II.5.6. Analisis ketersediaan sumber daya
Secara umum sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang atau jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia dan
dipandang sebagai sesuatu yang memiliki nilai ekonomi Fauzi 2004. Ensiklopedia Webster maupun Encarta Encarta dictionary 2005 mendefinisikan
sumber daya resource sebagai: 1. seseorang atau sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber bantuan atau
informasi 2. sumber persediaan atau cadangan kebutuhan sesuatu seperti orang, uang
atau peralatan 3. kemampuan untuk menemukan solusi dari permasalahan
4. dalam pengertian jamak sumber daya didefinisikan sebagai kemampuan bakat atau kapasitas alami yang tampil pada waktu yang dibutuhkan;
kekayaan aset alam, ekonomi, politik, militer suatu negara; aset perusahan perdagangan misalnya manusia, modal, mesin atau stok untuk
memperoleh keuntungan Beberapa tipe sumber daya yang dikenal adalah: 1 Sumber daya alam
SDA yaitu material alami yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti air, udara, lahan, hewan, tumbuhan dan bahan tambang
Fauzi 2004. 2 Sumber daya manusia SDM lebih diarahkan pada pemahaman peran manusia yang berkaitan dengan fungsi manajemen dan kemampuan
mengelola sumber daya alam. Menurut Siagian 2006 pendekatan sumber daya manusia sifatnya multidimensional. Pada aktifitas agroindustri ketersediaan sdm
lebih diarahkan pada ketersediaan tenaga kerja trampil profesional yang didukung program prasarana pendidikan dan pelatihan. 3 Sumber daya sosial
SDS yang berkaitan dengan peran organisasi formal maupun non formal pada kegiatan ekonomi. De Soto 2006 menggolongkan sumber daya sosial sebagai
properti nonformal dan kontrak-kontrak sosial. 4 Sumber daya teknologi SDT atau juga disebut sumber daya pembangunan menyangkut ketersediaan sarana
transportasi, teknologi informasi, peralatan mekanisasi pertanian sampai industri pengolahan hasil. Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman
yang harus dipertimbangkan dalam perumusan strategi David 2002.
III. METODE PENELITIAN
III.1. Kerangka pemikiran
Penelitian ini mencoba memadukan pendalaman konsep yang berkaitan dengan agroindustri, pembangunan wilayah, dan manajemen stratejik sebagai
konsep dasar penelitian dengan fokus strategi pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah melalui pendekatan alur pikir sistemik. Pendekatan
berbagai aspek yang berkaitan dengan faktor geofisik, keragaman agronomis, aspek ekonomi dan berbagai input aktifitas industri memberikan kriteria jamak
yang dapat dipakai dalam melakukan justifikasi unggulan agroindustri. Pendekatan metodologis yang menggabungkan teknik analisis kualitatif dan
teknik analisis kuantitatif diterapkan dengan memanfaatkan berbagai pola dan variabel pendukung. Menurut Moleong 2000 teknik kualitatif yang mengkaji
paradigma alamiah dan teknik kuantitatif yang mengkaji paradigma ilmiah tersebut dapat dipakai bersama dalam suatu penelitian . Kajian yang dilengkapi
dengan analisis lingkungan strategis merupakan input bagi penyusunan strategi pengembangan agroindustri.
Pada penelitian ini sesuai dengan lingkup kajian rekayasa model yang dikembangkan, pengumpulan data dan informasi juga memanfaatkan kaidah-
kaidah Sistem Keputusan Saaty 1996, strukturisasi sistem pengembangan, pendekatan matriks ketersediaan dan matriks opsional bagi perancangan berbagai
skenario pengembangan. Pakar yang dipilih untuk proses elisitasi dan akuisisi pengetahuan adalah
pada bidang keahlian teknologi pertanian , kelembagaan, bisnis industri dan pihak yang terkait adalah dari institusi Bapelitbang, Perindustrian dan Perdagangan,
PertanianPeternakan, Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi dan Pengusaha kalangan industri. Perumusan strategi dilakukan melalui pendalaman konsep-
konsep Strategic Management David 1998; McNamee 1992; Shrivastava 1994. Pemahaman konsep dasar penelitian dan usaha yang dilakukan untuk
merumuskan prilaku elemen-elemennya terekspresi sebagai kerangka pikir penelitian sebagaimana terlihat pada Gambar 7 yang akan menjadi acuan
penetapan tahap-tahap pengkajian konseptual maupun operasional penelitian.
