1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian,
dan manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
“Pendidikan adalah proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi, mempengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang
dilaksanakan oleh para pendidik kepada anak didik untuk membebaskan kebodohan, meningkatkan pengetahuan, dan membentuk pribadi yang lebih baik
dan bermanfaat bagi kehidupan sehari- hari” Salahuddin, 2011:22. Hal ini lebih
menegaskan kepada para pendidik untuk memperbanyak ilmu pengetahuannya agar ilmu yang akan diberikan oleh peserta didik kelak adalah ilmu yang baru dan
mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju. Ilmu yang baru dan mengikuti perkembangan zaman adalah mengenai bagaimana tujuan kegiatan
belajar dan mengajar dapat tercapai. Kegiatan belajar yang berkualitas ditentukan oleh bagaimana materi yang
diajarkan dapat dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan dalam
kegiatan belajar tersebut adalah dengan memperbaiki proses kegiatan belajarnya atau proses pembelajarannya. Dalam hal ini, guru memiliki peran yang besar
dalam memperbaiki proses pembelajaran tersebut.
Dalam memperbaiki proses pembelajaran, guru dapat memulai dengan mengasah kemampuan siswa secara aktif yaitu aktif dalam menyelesaikan
permasalahan dan aktif dalam bertanya. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar ini akan lebih membangun pengetahuan siswa secara alami dengan
guru berguna sebagai fasilitator. Pembelajaran yang berpusat pada siswa akan lebih memperlihatkan potensi yang dimiliki oleh siswa dan pembelajaranpun akan
menjadi lebih bermakna. Di lembaga pendidikan sekolah, siswa akan mengenal berbagai mata
pelajaran, seperti Ilmu Pengetahuan Alam IPA, Ilmu Pengetahuan Sosial IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan sebagainya. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
merupakan mata pelajaran yang penting karena memiliki peranan dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil
bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik Susanto, 2013:143. Menurut Susanto, berkaitan dengan
KTSP, Pemerintah telah memberikan arah yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS, yaitu: 1 Mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2 Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan-keterampilan dalam kehidupan sosial, 3 Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan 4 Memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Susanto, 2013:149.
Berdasarkan observasi yang dilaksanakan pada tanggal 01 Oktober 2013 pada kelas IV di SD Kanisius Klepu, guru masih terlihat mendominasi dalam
mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Pada saat kegiatan tanya jawab, hanya siswa tertentu saja yang bertanya dan mampu menjawab pertanyaan dari
guru, sedangkan siswa yang lain hanya diam bahkan berbicara dengan teman sebelahnya. Hal ini membuat keaktifan siswa sangat kurang, siswa juga banyak
yang mengalami kebosanan. Peneliti melakukan kegiatan observasi kembali di kelas IV untuk
mendapatkan data hasil kondisi awal keaktifan siswa tanggal 25 Februari 2014. Rata-rata kondisi awal keaktifan siswa adalah 53 dan termasuk kategori rendah.
Kondisi belajar saat pelajaran berlangsung, siswa tidak memiliki perbedaan yang jauh dengan observasi yang pertama. Guru masih terlihat mendominasi dalam
mengajar dengan aktif menjelaskan di depan. Selain itu, masih terlihat siswa yang sama yang mendominasi dalam belajar, baik saat kegiatan bertanya maupun
menjawab pertanyaan dari guru. Siswa yang lain hanya diam dan memperhatikan siswa yang aktif dalam bertanya. Dengan kegiatan observasi tersebut maka dapat
terlihat bahwa keaktifan siswa dalam belajar masih belum nampak. Selain kegiatan observasi, peneliti juga melaksanakan wawancara pada 01
Oktober 2013 dengan Ibu Nimas Palmasari, S. Pd selaku guru kelas IV mengenai pembelajaran IPS SD Kanisius Klepu. Peneliti memperoleh informasi bahwa
pelajaran IPS merupakan pelajaran yang sulit. Pelajaran IPS banyak menggunakan hafalan sehingga hal ini membuat guru menjadi bingung harus menggunakan
metode yang paling cocok. Guru pun mengakui bahwa beliau sering
menggunakan metode ceramah dan membuatkan catatan untuk dipelajari siswa. Alasannya, materi IPS masih abstrak dan perlu dijelaskan secara detail agar siswa
memahami materi. Selain itu, terdapat pula materi pelajaran di luar kehidupan siswa. Siswa belum memiliki pengetahuan awal dan saat mendapat materi
pelajaran itu, siswa pun menjadi bingung bahkan pada akhirnya mengalami kesulitan dalam memahami. Guru pun mengeluhkan mengenai keaktifan siswa
dalam belajar. Guru sudah mengatur strategi dengan menempatkan siswa-siswa yang memiliki prestasi dan keaktifan belajar yang baik dengan duduk di belakang
serta duduk bersama siswa yang memiliki prestasi yang kurang, tetapi hal tersebut tidak memberikan perbedaan yang maksimal, melainkan masih tetap sama. Siswa
yang aktif semakin aktif, siswa yang diam semakin diam. Peneliti juga memperoleh informasi tentang prestasi belajar IPS kelas IV
SD Kanisius Klepu dengan menggunakan nilai ulangan harian. Nilai ulangan h
arian tersebut merupakan hasil belajar pada materi “mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi,
dan transportasi
serta pengalaman
menggunakannya”. Berikut ini adalah data kondisi awal siswa dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Data Kondisi Awal Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IV SD Kanisius Klepu
Tahun KKM
Ketuntasan Rata-rata
nilai Ya
Tidak Jumlah Siswa
20122013 60
20 siswa 66,7
10 siswa 33,3
30 siswa 62
Sumber: Data nilai kelas IV tahun ajaran 20122013.
Berdasarkan daftar tabel di atas, tahun 20122013 didapatkan bahwa dari 30 siswa terdapat 10 siswa mendapat nilai di bawah 60 dan 20 siswa mencapai
ketuntasan dengan perincian sebagai berikut: 7 siswa mendapat nilai mencapai 60, 13 siswa mendapat nilai di atas 60 dan 10 siswa mendapat nilai di bawah 60. Pada
tahun 20122013, ketuntasan mencapai 66,7 sedangkan yang tidak mencapai ketuntasan adalah 33,3 sehingga rata-rata nilainya adalah 62.
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di SD Kanisius Klepu pada mata pelajaran IPS, peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dan secara khusus memilih tipe Jigsaw II untuk meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa. Peneliti memilih model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II karena model pembelajaran ini mampu memecahkan kesulitan belajar dengan cara bekerja kelompok yaitu tim ahli dan tim asal. Selain
itu, siswa dapat menghargai pendapat orang lain dan belajar memberikan pendapat. Alasan lainnya dapat meningkatkan sikap toleransi dan relasi antar
siswa, adanya penghargaan kepada siswa sehingga hal tersebut akan menarik perhatian siswa dan mampu meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa.
Peneliti lebih memilih model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dibandingkan dengan tipe Jigsaw lainnya dikarenakan memiliki keunggulan dalam hal
penskoran dan reward, misalnya penskoran digunakan untuk melihat kemajuan siswa dengan adanya poin kemajuan. Selain itu, reward diberikan kepada
kelompok yang mendapatkan skor sesuai dengan kriteria. Hal ini akan lebih memacu siswa untuk aktif dalam belajar.
Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul:
“Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Klepu Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw II ”.
B. Pembatasan Masalah