Dewan Pengawas Syariah LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN DINAMIKA FULL OK

239 Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial BAB IV MODEL MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN SYARIAH PADA PERBANKAN SYARIAH

A. Model Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah sebuah proses, yang didalamnya terdapat berbagai tahapan yang saling berkaitan dan berulang-ulang untuk saling melengkapi dan menyempurnakan. Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk memastikan bahwa seluruh kebijakan risiko dan bisnis bisa diimplementasikan secara konsisten. 60 Di tengah pesatnya perkembangan bank syariah dan makin beratnya kompetisi di industri perbankan, menyebabkan isu kepatuhan syariah menjadi sangat penting untuk dipermasalahkan. Hal ini karena secara ilosois, perbankan syariah didirikan atas dasar prinsip syariah, bertujuan meniadakan segala bentuk kezaliman, terutama transaksi ribawi dan memelopori berdirinya sistem ekonomi berasaskan keadilan. Karena itu, sudah semestinya untuk terus dijaga dan menjadi identitas bank syariah. Sangat penting bagi bank syariah untuk menunjukkan identitasnya dan berkomitmen menjalankannya. Untuk menjamin konsistensi 60 Imam Wahyudi dkk., Manajemen Risiko Bank Islam Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2013, h. 59. 240 Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial kepatuhan terhadap syariah Islam, perlu segera disiapkan sebuah sistem yang solid untuk mencegah terjadinya potensi ketidakpatuhan terhadap syariah. Model manajemen risiko yang khas bank syariah ini menjadi signiikan. Tentu saja prosesnya harus terukur. Proses manajemen risiko merupakan sebuah sistem yang komprehensif, termasuk di dalamnya menciptakan lingkungan pengelolaan risiko yang tepat, mempertahankan pengukuran risiko yang eisien, proses mitigasi dan monitoring, serta menyusun pengendalian internal yang memadai. Terdapat lima tahap dalam proses manajemen risiko, yaitu identiikasi risiko, mitigasi risiko, monitoring risiko serta pengendalian dan pelaporan risiko.

B. Proses Indentiikasi Risiko Kepatuhan Syariah

Proses identiikasi risiko merupakan sebuah proses untuk menentukan risiko apa yang dapat terjadi, mengapa risiko tersebut terjadi dan bagaimana risiko itu terjadi. Proses identiikasi risiko harus dilakukan secara menyeluruh. Identiikasi risiko termasuk di dalamnya mendeinisikan parameter dan jangkauan proses manajemen risiko serta mengidentiikasi kemungkinan mitigasi risikonya jika ada. 61 Risiko kepatuhan syariah, menurut IFSB adalah risiko yang muncul akibat ketidakpatuhan bank syariah terhadap aturan dan prinsip syariah yang ditentukan oleh DPS atau lembaga sejenis di mana bank syariah beroperasi. 62 Penilaian kepatuhan bank syariah terhadap prinsip syariah mencakup seluruh komponen yang terkait dengan kegiatan operasional perbankan syariah. Oleh karena itu proses identiikasi risiko kepatuhan syariah pada bank syariah harus dilakukan secara teliti dan menyeluruh, mulai dari awal proses kontrak, yakni mulai pembahasan ide produk baru hingga rincian skema transaksi antara bank syariah dan debitur, selama kontrak berlaku dan ketika kontrak berakhir. Proses identiikasi risiko kepatuhan syariah dilakukan dengan menerapkan proses audit kepatuhan syariah. Proses audit kepatuhan 61 Ibid., h. 66. 62 Islamic Financial Service Board, Guiding Principles on Corporate Governace for Institutions Offering Only Islamic Financial Services Excluding Islamic Insurance Takaful Institutions and Islamic Mutual Funds. Diakses dari http:www.ifsb.org. 241 Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial syariah menurut AAOIFI adalah proses pemeriksaan yang didalamnya meliputi pemeriksaan terhadap kontrak, perjanjian, kebijakan, produk, transaksi, memorandum, laporan keuangan, laporan internal, laporan inspeksi bank sentral dan dokumen-dokumen terkait lainnya. Menurut AAOIFI, tujuan pelaksanaan audit pada lembaga keuangan syariah adalah untuk memberikan opini bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip dan aturan syariah tanpa ada kesalahan yang material. Cakupan audit kepatuhan syariah meliputi seluruh aspek bisnis dan operasional perbankan seperti laporan keuangan, pengendalian internal dan tata kelola kepatuhan syariah yang meliputi struktur organisasi, karyawan, proses dan sistem teknologi informasi. 63 Proses identiikasi risiko kepatuhan syariah pada bank syariah dapat dilakukan dengan cara pertama, me-review kesesuaian aktivitas bisnis yang tercermin dalam akad dengan tujuan syariah. Kedua, mengidentiikasi adanya pelanggaran prinsip-prinsip syariah pada keseluruhan aktivitas bisnis perbankan syariah, terkait ada tidaknya unsur riba, gharar, maysir, tadlis, pemaksaan atau keharaman komoditas atau objek kontrak. Ketiga, memeriksa kelengkapan pemenuhan rukun dan syarat pada setiap akad yang dibuat oleh bank syariah. 64 Berhubungan dengan identiikasi risiko kepatuhan syariah ini, IFSB memberikan panduan berupa prinsip, yaitu: Principle 7.1: IIFS shall have in place adequate systems and controls, ` including Shari`ah Board Advisor, to ensure compliance with Shari`ah rules and principles. 127. IIFS shall ensure that they comply at all times with the Shari`ah rules and principles as determined by the relevant body in the jurisdiction in which they operate with respect to their products and activities. This means that Shari`ah compliance considerations are taken into account whenever the IIFS accept deposits and investment funds, provide inance and carry out investment services for their customers. 63 AAOIFI, Accounting, Auditing and Governance Standards for Islamic Financial Institutions Bahrain: AAOIFI, 2010. 64 Wahyudi dkk., Manajemen Risiko, h. 160. 242 Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial

128. IIFS shall ensure that their contract documentation complies

with Shari`ah rules and principles – with regard to formation, termination and elements possibly afecting contract performance such as fraud, misrepresentation, duress or any other rights and obligations. 129. IIFS shall undertake a Shari`ah compliance review at least annually, performed either by a separate Shari`ah control department or as part of the existing internal and external audit function by persons having the required knowledge and expertise for the purpose. The objective is to ensure that a the nature of the IIFS’s inancing and equity investment and b their operations are executed in adherence to the applicable Shari`ah rules and principles as per the fatwa, policies and procedures approved by the IIFS’s Shari`ah Board.

130. IIFS shall keep track of income not recognised arising out of Shari`ah

non-compliance and assess the probability of similar cases arising in the future. Based on historical reviews and potential areas of Shari`ah non-compliance, the IIFS may assess potential proits that cannot be recognised as eligible IIFSs’ proits. 65 Proses audit kepatuhan syariah dapat dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa pendekatan berikut. 66 1. Pendekatan halal-haram Tujuan utama yang ingin diperoleh dengan pendekatan ini adalah mengetahui apakah aktivitas bank syariah terkait dengan berbagai hal yang diharamkan dalam mu’amalah, seperti transaksi yang diharamkan dan komoditas yang haram untuk ditransaksikan. Sehingga fokus utama pendekatan ini adalah pada upaya untuk mengidentiikasi seluruh transaksi yang diharamkan tersebut. 65 Islamic Financial Service Board, Guiding Principles of Risk Management for Institutions Other than Islamic Insurance Institutions Offering Only Islamic Financial Services. Diakses dari http:www.ifsb.org. 66 Penjelasan berikut didasarkan pada Wahyudi dkk., Manajemen Risiko, h. 161-162. 243 Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial 2. Pendekatan akad Pendekatan akad adalah pendekatan yang berupaya mengidentiikasi validitas dari setiap akad keuangan yang dilakukan oleh bank syariah. Proses audit difokuskan pada upaya untuk menidentiikasi rukun dan syarat sahnya suatu akad. Dari pendekatan ini, keshahihan atau validitas setiap akad transaksi keuangan yang dilakukan oleh bank syariah dapat diketahui. 3. Pendekatan legal Tujuan utama dari pendekatan legal adalah untuk memastikan bahwa seluruh hak dan kewajiban para pelaku transaksi telah terpenuhi sesuai kesepakatan yang tertuang pada dokumen kontrak. Dengan demikian, proses audit dengan pendekatan legal akan berupaya untuk mengidentiikasi berbagai unsur yang terkait dengan kontrak, yaitu unsur pemaksaan ikrah, unsur kesalahan khata’, unsur ketidaksetaraan ghubn, unsur penipuan taghrir, unsur produk ilegal dan unsur motif yang ilegal. 4. Pendekatan maqashid syariah Pendekatan maqashid syariah dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas bank syariah sejalan dengan tujuan diturunkannya syariah, pemeliharaan dan penjagaan terhadap agama din, jiwa nafs, akal aql dan harta mal. Fokus utama proses audit adalah identiikasi aktivitas bank syariah, melalui transaksi dan perjanjian yang telah dilakukan, yang akan membahayakan kelima unsur di atas. 5. Pendekatan laporan keuangan Laporan keuangan mengandung informasi terkait kondisi keuangan bank, di dalamnya meliputi kinerja dan perubahan posisi keuangan sebuah bank. Berdasarkan kondisi tersbut, maka proses audit kepatuhan syariah dengan laporan keuangan berupaya untuk mengevaluasi kepatuhan syariah yang ada pada seluruh transaksi yang dilaporkan dalam laporan keuangan bank syariah. 244 Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial Ada beberapa tahapan dalam identiikasi risiko kepatuhan syariah. 