tidak •
Keragaman agroindustri •
Karakter wilayah •
Optimalisasi peran •
Keterkaitan prilaku •
Preferensi •
Aspek kesesuaian lahan •
Aspek produksi •
Aspek basis ekonomi •
Aspek investasi •
Aspek tenaga kerja Justifikasi multi kriteria
Sistem seleksi agroindustri pilihan: o
Metode Justifikasi-Deterministik o
Metode Justifikasi-Logis eksplisit Peringkat unggulan
agroindustri
Sesuai
Gambar 7 Kerangka Pemikiran Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah MS-PAW
Akuisisi pendapat pakar o
Kajian informasi dasar o
Identifikasikriteria pakar o
Penetapan agroindustri pilihan o
Penetapan elemen kajian o
Prosedur analisis
Evaluasi lingkungan strategis Analisis SWOT
• Elemen faktor eksternal
• Elemen faktor internal
• Elemen strategi
Identifikasi struktur sistem Analisis ISM – VAXO
• Elemen sistem pengembangan
• Sub-elemen kunci pengembangan
• Klasifikasi sub-elemen kunci
Penetapan focus pengembangan Analisis AHP
• Elemen kriteria pengembangan
• Elemen sasaran alternatif
pengembangan •
Interaksi fokus pengembangan Formulasi strategi
A
Kajian skenario pengembangan Matriks Opsional
Korektif
Model Sistem Pengembangan Acuan
Kebijakan Strategis A
Implementasi strategi pengembangan
Kajian interaksi sumber daya dan focus pengembangan
Matriks Interaksi Ketersediaan •
Informasi lokasi potensial •
Informasi ketersediaan sumber daya •
Sensitifitas ketersediaan sumber daya Pendekatan kuantitatif
kualitatif
Evaluasi strategi pengembangan
• Skenario pengembangan sumber daya
• Skenario pengembangan bahan baku
Tahap formulasi strategi
Gambar 7 Kerangka Pemikiran Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah MS-PAW
lanjutan. Tahap implementasi strategi
Metode yang digunakan dalam menggali informasi dan pengetahuan adalah dengan melakukan wawancara mendalam sesuai dengan kecukupan informasi
yang dibutuhkan. Faktor-faktor dan kriteria pada strategi pengembangan selain bersifat kuantitatif-deterministik, juga banyak yang bersifat deskriptif-kualitatif.
Kuesioner digunakan sebagai alat bantu dalam wawancara. Sumber informasi lain yang digunakan adalah data sekunder berupa dokumentasi hasil penelitian
percobaan, laporan data statistik BPS dan Dinas atau instansi terkait serta Pusat Penelitian dan Pengembangan.
III.2. Pendekatan sistem
Dalam perencanaan dan implementasi pengembangan agroindustri yang menjadi bahan pertimbangan awal adalah kemampuan internal yang dimiliki
terutama faktor ketersediaan sumber daya yang sesuai dengan tujuan untuk menghasilkan produk tertentu, pengaruh faktor eksternal terutama peluang pasar
dari produk yang dihasilkan dan berbagai hambatan yang dapat menyebabkan kegagalan pengembangan, juga proses transformasi yang dibutuhkan..
Komponen-komponen inti dari proses transformasi seperti material bahan baku, tenaga kerja, teknologi, organisasi, komponen pendukung seperti biaya, kebijakan,
strategi dan lingkungan akan sangat menentukan kelangsungan usaha agroindustri pada semua tingkatan operasionalnya.
Dilihat dari keseluruhan aktivitas, mulai dari penelusuran dan pengelompokan ide, penetapan kebijakan sampai pelaksanaan kegiatan
operasional dilapangan maka aktivitas agroindustri adalah wujud dari suatu sistem. Sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berinteraksi dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang komplek. Ciri dari sistem adalah pada pola hubungan yang menentukan strukturnya.
Menurut Eryatno 2003 sistem merupakan totalitas himpunan hubungan yang mempunyai struktur dalam nilai posisional serta matra dimensional terutama
dimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu menurut Eryatno setiap pendekatan kesisteman selalu mengutamakan kajian tentang struktur sistem baik yang bersifat
penjelasan maupun sebagai dukungan kebijakan.
Pengkajian dengan pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap sejumlah
kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Flood dan Jackson 1990, menjelaskan ‘sistem’ sebagai suatu jaringan
yang sangat terkait dan kompleks dari bagian-bagian yang bersinergi. Suatu sistem berisi sejumlah elemen dan setiap elemen dapat berupa gugus sejumlah
sub-elemen dengan tingkat keeratan hubungan yang lebih tinggi. Kualitas peran setiap elemen maupun sub-elemen dapat berbeda dalam pencapaian tujuan suatu
sistem. Ketepatan dalam menganalisis peran setiap elemen maupun sub-elemen sangat menentukan keberhasilan dari suatu pengambilan keputusan.
Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan adalah tahap awal dalam penerapan metodologi sistem yang tujuannya mengidentifikasi pelaku aktor dari sistem dan menginventarisasi
kebutuhan setiap pelaku tersebut. Sistem pengembangan yang dirancang, dalam operasionalnya harus mampu memenuhi kebutuhan setiap pelaku baik pelaku
individual, kelompok, atau kelembagaan yang terkait dan terlibat dengan aktifitas agroindustri kajian sehigga perlu dilakukan identifikasi kebutuhan umum dan
spesifik dari setiap pelaku. Analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul
dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Identifikasi pelaku agroindustri dan kebutuhannya pada penelitian ini ditetapkan melalui pengkajian
yang dalam berdasarkan hasil suatu survei, pendapat ahli, diskusi, dan observasi lapang kemudian ditabulasi sebagaimana terlihat pada Tabel 2.
