Keuntungan-keuntungan yang diperoleh pada saat memberikan

55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dari data karakteristik apoteker diperoleh hasil bahwa sebagian besar apoteker 76 adalah wanita dengan umur antara 25-35 tahun 60 dengan tingkat pendidikan apoteker 84, memiliki lama masa kerja 1-5 tahun 40, tidak memiliki pekerjaan lain selain APA 52 dan berpenghasilan 1-2 juta 56. Dari data karakteristik apotek diperoleh data bahwa jam buka apotek76 umumnya adalah 10-14 jam dengan jam sibuk 60 antara jam 18.00-21.00 dan 88 apotek membuka jam konsultasi 2. Dari data penelitian diperoleh hasil bahwa profil kehadiran apoteker sebagai PSA dan bukan PSA adalah sama yaitu setiap hari antara jam 17.00-21.00 alasan tidak bisa hadir di apotek adalah sakit 40 dan digantikan oleh asisten apoteker 75. 3. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker adalah 96 apoteker terlibat aktif dalam pelayanan resep. 88 apoteker tidak terlibat secara aktif saat penyerahan obat dan digantikan oleh asisten apoteker. 56 apoteker tidak memberikan informasi obat dengan 16 alasan bahwa pembeli dianggap sudah tau dari package insertkemasanbrosur. 88 apoteker melakukan lebih dari 3 cakupan upaya. 4. Gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker pada jam konsultasi adalah 80 apoteker beranggapan bahwa jam konsultasi perlu diadakan. 76 apoteker hadir pada jam konsultasi. 64 apoteker menyatakan jam konsultasi ada manfaatnya yaitu untuk meningkatkan peran apoteker untuk komunikasi dan edukasi serta pelayanan pada masyarakat. Selain memberi informasi obat pada jam konsultasi, apoteker 100 juga melayani konsultasi obat diluar jam konsultasi. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi apoteker dalam memberikan informasi obat salah satunya adalah status kepemilikan apotek dan faktor lain, yaitu: apoteker mendapatkan keuntungan-keuntungan pada saat memberikan informasi obat kepada pasien, yaitu dapat meningkatkan kepuasan kerja dan sebagai salah satu “professional” dalam team perawatan kesehatan 80.

B. saran

1. Apoteker harus selalu hadir di apotek untuk dapat memberikan informasi obat kepada pasien bila perlu apotek tidak buka bila tidak ada apoteker no pharmacist no service. 2. Apoteker ikut terlibat aktif di apotek dalam hal ini pada saat menerima resep, penyerahan obat dan pada jam konsultasi untuk memberikan informasi obat 3. Bahwa di apotek tidak hanya ada pelayanan informasi obat saja tetapi juga ada pharmaceutical care yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien antara lain aktif dalam pelayanan resep, konseling, promosi dan edukasi serta pelayanan residensial. 4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker di kota- kota lainnya. 57 DAFTAR PUSTAKA Anief, M., 1995, Manajemen Farmasi, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. Anief, M., 1997, Apa yang perlu diketahui tentang obat, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. Anonim, 1980, Peraturan Pemerintah Nomor : 25 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek, Jakarta. Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan No.347MENKESSKVII1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1992, Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1992 tentang Konsumen, Jakarta. Anonim, 1993a, Undang-Undang RI No.23 Tahun 1993 tentang Kesehatan, Jakarta. Anonim, 1993b, Peraturan Menteri Kesehatan No.922MENKESSKX1993 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1999a, Undang-Undang RI No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta. Anonim, 1999b, Surat Keputusan Kanwil DepKes Propinsi DIY No.PO.00.02.VI.3.590 tentang Perijinan dan Pengelolaan Apotek, Yogyakarta. Anonim, 2000, Surat Keputusan Kanwil DepKes Propinsi DIY No.PO.00.03.VIII.1.053 tentang Jam Konsultasi, Yogyakarta. Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan No.1332MENKESSKX2002 tentang Perubahan Atas Peraturan MenKes No.922MENKESPerX1993 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Jakarta. Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan No.1027MenKesSKX2004 tentang Standart Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Jakarta. Arthur, S. W., and Christopher, S.C., 1982, Principles Of Drug Information Service, 9, 55-57, Hamilton Press, Illinois.

Dokumen yang terkait

Gambaran Peran Apoteker Dalam Pelayanan Konseling di Apotek Wilayah Kota Medan

3 20 124

Gambaran Peran Apoteker Dalam Pelayanan Konseling di Apotek Wilayah Kota Medan

0 25 124

Perbandingan hasil wawancara kegiatan pelayanan informasi obat terhadap apoteker pengelola apotek pada dua apotek swasta di Yogyakarta.

0 0 2

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan di apotek berbintang dua di Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta periode Juli-September 2012.

2 5 127

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan di apotek berbintang satu di Kecamatan Gondokusuman, Tegalrejo, dan Umbulharjo di kota Yogyakarta periode Juli - September 2012.

0 1 122

Persepsi apoteker pengelola apotek di Kota Yogyakarta terhadap perannya dalam pelayanan resep selama di apotek.

5 34 139

Gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker di-25 apotek di Kota Yogyakarta periode Juli-September 2004 - USD Repository

0 0 90

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan di apotek berbintang satu di Kecamatan Gondokusuman, Tegalrejo, dan Umbulharjo di kota Yogyakarta periode Juli - September 2012 - USD Repository

0 0 120

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan di apotek berbintang dua di Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta periode Juli-September 2012 - USD Repository

0 0 125

Penerapan standar pelayanan kefarmasian pada pasien asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 167