Apotek Apoteker PENELAAHAN PUSTAKA

Indonesia bab I pasal 7 yaitu seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesi bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan pendidikan kesehatan, dan juga permenkes RI No.1027MENKESSKIX2004 tentang standart pelayanan kefarmasian di apotek bab III No. 1.2.5 menyebutkan bahwa apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi Anonim, 2004. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 53 menyebutkan bahwa: 1 Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. 2 Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. 3 Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan. 4 Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi obat, untuk itu apotek harus memiliki tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosurmateri informasi dan ruangan tertutup untuk konsultasi bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leafletbrosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya Anonim 2004. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 pasal 22 tentang tenaga kesehatan menyebutkan bahwa: 1 Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk: a. menghormati hak pasien; b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien; c. memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan; d. meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan; e. membuat dan memelihara rekam medis; 2 Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut oleh Menteri. Di kalangan masyarakat seorang clinical pharmacist yang bekerja di community pharmacy, bukan saja partner yang berharga bagi dokter dalam prakteknya private practice tetapi juga sangat bermanfaat sebagai seorang ahli yang mampu untuk menasihati dan membimbing masyarakat sekitarnya dalam hal pemakaian obat Lembong, 1999. Menurut Kode Etik Apoteker pasal 6 menyebutkan bahwa seorang Apoteker Farmasis harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain dan pasal 7 menyebutkan bahwa seorang Apoteker Farmasis harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.

C. Informasi Obat

Informasi obat adalah keterangan hal ikhwal obat terutama yang dapat mendukung tercapainya tujuan pengobatanterapi berbentuk data terdokumentasi yang bersifat objektif, diturunkan secara ilmiah yang menyangkut farmakologi, toksikologi, beserta penggunaan obat dalam terapi Mulyono,1996. Informasi obat dan informasi proses terapi yang objektif selalu diperlukan dari waktu ke waktu dalam sistem pelayanan kesehatan baik oleh kebijakan, pengelolaan pelayanan, pelaku pelayanan, atau bahkan oleh pasien dan masyarakat pada umumnya. Sistem pelayanan informasi obat dan pengobatan seharusnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan itu sendiri Suryawati, 1997. Salah satu wujud pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan obat. Tujuan utamanya adalah agar masyarakat mendapatkan obat bermutu baik, dengan informasi selengkap-lengkapnya Sudarwanto, 1996. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain: dengan penyebarab lefleatbrosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya Anonim 2004. Tujuan edukasi terhadap pasien adalah penyediaan informasi kesehatan terutama yang menyangkut OTR Obat Tanpa Resep. Informasi ini haruslah yang tepat, dapat dimengerti, dan praktis. Tepat berarti ada dasar teorinya dan sesuai dengan kebutuhan pemakai, dapat dimengerti berarti disampaikan dalam bahasa sehari-hari dan diusahakan jangan menggunakan istilah medis sedangkan praktis berarti singkat dan mudah dimengerti segera, jumlah informasi sesuaispesifik untuk pemakai. Tujuan edukasi pasien lainnya adalah untuk mengubah sikap atau permasalahan kesehatan, sehingga mencapai pola hidup yang lebih baik dengan usaha sendiri Suhadi, 1997. Apoteker wajib dan bertanggungjawab untuk memberikan informasi obat baik dengan resep ataupun tanpa resep dokter dan apoteker harus memberikan informasi mengenai resiko penggunaan obat tanpa pengawasan dokter. Dalam hal ini apoteker perlu mengambil sikap yang lebih profesional. Apabila dalam penggunaan obat tanpa resep tidak segera meringankan penyakit, apoteker dapat menyarankan penderita untuk segera periksa kepada dokter Anief, 1997. Berdasarkan pada UU Kesehatan No.23 Th 1992 pasal 53 2, tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Dalam penjelasan pasal tersebut hak pasien antara lain adalah hak mendapatkan informasi obat. Permenkes No.922MenkesPerX1993 Pasal 10 c menyebutkan bahwa pengelolaan apotek meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi. Pasal 15 2 Apoteker wajib memberikan informasi : a yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien. b penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat. UU perlindungan konsumen No.8 Th.1999 Bab III Pasal 4 meliputi : a. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa. b. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan. c. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen. Kewajiban apoteker terhadap masyarakat : 2 seorang apoteker dalam rangka pengabdian profesinya harus bersedia menyumbang keahlian dan pengetahuannya. 5 seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesi bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan pendidikan kesehatan. Anonim, 1999a Berdasarkan inisiatif apoteker, jenis-jenis informasi obat terdiri dari : 1 informasi bersifat pasif, yaitu apoteker menjawab atau memberi respon pada pertanyaan pasien,dokter dan lainnya.

Dokumen yang terkait

Gambaran Peran Apoteker Dalam Pelayanan Konseling di Apotek Wilayah Kota Medan

3 20 124

Gambaran Peran Apoteker Dalam Pelayanan Konseling di Apotek Wilayah Kota Medan

0 25 124

Perbandingan hasil wawancara kegiatan pelayanan informasi obat terhadap apoteker pengelola apotek pada dua apotek swasta di Yogyakarta.

0 0 2

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan di apotek berbintang dua di Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta periode Juli-September 2012.

2 5 127

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan di apotek berbintang satu di Kecamatan Gondokusuman, Tegalrejo, dan Umbulharjo di kota Yogyakarta periode Juli - September 2012.

0 1 122

Persepsi apoteker pengelola apotek di Kota Yogyakarta terhadap perannya dalam pelayanan resep selama di apotek.

5 34 139

Gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker di-25 apotek di Kota Yogyakarta periode Juli-September 2004 - USD Repository

0 0 90

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan di apotek berbintang satu di Kecamatan Gondokusuman, Tegalrejo, dan Umbulharjo di kota Yogyakarta periode Juli - September 2012 - USD Repository

0 0 120

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan di apotek berbintang dua di Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta periode Juli-September 2012 - USD Repository

0 0 125

Penerapan standar pelayanan kefarmasian pada pasien asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 167