Formulasi permasalahan
Permasalahan yang terjadi pada pengembangan sistem dapat disebabkan karena interaksi antar respon setiap aktor yang terkait dengan kebutuhan yang
ingin dipenuhi. Kelompok kebutuhan antar pelaku dapat bersifat 1 sinergi atau saling mendukung, tetapi dapat juga bersifat 2 konflik kepentingan yang akan
saling mengganggu. Sebagai tantangan adalah bagaimana menselaraskan konflik kepentingan dengan pencapaian kebutuhan yang komplementer. Permasalahan
pada aspek operasional adalah lemahnya dukungan komponen inti input, proses, output agroindustri terhadap kebutuhan operasional dari hulu sampai hilir.
Permasalahan klasik strategis adalah lemahnya strategi manajemen yang digunakan sebagai landasan sistem pengembangan yang mampu mengoptimalkan
potensi agroindustri. Potensi-potensi yang dimiliki suatu wilayah merupakan keunggulan komparatif yang dapat dikembangkan sebagai keunggulan kompetitif
agroindustri. Kemampuan pengambil keputusan dalam memotret keseluruhan entitas dari suatu sistem dan kecermatan dalam melakukan kajian secara holistik,
sibernetik dan effektip akan menentukan keberhasilan pencapaian dari tujuan yang ditetapkan.
Tabel 2 Identifikasi elemen-elemen aktor dan kebutuhannya
Pelaku Kebutuhan
Petani pemilik kebun Peningkatan pendapatan melalui:
Peningkatan permintaan produksi pertanian jumlah dan kesinambungan permintaan
Jaminan harga jual yang layak
Pelaku industri hulu Kesinambungan pasokan bahan baku
Tersedianya peralatan pengolahan Tenaga kerja trampil
Manajemen yang tepat Jaminan harga beli dan harga jual yang layak
Akses pada lembaga pembiayaan
Pedagang pengumpul Tersedianya pasokan dari industri hulu
Meningkatnya permintaan industri hilir Sarana transportasi
Pelaku industri hilir Kesinambungan pasokan bahan baku
Standar mutu bahan baku Pengembangan teknologi
Tenaga kerja profesional Akses pada lembaga pembiayaan
Jaminan kebijakan pemerintah
Eksportir Kelangsungan pasokan produk siap ekspor
dengan mutu bersaing Peningkatan fasilitas ekspor pelabuhan udara
laut dan kemudahan penggunaannya Perluasan pasar
Jaminan regulasi perdagangan nasional, maupun global
Akses pada lembaga pembiayaan
Tabel 2 lanjutan Identifikasi elemen-elemen aktor dan kebutuhannya
Pelaku Kebutuhan
Tenaga kerja Peningkatan keterampilan
Upah yang layak Perluasan lapangan kerja
Pemasok bahan penunjang agroindustri
Perluasan usaha Peningkatan sdm penguasaan teknologi
Lembaga pembiayaan Peningkatan jumlah nasabah dan jumlah
penyaluran kredit usaha dengan pengembalian terjamin
Iklim bisnis yang kondusif
Pemerintah Pusat Instansi terkait
Peningkatan penerimaan devisa Realisasi program perencanaan pembangunan
nasional Pemerintah Daerah
Peningkatan pendapatan daerah Bertambahnya lapangan kerja
Peningkatan kesejahteraan masyarakat Koperasi
Jaminan usaha petani Peningkatan peran koperasi
Asosiasi agroindustri hulu, hilir, eksportir
Kemudahan birokrasi Komitmen standarisasi mutu
Perguruan tinggi Perluasan lapangan kerja profesional
Peningkatan program pelatihan tenaga kerja agroindustri
Pusat Balai penelitian Peningkatan efektivitas penelitian khususnya
pengkajian teknologi Obyek penilitian yang lebih luas
Masyarakat sekitar konsumen
Tersedianya produk sesuai kebutuhan dalam hal jumlah, mutu dan kesinambungan
Peluang lapangan kerja Minimalisasi dampak industri terhadap
lingkungan
Identifikasi sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara kebutuhan- kebutuhan dengan permasalahan yang harus dipecahkan. Identifikasi sistem
kemudian dilanjutkan dengan interpretasi elemen-elemen dengan lebih dahulu mengkaji semua informasi yang diperlukan yang dapat dikategorikan dalam tiga
golongan yaitu 1 peubah input, 2 peubah output dan 3 parameter-
parameter yang membatasi struktur sistem sebagaimana ditampilkan dalam diagram input – output Gambar 8.
