responden memberikan pelayanan informasi obat tetapi ini tidak berlaku bagi responden yang tidak aktif dan tidak hadir setiap hari di apotek.
e. Pekerjaan lain
Responden yang bekerja rangkap di dua tempat dapat menyebabkan terlalu lelah, berkurangnya tenaga, maupun konsentrasi sehingga kemungkinan
bisa terjadi kekeliruan-kekeliruan terutama dalam pelayanan obat dengan resep dokter Hartono, 2003. Apabila responden terlalu lelah dan berkurang tenaga
serta konsentrasinya berkurang kemungkinan bisa terjadi kekeliruan dalam memberikan informasi obat.
Dari hasil penelitian didapat 52 responden tidak memiliki pekerjaan lain sedangkan sisanya 48 memiliki pekerjaan lain. Pekerjaan lain tersebut
antara lain : Dosen 16, Pegawai Negeri Sipil 20, dan wiraswasta 12. Hal ini berarti 48 apoteker tersebut tidak dapat sepenuhnya berada di apotek
selama apotek buka dan memberikan pelayanan informasi obat karena apoteker tersebut bekerja pada institusi lain, misalkan : apoteker yang juga bekerja sebagai
dosen atau pegawai negeri sipil. Ini tidak sesuai dengan standart prosedur operasional farmasis di apotek yang menyebutkan bahwa farmasis dalam hal ini
apoteker harus mudah ditemui, menyediakan waktu, bisa berempati, menunjukkan ketertarikan, perhatian, bersahabat, asertif dan mentaati prosedur yang berlaku
ISFI, 2004. Permenkes No. 1332MENKESX2002 menyebutkan apabila APA
berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. Hal ini berarti apabila apoteker berhalangan hadir maka
apoteker harus menunjuk apoteker pendamping yang dapat menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek sehingga tugas apoteker sebagai drug
informer tetap berjalan. Meskipun hampir separuh responden memiliki pekerjaan lain diharapkan mereka bisa membagi waktu kerjanya sehingga tugas dan
tanggung jawab di apotek tidak terbengkalai atau tidak ditinggalkan.
Gambaran tentang pekerjaan responden selain sebagai apoteker di apotek dapat dilihat pada gambar 5.
52 16
20 12
tidak ada dosen
pegawai negeri sipil
wiraswasta
Gambar 5. Pekerjaan lain responden yang memberikan pelayanan informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta
f. Penghasilan perbulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentasi penghasilan tertinggi responden adalah lebih dari 1 juta sampai dengan kurang dari 2 juta yaitu
56, kemudian lebih dari 2 juta rupiah.yaitu 36 dan terakhir 501 ribu sampai dengan 1 juta rupiah yaitu 8.
Dari persentasi penghasilan perbulan dapat terlihat bahwa penghasilan walaupun bukan faktor mutlak, relatif berpengaruh dalam semangat kerja
responden, serta dapat menentukan besarnya kesempatan yang didapat oleh responden untuk mengembangkan dirinya serta memperoleh wawasan yang lebih
luas. Salah satu contoh dalam hal ini, misalnya: meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga ilmu yang didapat dapat disumbangkan kepada
masyarakat, memanfaatkan media internet, membeli buku atau media massa sehingga dapat mengetahui perkembangan kefarmasian di era globalisasi, semua
hal ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Apoteker yang penghasilannya kurang, kemungkinan agak kesulitan untuk mendapatkan hal-hal tersebut.
8
56 36
500 ribu 501 ribu-1 juta
1 juta-2 juta 2 juta
Gambar 6. Tingkat penghasilan responden yang memberikan pelayanan informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta.
2. Karakteristik apotek a.
Jam buka dalam satu hari
Setiap apotek memiliki jam buka apotek yang bervariasi tergantung kebijakan dari tiap-tiap apotek. Data mengenai jam buka apotek dalam satu hari
dapat dilihat pada gambar 7.