit, kalau tidak ia telah mengambil riba. HR. Abu Daud dan Al-Baihaqi. Ketidakpastian terjadi karena harga yang disepakati tidak jelas, apakah kontan atau kredit. Selain itu ada kemungkinan bisa terjadi riba. Contoh gharar dalam waktu penyerahan terjadi bila seseorang menjual barang yang hilang misalnya, seharga Rp. X dan disetujui oleh si pembeli. Dalam kasus ini terjadi ketidakpastian mengenai waktu penyerahan, karena si penjual dan pembeli sama-sama tidak tahu kapan barang yang hilang itu dapat ditemukan kembali. Dalam keempat bentuk gharar di atas, keadaan sama-sama rela yang dicapai bersifat sementara, yaitu sementara keadaannya masih tidak jelas bagi kedua belah pihak. Di kemudian hari yaitu ketika keadaannya telah jelas, salah satu pihak penjual atau pembeli akan merasa terzalimi, walaupun pada awalnya tidak demikian. 224 Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial 3 Ihtikar Ihtikar adalah upaya mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan menjual lebih sedikit untuk harga yang lebih tinggi. Dalam ekonomi ihtikar adalah termasuk kegiatan merekayasa pasar dalam supply, yaitu bila seorang produsenpenjual mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara mengurangi suplly agar harga produk yang dijualnya naik. Ihtikar biasanya dilakukan dengan membuat entry barrier, yakni menghambat produsenpenjual lain masuk ke pasar, agar ia menjadi pemain tunggal di pasar monopoli. Namun, tidak selalu seorang monopolis melakukan ihtikar. Demikian juga tidak setiap penimbunan adalah ihtikar. BULOG juga melakukan penimbunan, tetapi justru untuk menjaga kestabilan harga dan pasokan. Hal ini juga terjadi apabila negara memonopoli sektor industri yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak, bukan dikategorikan ihtikar. Ihtikar terjadi bila syarat-syarat di bawah ini terpenuhi: a Mengupayakan adanya kelangkaan barang baik dengan cara menimbun stock atau mengenakan entry- barriers. b Menjual dengan hrga yang lebih tinggi dibandingkan harga sebelum munculnya kelangkaan. c Mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan keuntungan sebelum komponen 1 dan 2 dilakukan. Rasulullah sangat melarang perbuatan ihtikar, sebagaimana dalam hadis: ى ال َص ِه اللا َلو ُسَر ُتْعِم َس َلاَق َةَلْضَن ِنْب ِهاللا ِدْبَع ِنْب ِرَمْعَم ْنَع ِبِّي َسُْلا ِنْب ِديِع َس ْنَع ٌئ ِطا َخ الِإ ُرِكَتْحَي َل ُلوُقَي َمال َسَو ِهْيَلَع ُهاللا Dari Said al-Musayyab dari Rasulullah saw: tidak ada yang menimbun barang kecuali pembuat kesalahan dosa. HR Tirmidzi 4 Bai’ Najasy Bay’ najasy adalah penjual menyuruh orang lain memuji barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik untuk membeli. Bay’ najasy merupaka rekayasa pasar dalam demand, seorang produsen pembeli menciptakan permintaan palsu, seolah-olah ada 225 Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial banyak permintaan terhadap suatu produk sehingga harga jual produk itu akan naik. Hal ini terjadi misalnya, dalam bursa saham praktik goreng-menggoreng saham. Cara ditempuh bisa bermacam-macam, mulai dari menyebarkan isu, melakukan order pembelian, sampai benar-benar melakukan pembelian pancingan agar tercipta sentimen pasar untuk ramai-ramai membeli saham tertentu. Bila harga sudah naik sampai level yang diinginkan, maka yang bersangkutan akan melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali saham yang sudah dibeli, sehingga ia akan mendapatkan untng besar. Ibnu ‘Umar r.a. berkata: “Rasulullah SAW melarang keras praktek jual beli najsy”. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu sekalian melakukan penawaran barang tanpa maksud untuk membeli”. HR.Tirmidzi 5 Riba Riba secara bahasa menurut Ibnu Al Arabi Al Maliki, dalam kitabnya Ahkam Al Qur’an, bermakna ةدايزلاوه ةغللا يف ابرلاو Pengertian riba secara bahasa adalah tambahan Menurut terminologi, Menurut Ibnu Al Arabi Al Maliki, dalam kitabnya Ahkam al-Qur’an, menjelaskan: ضوع اهلباقي مل ةدايز لك “ Setiap penambahan yang diambil tanpa adanya transaksi pengganti ‘iwadh” Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang ‘iwadh yaitu transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan tersebut. Pertambahan uang dalam bisnis Islam hanya boleh dalam 3 hal, yaitu jual-beli, bagi hasil dan ijarahjasa. Nilai keuntungan yang diperoleh disebabkan adanya ‘iwad, sesuai dengan dua kaidah. a نامضلاب جارخلا proit sepadan dengan risiko Orang yang tidak menanggung resikorisk dhaman, tidak boleh dapat keuntungan proit kharaj. Penabung di bank berhak mendapatkan bagi hasil proit, jika dia menanggung resiko. b منغلاب مرغلا Biayaresiko sepadan dengan pendapatan keuntungan 226 Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial Orang yang bertanggung jawab menanggung biaya dan resiko, berhak mendapatkan keuntungan. Larangan riba yang terdapat dalam Al Qur’an tidak diturunkan sekaligus, melainkan diturunkan dalam empat tahap. 31 Tahap pertama QS. Ar-Rum: 39. Ayat ini menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada zhahirnya seolah-olah menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub kepada Allah. Ayat ini juga membangun paradigma pemikiran ekonomi Islami dengan menjelaskan bahwa sistem bunga tidak menumbuhkan ekonomi masyarakat, malah sebaliknya,merusak perekonomian masyarakat. Hal itu terlihat pada lanjutan ayat berikutnya 30:41. Tahap kedua, Riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah mengancam dengan balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba, yaitu QS. An-Nisa’: 160-161. Tahap Ketiga, Allah mengharamkan riba yang berlipat ganda. Sedangkan riba yang tidak berlipat ganda belum diharamkan. Allah berirman dalam QS. Ali Imran: 130.Ayat ini turun pada tahun ke 3 hijriyah. Secara umum ayat ini harus dipahami bahwa kriteria berlipat-ganda bukanlah merupakan syarat dari terjadinya riba jikalau bunga berlipat ganda maka riba tetapi jikalau kecil bukan riba, tetapi ini merupakan sifat umum dari praktek pembungaan uang pada saat itu. Tahap Keempat, Allah dengan jelas dan tegas mengharamkan apa pun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman baik bunga yang kecil maupun besar. Ini adalah ayat terakhir yang diturunkan menyangkut riba. Ayat ini adalah ayat tentang penghapusan riba secara mutlak dan total, yakni 9 hari menjelang wafatnya Rasul Saw, yaitu QS. Al-Baqarah: 278-279.

3. Prinsip Syariah pada Produk Penghimpunan Dana

Produk penghimpunan dana di bank syariah, sebagaimana bank pada umumnya dapat berbentuk tabungan, deposito dan giro. Hanya saja prinsip yang diterapkan dalam bank syariah menggunakan prinsip titipan wadi’ah dan prinsip bagi hasil mudharabah. Berkaitan dengan 31 Penjelasan lebih luas lihat Sayyid Quthb “Tafsir Ayat Riba”dan juga, Abu al-A’la Maududi,1951, Riba, Islamic Publicatiom, Lahore.