Input tak terkontrol 1. Harga bahanproduk
2. Persaingan industri 3. permintaan pasar
domestik eksport 4. Karakteristik wilayah
5. Infrastruktur 6. Nilai tukar rupiah.
Output yang dikehendaki 1. Peningkatan produktivitas daya
saing agroindustri wilayah 2. Peningkatan pendapatan setiap
pelaku usaha 3. Kontinuitas bahan baku
4. Peningkatan nilai ekspor 5. Skenario progresif
MANAJEMEN STRATEJIK
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI
BERBASIS UNGGULAN
WILAYAH
Input terkontrol 1. Teknologi
2. Sumber daya 3. Sumber modal investasi
4. Ketrampilan pengelolaan
usaha 5. Kelembagaan
6. Program pembinaan 7. Biaya-biaya
8. Kemitraan
Output tak dikehendaki 1. Sumber daya tidak ter-
identifikasi dengan baik 2. Penetapan strategi yang
kurang tepat 3. Penurunan produksi
4. Tidak memenuhi standar mutu
Parameter: Ketersediaan
sumber daya Sistem nilai
MANAJEMEN PENGENDALIAN AGROINDUSTRI
Gambar 8 Diagram Input-Output manajemen stratejik pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah.
Input Lingkungan 1. Kebijakan peraturan pemerintah
birokrasi 2. Globalisasi perekonomian
3. Stabilitas politik, ekonomi, sosial 4. Agro-klimat
III.3. Tahap penelitian
Pada penelitian ini dikembangkan tahap pengkajian manajemen stratejik pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah MS-PAW yang terdiri
dari pokok kajian, input model, metode, dan output model sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Tahap kajian MS-PAW
Kajian Input
Metode Output
1 Identifikasi potensi
wilayah - Data geofisik wilayah
- Data administratif - Data komoditi
perkebunan jenis, luas lahan dan
produksi - Deskriptif
- Tabel informasi karakter wilayah
- Tabel komoditas perkebunan jenis,
luas lahan, produksi
2 Seleksi agroindustri:
1. Seleksi unggulan agroindustri
- Data luas areal penye- baran, produksi,
produktivitas komoditi perkebunan
- Data agroindustri jenis, investasi,
tenaga kerja, sector basis ekonomi
- Indeks Agroindustri
I
A
- Peringkat unggulan agroindustri
2. Seleksi Unggulan produk
- Peringkat unggulan agroindustri
- Jenis produk - Kriteria penilaian
- Pendapat pakar - Metode
Perbandingan Eksponensial
MPE - Peringkat unggulan
produk
3 Formulasi strategi pengembangan
- Evaluasi lingkungan strategis internal
eksternal - Elemen-elemen
pengembangan - pendapat pakar
- AI’SWOT AHP – ISM
– SWOT - Prioritas sasaran
strategi pengem- bangan
- Faktor-faktor kunci pengembangan
4 Implementasi strategi
pengembangan - Sasaran strategi
pengembangan - Lokasi pilihan
- Alokasi sumber- daya - Data kelayakan usaha
- Pendapat pakar - Matriks
Interaksi - Analisis
Finansial - Tabel lokasi
potensial - Informasi
ketersediaan sumber daya
- Informasi kelayakan
finansial 5
Evaluasi strategi pengembangan
- Informasi keterbatasan sumber daya
- Reevaluasi lingkungan strategis
- Matriks opsional
- Skenario pengembangan
Pengkajian dilakukan setelah lebih dahulu menetapkan langkah-langkah operasional sebagai acuan keseluruhan tahapan penelitian.
Penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1 Melakukan penelusuran sumber-sumber informasi yang dapat memberi
gambaran mengenai batasan, pokok kajian, perkembangan dan permasalahan yang menentukan kinerja agroindustri, pemahaman kewilayahan, pemahaman
manajemen stratejik, untuk kemudian menetapkan formulasi tujuan sebagai arah pelaksanaan penelitian.
2 Melakukan kajian sektor real agroindustri, menentukan jenis agroindustri pilihan yang digunakan sebagai objek kajian sistem pengembangan.
3 Sesuai landasan penelitian yang ingin mengintegrasikan konsep wilayah, agroindustri dan manajemen stratejik, maka penelitian ini terfokus pada
pemahaman elemen-elemennya melalui tahapan pengkajian yang secara sistematis dapat diuraikan sebagai berikut:
Kajian agroindustri dengan tahapan: 1 identifikasi agroindustri, 2
penetapan agroindustri unggulan, 3 identifikasi produk, 4 penetapan produk unggulan.