67 Pertama, menyusun daftar risiko secara komprehensif. Risiko yang mungkin terjadi disusun berdasarkan dampak pada setiap elemen kegiatan. Selain itu perlu dicatat faktor-faktor yang mempengaruhi risiko secara terperinci. Dalam proses ini akan tergambar kemungkinan masalah yang dihadapi dan besarnya konsekuensi atau kerugian yang mungkin terjadi. Kedua, menganalisis karakteristik risiko kepatuhan syariah yang melekat pada bank syariah, risiko kepatuhan syariah yang melekat pada produk maupun kegiatan usaha bank. Ketiga menggambarkan proses terjadinya risiko kepatuhan syariah dengan menganalisis faktor-faktor apa yang menjadi penyebab timbulnya risiko dan menentukan besarnya probabilitas sebuah risiko yang akan terjadi. Keempat, membuat daftar sumber terjadinya risiko kepatuhan syariah. Kelima, menentukan pendekatan atau instrumen yang tepat untuk identiikasi risiko, misalnya berdasarkan pengalaman, pencatatan atas risiko yang pernah terjadi dan sebagainya. Terkait dengan identiikasi dan audit kepatuhan syariah, dalam pelaksanaannya membutuhkan setidaknya empat instrumen yang akan digunakan untuk melakukan idenstiikasi ketidaksesuaian terhadap syariah. 1. Instrumen akuntansi Penggunaan instrumen akuntansi seperti laporan-laporan posisi keuangan, rugi laba dan metode audit sangat membantu auditor dalam mengidentiikasi ketidakpatuhan syariah yang terjadi pada seluruh transaksi keuangan. Menurut Lahsasna dan Rosly sebagaimana dikutip oleh Wahyudi dkk, sebuah transaksi inansial bisa dinyatakan bebas dari penyimpangan terhadak ketentuan syariah jika memenuhi beberapa hal. i transaksi tersebut telah dilegitimasikan oleh hukum dan perundang-undangan yang berlaku, ii memiliki kontrak yang valid di mana transaksi tersebut bebas dari riba, gharar dan maysir, iii tercukupinya kondisi fairness dan transparan antarpelaku kontrak dalam hal kepemilikan dan harga, dan iv laporan posisi keuangan menggambarkan aset dan liabilitas bank di mana di dalamnya semua transaksi dengan jelas diklasiikasikan berdasarkan sumber dan penggunaan dana. 67 Ibid., h. 66-67. 245 Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial 2. Instrumen legal Instrumen ini berguna untuk menguji struktur dari kontrak dan produk bank syariah, sekaligus juga untuk memastikan kepatuhan terhadap syariah pada bagian klausul dari sebuah kontrak. 3. Instrumen fatwa Fungsi fatwa dalam pelaksanaan audit adalah sebagai alat validasi atas kehalalan sebuah produk menjadi sangat penting. Fatwa digunakan untuk mendeteksi penyimpangan dari sebuah transaksi. Auditor menggunakan fatwa pada saat memeriksa dokumen transaksi yang memiliki isu yang sama. 4. Instrumen review kepatuhan syariah Instrumen ini berisi hasil pengujian kepatuhan syariah yang dilakukan DPS terhadap kontrak, isi perjanjian kerjasama, produk perbankan, laporan keuangan dan laporan internal terkait dengan isu kepatuhan syariah. Instrumen ini digunakan sebagai petunjuk tentang isu-isu yang telah terjadi terkait dengan penyimpangan bank terhadap kepatuhan syariah serta mengevaluasi tindak lanjut dari review tersebut, apakah pihak manajemen sudah melakukan proses perbaikan atau tidak.

C. Mitigasi Risiko Kepatuhan Syariah

Manajemen risiko kepatuhan syariah dilakukan pada dua tahap, yaitu pertama, tahap sebelum bisnis berjalan. Pada tahap ini, manajemen risiko kepatuhan syariah dilakukan untuk me-review beberapa ide produk baru yang akan ditawarkan kepada masyarakat. DPS dalam tahap ini dapat meminta semua data terkait dengan rincian skema produk baru tersebut. Jika rancangan produk baru itu dianggap sesuai dengan ketentuan syariah, maka bank syariah dapat memperkenalkan produk baru tersebut kepada masyarakat. Kedua, tahap setelah bisnis berjalan. Pada tahap ini manajemen risiko kepatuhan syariah dilakukan untuk mengevaluasi setiap produk perbankan syariah yang ditawarkan kepada masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap produk dan pelayanan bank