tertentu tersebut apoteker tidak ada di apotek. Hal ini tidak berlaku apabila dalam satu apotek terdapat apoteker pendamping dimana apabila salah satu apoteker
tidak dapat hadir apoteker yang lain menggantikannya.
b. Lama waktu keberadaan di apotek.
Berdasarkan data penelitian dapat dilihat bahwa persentasi terbesar lama waktu keberadaan apoteker di apotek adalah 5-7 jam sebesar 40 jika dikaitkan
dengan jam buka apotek gambar 7 88 diatas 10 jam maka kemungkinan bahwa sebagian besar aktivitas pelayanan apotek dilakukan oleh asisten apoteker dan
petugas apotek lainnya atau bisa juga dilakukan oleh apoteker pendamping atau
pengganti. Tabel V. Lama waktu keberadaan responden di-25 apotek
di Kota Yogyakarta.
No Lama waktu keberadaan
APA Jumlah
Prosentase n = 25
1 Kurang dari 2 jam
2 2-4 jam
8 32
3 5-7 jam
10 40 4 Selama
jam buka
apotek 3
12 5 Lainnya
4 16
Total 25
100
Keterangan : Lainnya : 7-9 jam dan 10 jam dengan persentasi sama yaitu 8.
c. Frekuensi rata-rata kehadiran di apotek dalam seminggu
Apotek-apotek dalam penelitian ini memiliki jam buka apotek yang sama dalam satu minggu, yaitu buka dari Senin sampai Sabtu mulai dari pagi
sampai malam hari dan minggu buka dari sore hari sampai malam hari dengan jam buka yang bervariasi.
Frekuensi kehadiran responden ke apotek dalam seminggu terbagi atas dua bagian, yaitu frekuensi kehadiran responden PSA dan Frekuensi kehadiran
responden bukan PSA. Diharapkan apoteker dapat hadir setiap hari pada jam buka apotek untuk dapat melakukan pelayanan farmasi khususnya pelayanan informasi
obat. Frekuensi rata-rata kehadiran apoteker dalam satu minggu dapat dilihat pada tabel VI dan tabel VII.
Tabel VI. Frekuensi kehadiran responden PSA dalam seminggu No
Frekuensi kehadiran responden dalam
seminggu Jumlah
Prosentase N = 25
1 1-3 kali
1 4 2 4-6
kali 4 16
3 Setiap hari
6 24
Total 11
44 Tabel VII. Frekuensi kehadiran responden bukan PSA dalam seminggu
No Frekuensi kehadiran
responden dalam seminggu
Jumlah Prosentase
N = 25 1 1-3
kali 3 12
2 4-6 kali
3 12 3 Setiap
hari 8
32
Total 14
56 d. Alasan responden apabila tidak bisa hadir ke apotek
Dari hasil penelitian didapat beragam alasan dari responden mengapa tidak bisa hadir ke apotek. Alasan yang paling banyak dikemukakan adalah sakit,
kemudian alasan selanjutnya adalah tugas atau pekerjaan yang tidak bisa diwakilkan misalnya mengajar di suatu universitas, rapat pekerjaan atau seminar
tertentu, undangan-undangan penting, kemudian urusan keluarga, alasan lainnya
dinas keluar kota, keperluan lain dan capek. Hal ini apabila dihubungkan dengan kehadiran Apoteker di apotek ada yang 1-3 kali seminggu, 4-6 kali seminggu dan
setiap hari berarti apabila Apoteker tidak bisa hadir di apotek kemungkinan terjadi alasan-alasan seperti yang dikemukakan di atas. Data tersebut dapat dilihat pada
tabel VIII.
Tabel VIII. Alasan responden apabila tidak bisa hadir ke apotek No
Alasan responden tidak bisa hadir ke apotek
Jumlah Prosentase
N = 25
1 Sakit 10 40
2 Tugas atau pekerjaan yang
tidak bisa diwakilkan 9 36
3 Urusan keluarga
4 16
4 Keperluan lain
3 12
5 Dinas keluar kota
2 8
6 Capek 1 4
e. Yang menggantikan responden apabila berhalangan hadir di apotek.