Kajian wilayah dengan tahapan: 1 penetapan wilayah penelitian, 2
identifikasi karakter wilayah dengan elemen: karakter geofisik, karakter biofisik, dan karakter demografi, 3 identifikasi potensi bahan baku
agroindustri wilayah
Kajian manajemen stratejik dengan tahapan: 1 perumusan strategi dengan
elemen: evaluasi lingkungan strategis, menghasilkan dan memilih strategi, 2 implementasi strategi dengan elemen: mengkaji ketersediaan sumber daya
pada penerapan strategi, 3 evaluasi strategi dengan elemen mengukur prestasi, merumuskan skenario pengembangan
Pemilihan input kajian strategi pengembangan:
Pendekatan strategis diarahkan pada penanganan input primer proses produksi suatu usaha agroindustri yaitu bahan baku, ketersediaan berbagai sumber
daya dan lingkungan strategis yang sangat menentukan operasionalnya. Formulasi penanganan bahan baku meliputi aspek-aspek:
• Jenis, diarahkan pada pengembangan komoditas unggulan yang
penentuannya didasarkan pada karakter biogeofisik wilayah dan jenis agroindustri yang existing.
• Kuantitas, diarahkan pada pengembangan yang optimal disesuaikan daya
dukung wilayah. •
Kualitas, diarahkan pada pola standardisasi yang berlaku sesuai kebutuhan operasional industri dalam memenuhi standar kualitas produk.
• Kontinuitas, diarahkan pada kesinambungan ketersediaan bahan baku
yang merupakan syarat mutlak suatu proses produksi. Penentuan sistem pengadaan bahan baku dilakukan untuk memenuhi aspek kontinuitas.
Formulasi strategi penyediaan tenaga kerja SDM ditetapkan dengan pertimbangan prasyarat tenaga kerja sesuai kebutuhan operasional agroindustri
dan ketersediaan tenaga kerja pada wilayah operasional, menyangkut jumlah dan kualitas SDM sesuai spesifikasi kegiatan agroindustri yang ditetapkan.
Sasaran strategi input adalah memaksimalkan peran input terkontrol controlable input dan mengatasi efek input tak terkontrol non controlable
input .
Formulasi strategi proses diarahkan pada pengamatan ketersediaan teknologi agroindustri yang ada dengan fokus pada empat komponen teknologi yaitu
Technoware, Humanware, Infoware dan Organoware Ramanathan 1993;
Gumbira Sa’id E et al. 2001. •
TechnowareHardware: kemungkinan pemilihan dan pengadaan teknologi khusus perangkat kerasnya yang lebih sesuai dengan kecenderungan
pengembangan dan memberi nilai tambah dalam kegiatan operasional transformasi; kesesuaian lokasi industri dan perencanaan desain produksi.
• Humanware: menyelaraskan kemampuan SDM menyangkut keahlian,
kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan kreativitas, dengan target pengembangan agroindustri yang ditetapkan.
• Infoware: menyiapkan perangkat teknologi yang memungkinkan kecepatan
mengakses informasi yang dibutuhkan terutama menyangkut perkembangan teknologi agroindustri dan kebutuhankondisi pasar.
• Organoware: menyiapkan organisasi yang menjamin sistem koordinasi yang
efisien dan efektif dalam jaringan kerja yang produktif agar kegiatan menyeluruh dalam proses transformasi dapat memenuhi target-target yang
ditetapkan. Menurut
Fauzi 2003
pengembangan agroindustri
memerlukan kelembagaan yang cocok, yang dicirikan oleh adanya jaringan rantai nilai
penyediaan bahan baku sampai pasar, dan dukungan infrastruktur ekonomi, baik fisik prasarana dan sarana transportasi, produksi, komunikasi
dan pemasaran maupun non-fisik kebijakan, agar dapat dicapai
kesetimbangan materi, finansial, sosial dan lingkungan.
Pengamatan terhadap aplikasi standar mutu produk manajemen dan sistem nilai juga dilakukan dalam penyusunan strategi proses.
III.4. Tahap permodelan
Permodelan dilakukan untuk: 1 merekayasa model manajemen stratejik dengan pengkajian lebih spesifik pada tahap formulasi strategi, tahap
implementasi strategi, dan tahap evaluasi strategi, 2 merancang model seleksi agroindustri unggulan, 3 merancang model strukturisasi sistem pengembangan,
4 merancang model keputusan pilihan strategi pengembangan, 5 merancang model kajian ketersediaan sumber daya, dan 6 merancang model skenario
pengembangan.
III.4.1. Rekayasa model manajemen stratejik
Hampir keseluruhan model manajemen stratejik yang ditunjukkan pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 5 menunjukkan proses pengkajian dengan
tahapan: Mengembangkan pernyataan Visi dan Misi organisasi – Menetapkan tujuan – Melakukan evaluasi lingkungan internal eksternal – Perumusan strategi
– Implementasi strategi – dan Evaluasi strategi. Proses rekayasa dilakukan dengan memasukkan konsep-konsep yang terkait
dengan agroindustri dan unggulan wilayah pada model analog diagramatik dari manajemen stratejik tersebut sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 9.
