Tidak Terpenuhinya Syarat ‘ Aqid Orang Yang Berakad
221
Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial
Tadlis dalam kuantitas contohnya adalah pedagang yang
mengurangi takaran timbangan barang yang dijualnya. Dalam kualitas seperti penjual yang menyembunyikan cacat barang yang
ditawarkannya. Tadlis dalam harga seperti memanfaatkan ketidak- tahuan pembeli akan harga pasar dengan menaikkan harga produk di
atas harga pasar. Misalnya seorang tukang becak yang menawarkan jasanya kepada turis asing dengan menaikkan tarif becaknya 10 kali
lipat dari tarif normalnya. Hal ini dilarang karena turis asing tersebut tidak mengetahui harga pasar yang berlaku. Dalam istilah iqih, tadlis
harga ini disebut ghaban fahisy. Bentuk tadlis dalam waktu penyerahan, contohnya adalah petani buah yang menjual buah di luar musimnya
padahal si petani mengetahui bahwa dia tidak dapat menyerahkan buah yang dijanjikannya itu pada waktunya. Demikian pula dengan
konsultan yang berjanji untuk menyelesaikan proyek dalam waktu dua bulan untuk memenangkan tender, padahal konsultan tersebut tahu
bahwa proyek itu tidak dapat diselesaikan dalam batas waktu tersebut.
Dalam keempat bentuk tadlis di atas, semuanya melanggar prinsip rela-sama-rela. Keadaan sama-sama rela yang dicapai bersifat sementara,
yakni sementara pihak yang ditipu tidak mengetahui bahwa dirinya ditipu. Di kemudian hari, yaitu ketika pihak yang ditipu mengetahui
bahwa dirinya ditipu, maka ia tidak merasa rela.
2 Taghrir Gharar
Prinsip kedua yang tidak boleh dilanggar adalah prinsip la tazhlimuna wa la tuzhlamun,
yaitu tidak menzalimi dan tidak dizalimi, sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah: 279.
ال ۡمُكِل ٰاو ۡماأ ُسوُءُر ۡمُكالاف ۡمُتۡبُت نِإاو ۖۦِهِلوُساراو ِ هلٱ انِم ٖب ۡراحِب ْاوُناذۡأاف ْاوُلاعۡفات ۡمهل نِإاف انوُمالۡظُت الاو انوُمِلۡظات
“Maka jika kamu tidak mengerjakan meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.
Dan jika kamu bertaubat dari pengambilan riba, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.”
Praktik-praktik transaksi yang melanggar prinsip ini di antaranya i taghrir gharar; ii ihtikar; iii bay’ najasy; iv riba; v maysir; vi
risywah.
222
Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial
Taghrir atau disebut juga gharar adalah situasi di mana terjadi
informasi yang tidak lengkap karena adanya ketidak pastian bagi kedua pihak. Jika dalam tadlis, yang terjadi adalah pihak A tidak mengetahui
apa yang diketahui pihak B. Sedangkan dalam taghrir, baik pihak A maupun pihak B sama-sama tidak memiliki kepastian mengenai sesuatu
yang ditransaksikan. Gharar ini juga bisa terjadi bila kita memperlakukan sesuatu yang seharusnya bersifat pasti menjadi tidak pasti. Contohnya,
sebagai karyawan, Ahmad menandatangani kontrak kerja di suatu perusahaan dengan gaji Rp. 1.500.000,-bulan. Kontrak ini bersifat pasti
dan mengikat kedua belah pihak, sehingga tidak boleh ada pihak yang memperlakukan kesepakatan yang sudah pasti itu menjadi tidak pasti,
misalnya memperlakukan sistem gaji Rp. 1.500.000,-bulan tersebut menjadi sistem bagi hasil dari keuntungan perusaan. Hal yang sama
juga berlaku bagi kontrak jual-beli dan sewa menyewa.
