Teori Perkembangan Karier Kajian tentang Perencanaan Karier

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Perencanaan Karier

1. Teori Perkembangan Karier

Terdapat sejumlah pakar yang mengemukakan teorinya tentang karier. Salah satu yang terkemuka adalah teori perkembangan karier development career choice theory menurut Ginzberg dkk. Santrock, 2003:483-484 anak dan remaja melewati tiga masa pemilihan karier, yaitu: fantasi, tentatif, dan realistis. Teori Ginzberg beragumentasi bahwa hingga usia 11 tahun anak masih dalam masa fantasi dari pemilihan karier. Usia 11 hingga 17 tahun, remaja ada dalam masa tentatif dari perkembangan karier, sebuah transisi dari tahap pengambilan keputusan realistis dari masa dewasa muda, dan usia 18 hingga 24 tahun merupakan masa realistis. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 3 Kebumen yang rentang usianya yaitu 12 hingga 14 tahun. Berdasarkan teori Ginzberg, subjek berada pada masa tentatif. Menurut Ginzberg dkk. Munandir, 1996:90 masa tentatif diklasifikasikan menjadi empat tahap, dimulai dari 1 tahap minat 11―12 tahun yakni masa dimana individu cenderung melakukan pekerjaan atau kegiatan hanya yang sesuai minat dan kesukaan mereka saja. Pertimbangan karierpun juga didasari atas kesenangan, ketertarikan atau minat individu terhadap objek karier, tanpa mempertimbangkan faktor lain. Akan tetapi, setelah menyadari bahwa minatnya berubah-ubah sebagai reaksi perkembangan dan interaksi 13 lingkungannya, maka individu akan menanyakan kepada dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan. Keadaan ini disebut sebagai 2 tahap kapasitas 13―14 tahun, yakni masa dimana individu mulai melakukan pekerjaan atau kegiatan didasarkan pada kemampuannya masing-masing. Orientasi pilihan pekerjaan juga pada masa ini berbentuk upaya mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan minat dan kesukaannya. Tahap berikutnya 3 tahap nilai 15―16 tahun, yaitu tahap dimana minat dan kapasitas itu akan diinterpretasikan secara sederhana oleh individu yang mulai menyadari bahwa terdapat suatu kandungan nilai-nilai tertentu dari suatu jenis pekerjaan, baik kandungan nilai yang bersifat pribadi maupun serangkaian nilai yang bersifat kamasyarakatan. Kesadaran akan serangkaian kandungan nilai ini pula yang membuat individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Adapun tahap terakhir dari masa tentatif ini adalah 4 tahap transisi 17―18 tahun, yakni keadaan dimana individu akan memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya minat, kapasitas, dan nilai untuk dapat direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal juga dengan tahap pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja, pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif waktu. Keputusan yang menjadi pilihan itu sudah merupakan bentuk tanggung jawab dan konsekuensi pola karier yang dipilih. 14 Berdasarkan tahapan-tahapan yang diklasifikasikan Ginzberg di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan karier yang terjadi pada individu merupakan suatu pola pilihan karier yang bertahap dan runtut, yang dinilai subjektif oleh individu dalam sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal masa dewasanya. Artinya menurut Zunker Didi Tarsidi, 2007:6 pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan- pilihan yang lain akan dicoret. Sehingga individu yang berhasil dalam karier memiliki kepuasan kerja adalah individu yang mampu mengidentifikasi, mengarah, dan mengakomodir semua orientasi minat, kapasitas, dan nilai ke dalam proses kompilasi yang tepat dan dinamis. Ginzberg Munandir, 1996:92 dalam kaji ulangnya terhadap teorinya menekankan kembali bahwa pemilihan pekerjaan merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung seumur hidup bagi mereka yang mencari kepuasan dari pekerjaannya. Keadaan ini mengharuskan mereka berulang-ulang melakukan penilaian kembali, dengan maksud mereka dapat lebih mencocokkan tujuan-tujuan karier yang terus berubah-ubah dengan kenyataan dunia kerja. Keterkaitan pada penelitian ini, maka pengenalan terhadap minat, kapasitas yang dimiliki siswa dan perangkat nilai yang dianutnya akan sangat diperlukan oleh guru pembimbing. Dalam hal upaya mengembangkan, membina, dan mengarahkan siswa pada pola-pola vokasional atau pemilihan pendidikan yang tepat dan selaras dengan kondisi dan perencanaan karier mereka. 15

2. Pengertian Perencanaan Karier

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA TERHADAP KEGIATAN KEPRAMUKAAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 1 DEMAK TAHUN 2012 2013

4 81 216

PENGARUH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 17 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 3 26

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 6 PERCUT SEI TUAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 1 18

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK DISKUSI KELOMPOK TERHADAPKEBIASAAN BELAJAR SISWA YANG BERPRESTASI RENDAH KELAS VIII SMP SANTO THOMAS 3 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 22

Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Juwana Tahun Pelajaran 2009/2010.

0 0 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X.5 DI SMA NEGERI 2 UNGARAN.

0 5 97

PENINGKATAN KOHESIVITAS KELOMPOK MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK HOMEROOM PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 14 YOGYAKARTA.

1 7 176

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PERMAINAN ULARTANGGA PADA SISWA KELAS VIII E DI SMP NEGERI 3 SEMARANG TAHUN AJARAN 2015 2016. -

2 9 59

View of PENGARUH TEKNIK DISKUSI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS VII H SMP NEGERI 21 SURABAYA

0 1 8

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII E SMP N 2 JAKEN

0 1 26