KOMITMEN ORGANISASI o
Pernyataan Visi dan Misi Organisasi o
Penetapan Tujuan Organisasi FORMULASI STRATEGI
o Evaluasi lingkungan internal
o Evaluasi lingkungan eksternal
o Merumuskan berbagai alternatif
strategi menetapkan strategi pilihan IMPLEMENTASI STRATEGI
o Menetapkan program-program
o Mengkaji ketersediaan sumber daya
yang terkait dengan strategi pilihan EVALUASI STRATEGI
o Pengujian prestasi unit kajian
o Evaluasi lingkungan strategis
o Perumusan skenario pengembangan
AGROINDUSTRI o
Beragam agroindustri o
Beragam kapasitas o
Lingkungan strategis POTENSI WILAYAH
o Deskripsi wilayah kajian
o Potensi internal dan eksternal
o Kondisi sumber daya
MODEL MANAJEMEN STRATEJIK PENGEMBANGAN
AGROINDUSTRI BERBASIS UNGGULAN WILAYAH
MS-PAW
Konfigurasi
- Nalar Pustaka - Survei Pakar
- Identifikasi stakeholder - Transformasi visi misi tujuan
a
Gambar 9 Diagram Alir Rekayasa Model Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah MS-PAW
Integrasi Konsep
a
Gambar 9 Diagram Alir Rekayasa Model Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah MS-PAW lanjutan
Tahap Komitmen Organisasi
Model Seleksi Unggulan o
Sub-model seleksi unggulan agroindustri o
Sub-model seleksi unggulan produk Penetapan Tujuan
Pernyataan Visi Misi
Model Formulasi Strategi
o Sub-model evaluasi lingkungan strategis
o Sub-model strukturisasi sistem pengembangan
o Sub-model penetapan strategi pilihan
Model Implementasi Strategi
Analisis lokasi potensial o
Sub-model analisis ketersediaan sumber daya Penerapan strategi pilihan
Model Evaluasi Strategi
Analisis kendala strategi
o Sub-model skenario pengembangan sumber daya, bahan
baku, proses, dan pemasaran
Berdasarkan struktur morfologi, model manajemen stratejik digolongkan sebagai model analog atau diagramatik yang berusaha menggambarkan atau
menganalogikan prilaku suatu sistem dari realitas yang dikaji dengan sistem lain yang secara fisik berbeda tapi memiliki prilaku yang sama. Pada prinsipnya model
bukanlah abstraksi dari suatu sistem tetapi hanyalah representasi dari aspek yang dipilih yang terkait dengan suatu permasalahan spesifik. Validasi dilakukan
melalui akuisisi pendapat pakar dan tinjauan teoritis terhadap struktur hubungan antar elemen yang mewakili kondisi riil, yang terekspresi dalam model Gaspersz
1992, Barlas 2002.
III.4.2. Model seleksi unggulan
Pada tahap seleksi unggulan dikembangkan 2 sub-model yaitu: 1 sub-model seleksi unggulan agroindustri, dan 2 sub-model seleksi unggulan produk.
Sub-model seleksi unggulan agroindustri
Seleksi unggulan agroindustri menggunakan Metode Indeks Agroindustri. Proses perancangan model indeks agroindustri mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut: 1. Identifikasi agroindustri berdasarkan bahan bakunya
2. Tabulasi data kuantitatif tersedia setiap peubah agroindustri 3. Pengurutan nilai pada tabel data peubah tinggi ke rendah
4. Transformasi nilai khusus untuk sebaran data yang luas 5. Penetapan potensial rating Pr skala 9 tertinggi sd 1 terendah
6. Pemetaan nilai Pr pada nilai nilai transformasi setiap peubah. Nilai Indeks agroindustri I
A
, adalah penjumlahan indeks peubah agroindustri yang dalam penelitian ini adalah:
1. Indeks luas lahan I
LL
2. Indeks total produksi I
PR
3. Indeks Investasi I
IN
4. Indeks tenaga kerja I
TK
atau dengan formula:
n I
A
= Σ I
VA j
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 j=1
dengan: I
A
= indeks agroindustri I
VA
= indeks peubah agroindustri ke j n = jumlah peubah agroindustri yang ditetapkan
I
VAj
= {Pr → VAj}. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 dengan:
Pr = penetapan nilai potensial rating VAj = nilai peubah agroindustri ke j
→ = pemetaan nilai {Pr → VAj}= nilai dari pemetan potensial rating pada nilai peubah
agroindustri ke j Asumsi : nilai I
A
dipengaruhi oleh penetapan jumlah VA sehingga dalam penelitian ini berlaku :
I
A
= I
LL
+ I
PR
+ I
IN
+ I
TK
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 Output model adalah urutan peringkat unggulan agroindustri. Urutan teratas
dipilih untuk kajian selanjutnya, dalam rangka penyusunan formulasi strategi pengembangan. Justifikasi unggulan didasarkan pada besaran nilai indeks
agroindustri, lebih besar nilai berarti lebih unggul. Catatan: pada penelitian ini transformasi data menggunakan logaritma. Logaritma
adalah proses perubahan suatu bilangan dasar menjadi suatu bilangan spesifik yang bertujuan membantu penyederhanaan proses aritmatika Singer 2005.