75 25
asisten apoteker lainnya
Gambar 10. Yang menggantikan apabila berhalangan hadir
Keterangan : lainnya : pemilik apotek dan apoteker selalu mengusahakan hadir di
apotek
Peraturan Menteri Kesehatan No.922 Tahun 1993 pasal 22 menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, Apoteker dapat dibantu oleh
asisten apoteker. Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek dibawah pengawasan apoteker, sehingga keberadaan asisten apoteker di apotek
bukan untuk menggantikan apoteker melainkan untuk membantu apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Dari hasil penelitian didapat bahwa 75
responden memiliki asisten apoteker yang menggantikannya apabila tidak dapat hadir di apotek. Hal ini tidak sesuai dengan Permenkes No.922 tahun 1993 pasal
22 yang menyebutkan apabila asisten apoteker membantu apoteker berarti apoteker tersebut berada ditempat untuk dibantu bukan untuk digantikan. Dari
75 responden menyatakan bahwa tugas asisten apoteker terbatas pada pelayanan resep, penyerahan obat dan konsultasi sederhana serta dipantau atau
berkomunikasi bila ada masalah yang sulit diselesaikan oleh asisten apoteker sedangkan 25 responden apabila berhalangan hadir yang menggantikannya
adalah pemilik apotek padahal menurut Kepmenkes no.1332MenkesSKX2002 pasal 1 menyebutkan bahwa Surat Izin Apotek diberikan oleh menteri kepada
Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek. Selain itu juga juga responden yang mengusahakan
untuk selalu hadir pada jam buka apotek.
C. Profil responden dalam memberikan pelayanan informasi obat
1. Jenis pelayanan yang diberikan responden.
Berdasarkan penelitian, pelayanan yang paling banyak diberikan oleh responden pada saat bertugas adalah membantu memilihkan obat 100, sebagai
sumber informasi obat dan melayani resep dokter dengan prosentase yang sama sebesar 84, membantu menegakkan diagnosis untuk penyakit ringan sebesar
76 dan lainnya yaitu : menemui sales-sales, order obat dan membuat laporan- laporan sebesar 16. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui peran
dan kewajibannya sebagai drug informer di dalam masyarakat. Gambaran mengenai pelayanan yang diberikan responden pada saat
bertugas di apotek dapat dilihat pada tabel IX.
Tabel IX. Jenis pelayanan yang diberikan responden di-25 apotek di Kota Yogyakarta
No Jenis pelayanan
Jumlah Prosentase n = 25
1 Melayani resep dokter
21 84
2 Membantu menegakkan
diagnostik untuk penyakit ringan
19 76 3 Membantu
memilihkan obat 25 100
4 Sumber informasi 21
84 5 Lainnya 4
16 keterangan :
Lainnya : Menemui sales-sales, order obat, dan membuat laporan.
2. Keterlibatan responden secara aktif dalam pelayanan resep obat.
Peran nyata apoteker sebagai drug informer dapat terlihat melalui keterlibatan apoteker secara aktif dalam pelayanan resep dan penyerahan obat
kepada pasien. Keterlibatan apoteker dalam pelayanan resep pasien dapat dilihat pada Gambar 11.
Proses terakhir dalam suatu rangkaian pelayanan resep pasien adalah proses penyerahan obat dan pada saat penyerahan obat tersebut disertai dengan
pemberian informasi obat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 96 responden menyatakan secara aktif terlibat dalam pelayanan resep pasien
sedangkan 4 menyatakan tidak selalu dan kadang pelayanan resep pasien dilakukan oleh asisten apoteker.
96 4
terlibat aktif tidak terlibat aktif
Gambar 11. keterlibatan responden dalam pelayanan resep obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta
3. Keterlibatan responden dalam penyerahan obat
Pada saat pasien membeli obat baik dengan resep dokter maupun tanpa resep dokter, proses akhir dari pembelian obat tersebut adalah penyerahan obat.
Pada saat proses penyerahan obat ini apoteker dapat memberikan informasi obat kepada pasien. Gambaran mengenai keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat
kepada pasien selama berada di apotek dapat dilihat pada gambar 12.
12
88
terlibat aktif tidak terlibat aktif
Gambar 12. Keterlibatan responden dalam penyerahan obat kepada pasien selama berada di apotek