209
Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial
1. Akad dan Ketentuannya
Setiap aktivitas mu’amalah selalu dihadapkan kepada hubungan relationship seorang individu dengan individu atau kelompok individu
lainnya. Agar hubungan ini memiliki kekuatan yang seimbang dan mengikat antara para pihak diperlukan kesepakatan yang dapat
menimbulkan akibat hukum atau pengikatan lainnya. Pengikatan tersebut dalam iqh disebut sebagai al-‘aqd.
Akad berasal dari bahasa Arab yang berarti al-‘ahdu
ُدْهَعْلَا
berarti janji dan al-‘uqdah
ُة َدْقُعْلَا
berati sambungan. Jadi akad berarti “ikatan antara dua perkara, baik ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi,
dari satu segi maupun dari dua segi”.
Pengertian akad menurut ulama iqih antara lain:
.ِهِّلَحَم ىِف ُهَرَثآ ُتُبْثَي ٍع ْوُرْشَم ٍه ْجَو ىَلَع ٍل ْوُبَقِب ٍباَجْيِإ ُطاَبِت ْرِإ
“Perikatan yang ditetapkan dengan ijab-qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang berdampak pada objeknya.”
Ijab-qabul adalah suatu perbuatan atau pernyataan untuk
menunjukkan suatu keridhaan dalam berakad di antara dua orang atau lebih, sehingga terhindar atau keluar dari suatu ikatan yang tidak
berdasarkan syara’. Oleh karena itu, dalam Islam tidak semua bentuk kesepakatan atau perjanjian dapat dikategorikan sebagai akad, terutama
kesepakatan yang tidak didasarkan pada keridhaan dan syariat Islam. Sebagaimana dalam al-Quran surah al-Nisa’: 29.
ٖضاَرَت نَع ًةَر َٰجِت َنوُكَت نَأ ٓ الِإ ِلِطَٰبۡلٱِب مُكَنۡيَب مُكَل َٰو ۡمَأ ْآوُلُكۡأَت َل ْاوُنَماَء َنيِذالٱ اَهُيَأَٰٓي ٢٩ ا ٗميِحَر ۡمُكِب َناَك َهاللٱ انِإ ۚۡمُكَسُفنَأ ْآوُلُتۡقَت َلَو ۚۡمُكنِّم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”
210
Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial
Dasar hukum disyari’ahkan akad adalah surah al-Maidah: 1:
.... ِۚدوُقُعۡلٱِب ْاوُف ۡوَأ ْآوُنَماَء َنيِذالٱ اَهُيَأَٰٓي
”... Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu“
Rukun adalah apa yang mesti ada bagi sesuatu dalam mewujudkannya, baik merupakan bagian internal dari hakikat sesuatu
itu maupun bagian tertentu dari hakikat sesuatu itu. Dalam pengertian lain jika salah satu yang menjadi rukun dari suatu akad tidak ada atau
tidak terpenuhi maka akad itu dianggap tidak terjadi.
Rukun akad terdiri dari 3, yaitu: a. ‘Aqid
pelaku akad, yaitu orang yang melakukan akad. b. Ma’qud ‘alaih
mahall al-‘aqd, yaitu objek akad. Shighat al-‘aqd
ijab-qabul. Ijab adalah permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya
dalam mengadakan akad. Adapun qabul pernyataan dari pihak lain yang berakad setelah adanya ijab.
Syarat adalah al-masyruth sesuatu yang disyaratkan tidak akan terjadi ketika sesuatu itu tidak ada, dan al-masyruth suatu yang
disyaratkan tidak mesti akan terjadi ketika sesuatu itu ada. Ringkasnya, syarat itu adalah sesuatu yang harus ada bagi rukun.
Syarat akad dapat diuraikan sebagai berikut: a. Syarat bagi ‘Aqid pelaku akad:
1 Berakal dan dewasa Aqil-Baligh 2 Memilki kewenangan terhadap objek kontrak
b. Syarat bagi Ma’qud ‘alaih objek akad: 1 Ada ketika kontrak berlangsung
2 Sah menurut hukum Islam 3 Dapat diserahkan ketika akad
4 Harus diketahui kedua pihak yang berakad c. Syarat bagi Shighat al-‘aqd ijab-qabul:
211
Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial
1 Harus jelas maksudnya 2 Harus selaras
3 Harus menyambung satu majlis akad Shighat al-‘aqd
ijab-qabul dapat dilaksanakan melalui 4 cara:
a. Lisan b. Tulisan
c. Isyarat d. Perbuatan Mu’athah
Suatu akad atau kontrak akan terbentuk apabila ada dua pihak yang berakad tharafay al- ‘aqd, benda atau barang yang berlaku padanya
akad mahall al-‘aqd atau ma’qud ‘alaih, adanya tujuan atau maksud pokok mengadakan akad maudhu’ al-‘aqd atau ghayah al-‘aqd serta
adanya rukun-rukun akad. Apabila akad telah terbentuk maka mengikat pihak-pihak yang berakad dengan beberapa hukum syara’disebabkan
terwujudnya akad yaitu hak dan iltizam.
22
Hak atau tepatnya nafadz al-‘uqud adalah natijah kesimpulan terjadinya akad sejak akad dimulai. Misalnya, nafadz al-‘aqd bay’
berarti akad itu memindahkan barang yang dijual dari penjual kepada pembeli sedangkan kepemilikan uang milkiyah tsaman berpindah dari
pembeli ke penjual, lalu masing-masing diharuskan menyerahkan yang harus mereka serahkan.
23
Iltizam yang ditimbulkan oleh akad adalah keharusan membuat sesuatu atau keharusan meninggalkan sesuatu
untuk kepentingan pihak yang lain. Contohnya, menyerahkan barang yang dijual, mengganti kerugian karena ada cacat.
24
Pembentukan akad di atas apabila tidak terpenuhi syarat atau terjadi cacat maka akad tersebut akan menjadi fasid. Sedangkan jika
dilihat dari akibat hukum akad akan berbeda-beda karena berbedanya tujuan akad. Oleh karena itu iltizam akad akan berbeda tergantung
kepada tujuan akad tersebut.
22
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah Jakarta: Bulan Bintang, 1984, h. 23.
23
Ibid., h. 42-43.
24
Ibid., h. 53.