Transformasi Log adalah trasformasi nilai dari fungsi non linier Dowling 2001.
Sub-model Seleksi Unggulan Produk.
Seleksi unggulan produk menggunakan pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial MPE. MPE dilakukan untuk menetapkan prioritas pilihan pakar
terhadap berbagai produk dari agroindustri yang ditetapkan sebagai unggulan teratas. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan keputusan
dengan menggunakan MPE adalah:
penentuan alternatif keputusan, penyusunan kriteria keputusan yang akan dikaji,
penentuan derajat kepentingan relatif setiap kriteria keputusan dengan menggunakan skala konversi tertentu sesuai dengan keinginan
pengambil keputusan, penentuan derajat kepentingan relatif setiap pilihan keputusan pada
setiap kriteria keputusan, penghitungan nilai dari setiap alternatif keputusan,
pemeringkatan nilai yang diperoleh dari setiap alternatif keputusan. Penghitungan total nilai setiap pilihan keputusan dapat diformulasikan
sebagai berikut: m
Total Nilai = Σ Rk
ij TKK
j
. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . 4 j=1
dengan: Rk
ij
= derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada alternatif ke-i, yang dapat dinyatakan dengan skala ordinal.
TKK
j
= derajat kepentingan alternatif keputusan, yang dinyatakan dengan bobot
n = jumlah pilihan keputusan m = jumlah kriteria keputusan
Rekayasa model seleksi agroindustri unggulan dan produk unggulan dengan pendekatan alat analisis Metode Indeks Agroindustri I
A
yang bersifat kuantitatif deterministik dan Metode Perbandingan Eksponensial yang merupakan metode
analisis kualitatif, dilakukan dengan memadukan nalar pustaka, pengamatan empiris dan wawancara mendalam in depth interview dengan para pakar yang
dapat dirumuskan dalam beberapa langkah sebagai berikut: 1 identifikasi agroindustri, 2 identifikasi komponen analisis dan alat analisisnya, 3 penetapan
kriteria penilaian, 4 penetapan agroindustri unggulan dan 5 penetapan alternatif produk unggulan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10.
Mulai
Selesai Penentuan Agroindustri Pilihan
Metode Indeks Agroindustri
Justifikasi
Pilihan
Unggulan Alternatif
Komponen Analisis - Teknik Analisis Ketersediaan lahan : Statistik
Produksi bahan baku : ,, Investasi : ,,
Tenaga kerja : ,,
- - - -Peubah Input- - - - I
A
= I
LL
+ I
P
+ I
I
+ I
TK
I
A
=maks I
A
≠ maks
Identifikasi Agroindustri
Peringkat Unggulan Agroindustri
Penentuan Produk Unggulan Metode Perbandingan
Eksponensial Peringkat Unggulan
Produk
Gambar 10 Diagram alir rekayasa model seleksi agroindustri produk unggulan
III.4.3. Model evaluasi lingkungan strategis
Rekayasa model evaluasi lingkungan strategis, menggunakan analisis SWOT yang dilakukan terhadap potensi agroindustri unggulan wilayah meliputi
Evaluasi faktor Internal yang dikenal sebagai: 1. Faktor Kekuatan Strengths = S, 2. Faktor Kelemahan Weaknesses = W, dan Evaluasi faktor Eksternal yang
dikenal sebagai: 3. Faktor Peluang Opportunities = O, dan 4. Faktor Ancaman Threats = T.
Elemen-elemen pada komponen SWOT dipilih sebagai elemen kajian untuk penetapan faktor-faktor pendukung dan kendala sistem pengembangan, sedangkan
Alterrnatif kebijakan sebagai kajian interaksi antar faktor SWOT, ditetapkan
sebagai rumusan alternatif Strategi. Prosedur analisis lingkungan strategis mulai
dari penetapan tujuan sampai pada penyajian rumusan hasil evaluasi mengikuti alur pikir sebagaimana pada Gambar 11.