Taghrir dapat terjadi dalam 4 empat hal, yakni dalam:
a Kuantitas; b Kualitas;
c Harga; dan d
Waktu Penyerahan. Taghrir
dalam kuantitas terjadi dalam kasus ijon, di mana pembeli menyatakan akan membeli buah yang belum tampak hasilnya di pohon
seharaga Rp X untuk dipetik kalau telah tuamasak nanti. Dalam hal ini terjadi ketidakpastian mengenai berapa kuantitas buah yang dijual,
karena memang tidak disepakati sejak awal. Nabi SAW melarang jual
beli ijon seperti ini:. Hal ini dilarang, sebagaimana hadis Nabi SAW:
ْناع ىاهان ملسو هيلع ه ىلص ِه الْوُسار هناأ ُه ىضر ٍكِلاام ِنْبا ِساناأ ْناع هيلع قفتم هراامْحات ىهتاح الااق ْواأ اىِهْزُت ىهتاح ِراامِثلا ِعْياب
Dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw melarang menjual buah-buahan sehingga tampak dan matang. HR. Bukhari dan Muslim.
Contoh gharar dalam kualitas adalah seorang peternak yang menjual anak sapi yang masih dalam kandungan induknya. Dalam kasus
ini terjadi ketidakpastian dala hal kualitas objek transaksi, karena tidak ada jaminan bahwa anak sapi tersebut akan lahir dengan sehat tanpa
cacat, dan dengan spesiikasi kualitas tertentu. Bagaimanapun kondisi anak sapi yang nanti akan keluar dari induk sapi itu walaupun terlahir
223
Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial
dalam keadaan mati misalnya harus diterima oleh si pembeli dengan harga yang sudah disepakati. Rasulullah bersabda:
هاور انْيِمااضامْلا ِعْياب هْناع ىاهان ملسو هيلع ه ىلص ايِبهنلا هناأ ُهْناع ُه ايِضار اةارْيارُه ْىِباأ ْناع رهزبلا
Dari Abu Hurairah bahwasanya nabi saw melarang memperjualbelikan hewan yang masih dalam kandungan induknya.
HR Al-Bazzar. Contoh lain adalah jual beli ikan yang masih di dalam air,
sebagaimana hadis Nabi saw:
دمحأ هاور ٌرْوُرُغ ُههنِااف ِءاامْلا ىِف ُكامهسلا اْوُراتْشات ال
Janganlah kamu membeli ikan di dalam air karena jual-beli seperti itu termasuk gharar. HR. Ahmad.
Taghrir dalam harga terjadi bila, misalnya, seorang penjual barang
dengan dua harga, kontan dan angsur kredit dengan harga yang lebih mahal, namun tidak dijelaskan ditentukan harga yang disepakati
keduanya. Jual beli seperti ini dilarang oleh Rasulullah SAW, sebagaimana Hadis dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW diriwayatkan bahwa
beliau bersabda:
اَبِرلا ِوَأ اَمُهُسَك ْوَأ ُهَلَب� ٍةَعْبيَبب ْيِ� ِنْيَب�َعْبيَبب َعاَب ْنَم
Barangsiapa yang melakukan dua perjanjian jual beli dalam satu transaksi jual beli, maka hendaknya ia mengambil yang paling sedikit,
kalau tidak ia telah mengambil riba. HR. Abu Daud dan Al-Baihaqi. Ketidakpastian terjadi karena harga yang disepakati tidak jelas,
apakah kontan atau kredit. Selain itu ada kemungkinan bisa terjadi riba. Contoh gharar dalam waktu penyerahan terjadi bila seseorang
menjual barang yang hilang misalnya, seharga Rp. X dan disetujui oleh si pembeli. Dalam kasus ini terjadi ketidakpastian mengenai waktu
penyerahan, karena si penjual dan pembeli sama-sama tidak tahu kapan barang yang hilang itu dapat ditemukan kembali.
Dalam keempat bentuk gharar di atas, keadaan sama-sama rela yang dicapai bersifat sementara, yaitu sementara keadaannya masih
tidak jelas bagi kedua belah pihak. Di kemudian hari yaitu ketika keadaannya telah jelas, salah satu pihak penjual atau pembeli akan
merasa terzalimi, walaupun pada awalnya tidak demikian.