1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial selalu memiliki ketergantungan terhadap orang lain. Untuk memfasilitasi ketergantungan tersebut manusia pun melakukan
proses komunikasi. Manusia melakukan komunikasi dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan bahasa. Alat komunikasi ini digunakan manusia untuk
bertukar pikiran, mengutarakan perasaan, serta menyampaikan gagasan. Agar gagasan dan perasaan yang disampaikan seseorang dapat diterima oleh pihak lain,
manusia harus memiliki keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek yaitu, menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Dalam keterampilan berbahasa tersebut, aspek yang digunakan untuk berkomunikasi bukan hanya aspek berbicara, menulis pun
dapat digunakan sebagai salah satu alat komunikasi yang efektif karena dengan tulisan seseorang dapat menyampaikan gagasannya ke setiap orang tanpa dibatasi
waktu. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kompetensi
berbahasa paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kompetensi menyimak, berbicara, dan membaca.
1
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, baik sekolah negeri maupun swasta, siswa dituntut untuk terampil menulis. Adanya
kompetensi menulis akan membuat siswa menjadi terlatih untuk menuangkan idepikiran dan informasi dalam wacana tulis berbentuk teks deskripsi, narasi,
eksposisi, persuasi dan argumentasi, ringkasanrangkuman, laporan, karya ilmiah, makalah, ataupun berbagai bentuk surat. Tarigan berpendapat bahwa keterampilan
menulis erat sekali hubungannya dengan keterampilan lain. Apabila kita melihat pendapat tersebut, memang keterampilan menulis tidak bisa dipisahkan dari
keterampilan lainnya seperti keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca.
2
1
Burhan Nurgiantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa, Yogyakarta: BPFE, 2010, hlm. 422.
2
Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 1994, hlm. 2.
2
Sama halnya dengan keterampilan berbahasa yang lain, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan latihan agar dapat dikuasai
dengan baik. Menulis juga memerlukan keterampilan yang cukup banyak seperti pilihan kata, keterkaitan paragraf, gaya bahasa, dan sebagainya. Oleh sebab itu,
pembelajaran menulis harus mendapatkan perhatian lebih agar keterampilan menulis yang dianggap kompleks dan rumit dapat dikuasai dengan mudah. Fakta
menunjukkan bahwa menulis dianggap sebagai kegiatan yang membosankan. Pembelajaran menulis di sekolah dianggap sebagai pengisi waktu kosong jika
guru mata pelajaran bahasa Indonesia sedang ada keperluan lain atau tidak dapat masuk untuk mengajar. Biasanya siswa diperintahkan menulis spontan tanpa
dibekali pengetahuan yang memadai tentang menulis. Nurgiyantoro menyatakan bahwa banyak yang gagal dan menyerah dalam
menulis, karena menulis dianggap melelahkan dan sulit. Hal ini bukan berarti ada siswa yang tidak memiliki potensi untuk mampu menulis, tetapi dapatkah seorang
guru bahasa dan sastra Indonesia membangkitkan minat siswa untuk menulis? Apa yang menyebabkan siswa enggan menulis? Cara apa yang digunakan guru
untuk membangkitkan minat siswa dalam menulis? Metode apa yang tepat untuk dipergunakan agar siswa dapat mengembangkan minat menulisnya?
Berbagai pertanyaan yang muncul tersebut di atas harus dijadikan motivasi seorang pendidik untuk mengubah paradigma siswa tentang menulis. Seorang
guru harus kreatif dalam melaksanakan pengajaran dan memberikan motivasi belajar yang baik sehingga minat menulis siswa dapat lebih tergali. Oleh karena
itu, variasi metode dan teknik pembelajaran menulis perlu diperhatikan, agar siswa benar-benar memperoleh kompetensi atau keterampilan menulis tersebut.
Mengenai materi menulis pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam sastra, dikenal adanya menulis resensi. Menulis resensi
merupakan kegiatan menulis yang memerlukan ingatan yang berintegrasi dengan kegiatan membaca karena seseorang harus cerdas membaca terlebih dahulu
sebelum melakukan kegiatan meresensi. Menulis resensi buku, selain akan mengefektifkan kegiatan membaca, juga akan membuat diri kita dapat berlatih
mengungkapkan pemahaman kita terhadap sebuah gagasan secara tertulis.
3
3
Hernowo. Quantum Reading, Bandung: MLC, 2005. hlm. 194.
3
Meskipun kegiatan meresensi buku dapat meningkatkan dua aspek keterampilan berbahasa sekaligus, pada kenyataannya kegiatan meresensi buku
tidak disenangi oleh siswa. Padahal, meresensi buku dapat membantu siswa untuk mengingat isi dan manfaat buku yang telah dibacanya. Menulis resensi dianggap
membosankan karena siswa harus melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu membaca kemudian menuliskan kembali bagian-bagian penting dari isi bacaan.
Dengan demikian, guru harus memberikan pembelajaran yang menarik dengan mengembangkan atau memanfaatkan strategi, metode, teknik, serta media
pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa. Hal inilah yang membangkitkan motivasi penulis untuk melakukan penelitian dengan memberikan
pembelajaran menulis yang menarik kepada siswa. Pembelajaran menulis resensi yang diajukan dalam penelitian ini dan
diberikan kepada siswa adalah pembelajaran menulis resensi novel. Peneliti memilih novel sebagai media pembelajaran karena disesuaikan dengan tingkatan
pendidikan dan usia objek penelitian yang akan menerima kegiatan pembelajaran ini. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Plus Khadijah Islamic
School Cilandak, Jakarta Selatan. Pada umumnya anak yang sedang menempuh pendidikan di kelas XII merupakan anak remaja yang beranjak dewasa yang mulai
menyenangi bacaan-bacaan yang tidak lagi ringan seperti cerpen, melainkan novel-novel yang bercerita tentang dunia dan gaya hidup anak remaja seusia
mereka. Kegiatan pembelajaran menulis resensi novel yang diberikan kepada siswa kelas XII ini menggunakan teknik Memotong dan Merekatkan Cutting-
Gluing. Teknik ini diberikan kepada siswa karena menurut peneliti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik ini cukup menarik dan dapat
menumbuhkan motivasi siswa untuk menyenangi kegiatan menulis resensi. Teknik cutting-gluing dilakukan dengan cara “memotong” dan “merekatkan”
materi yang ada di dalam buku. Dengan kegiatan ini diharapkan tidak ada lagi siswa yang bersantai dalam kegiatan menulis. Siswa akan disibukkan dengan
pencarian hal-hal yang menarik bagi siswa dalam hal isi novel yang telah dibacanya. Kegiatan ini tidak berhenti ketika siswa selesai menemukan hal
menarik dan penting. Selanjutnya siswa harus melakukan kegiatan “merekatkan” hal-hal menarik dan penting tersebut sehingga menjadi sebuah tulisan yang mudah
dibaca dan dipahami oleh orang yang membaca tulisannya. Dengan penggunaan
4
teknik ini diharapkan dapat merangsang dan memotivasi siswa untuk menuliskan sebuah pemahaman dari bacaan dengan sungguh-sungguh.
Untuk mengetahui keberhasilan penggunaan teknik memotong dan merekatkan dengan pembelajaran menulis resensi ini, peneliti bermaksud
mengangkat permasalahan tersebut melalui sebuah penelitian yang berjudul “Penerapan Teknik Memotong dan Merekatkan Cutting-Gluing dalam
Pembelajaran Menulis Resensi Novel Pada Siswa Kelas XII SMA Plus Khadijah Islamic School Cilandak, Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2010-2011”.
B. Identifikasi Masalah