PENETAPAN TUJUAN
PENETAPAN PEMILIHAN PAKAR
Sesuai
SURVEY PAKAR ya
tidak IDENTIFIKASI
PELAKU
AKUISISI PENDAPAT PAKAR
Aplikasi pada Agroindustri
pilihan
PENYAJIAN RUMUSAN
HASIL EVALUASI
PENETAPAN ELEMEN KAJIAN
NALAR PUSTAKA PENETAPAN
METODE ANALISIS
Gambar 11 Diagram Alir Rekayasa Model Evaluasi Lingkungan Strategis
III.4.4. Model strukturisasi sistem
Model I’SWOT adalah rekayasa model strukturisasi sistem pengembangan agroindustri unggulan wilayah yang dilakukan dengan memasukkan elemen-
elemen SWOT pada penggunaan teknik Interpretative Structural Modeling ISM yang merupakan alat strukturisasi dalam permodelan deskriptif. Hubungan
kontekstual disajikan dalam bentuk Structural Self-interaction Matrix SSIM dengan menggunakan simbol VAXO yang kemudian ditransformasi kedalam
bentuk matriks bilangan biner bilangan ‘O’ dan ‘1’. ISM-VAXO menggambarkan kondisi sebagaimana terlihat pada Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Simbol hubungan dan definisi kontekstual antar elemen ISM-VAXO Simbol hubungan
kontekstual antar elemen i
dan j e
ij
Definisi hubungan kontekstual antar elemen e
ij
V A
X O
Elemen i menyebabkan hubungan kontekstual dengan j tapi tidak sebaliknya... e
ij
= 1 dan e
ji
= 0 Elemen j menyebabkan hubungan kontekstual
dengan i tapi tidak sebaliknya ....e
ij
= 0 dan e
ji
= 1 Elemen i dan j saling menyebabkan hubungan
kontekstual ............................... e
ij
= 1 dan e
ji
= 1 Elemen i dan j dan sebaliknya, tidak menyebabkan
hubungan kontekstual ............... e
ij
= 0 dan e
ji
= 0
Tahapan dalam teknik ISM-VAXO adalah: 1. Penyusunan Structural Self-Interaction Matrix – VAXO
2. Transformasi SSIM –VAXO menjadi Reachability matrix bilangan biner
3. Pengujian transitive matriks 4. Klasifikasi sub-elemen berdasarkan Driver Power DP dan
Dependence D 5. Penyusunan hirarki berdasarkan rangking sub-elemen
Diagram alir Rekayasa Model I’SWOT ditunjukkan pada Gambar 12
Mulai Nama Elemen
Nama Sub-elemen Nama ahli
Penilaian Hubungan Kontekstual VAXO antar Sub-Elemen pada
setiap Elemen untuk setiap Ahli Matrik Self StructuralInterpretive
SSIM Untuk setiap Ahli dan pada setiap Elemen
Pembentukan Matrik Reachability RM untuk setiap Ahli dan pada setiap Elemen
Transitif ? Modifikasi menjadi Matriks
Transitif
Pembentukan RM Pendapat Gabungan Ahli
Matrik Reachability Pendapat Gabungan Ahli
Strukturisasi Elemen Sistem Penetapan Sub-elemen Kunci
Kategorisasi Sub-Elemen Strukturisasi Sistem Pengembangan
Kelompok Sub-Elemen
Selesai
Kelompok Elemen dan Kelompok Sub-Elemen pada
Kajian SWOT
Gambar 12 Diagram Alir Rekayasa Model I’SWOT pada Strukturisasi Sistem Pengembangan Menggunakan Model ISM-VAXO
dari Machfud 2001
: Model ISM-VAXO
III.4.5. Model penetapan strategi pilihan
Model pilihan strategi menggunakan teknik pairwise comparison pada metode Analytical Hierarchi Process AHP. Prosedur yang diwajibkan pada
penggunaan metode AHP adalah: a. perumusan tujuan sasaran, kriteria, dan alternatif yang merupakan
unsur-unsur dari permasalahan yang dikaji, b. penyusunan struktur hirarki,
c. penentuan prioritas bagi setiap kriteria dan alternatif dengan bantuan skala nilai yang memadai, nilai-nilai perbandingan relatif kemudian
diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh kriteria dan alternatif,
d. konsistensi logis dengan menggunakan kriteria nilai Consistency Ratio CR
Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 5 skala pendapat sebagai berikut:
Tabel 5 Skala pendapat nilai dan definisinya
Nilai Definisi
1 Sama penting equal
3 Sedikit lebih penting moderate
5 Jelas lebih penting strong
7 Sangat jelas penting very strong
9 Mutlak lebih penting extreme
2,4,6,8 Apabila ragu antara dua nilai yang berdekatan
1 1 – 9 Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1 - 9
Pembobotan Kriteria
Matrix pendapat responden yang dalam proposal ini dipilih lebih dari satu responden dan selanjutnya dilakukan penggabungan matrix pendapat terhadap
pentingnya setiap kriteria A-H: Perhitungan matrix gabungan dengan rumus:
g
ij
=
m m
k
aij
1 =
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 g
ij
= elemen matrix gabungan pada baris ke-i kolom ke-j m = jumlah responden
a
ij
= elemen matrix individu pada baris ke-i kolom ke-j Selanjutnya pembobotan dengan perhitungan Nilai Eigen secara manual
menurut Marimin 1999. Pengolahan data untuk penentuan urutan prioritas kriteria, juga dengan
perhitungan konsistensi pendapat individu. dicoba pengolahan pada matrix gabungan.
A – H = setiap kriteria NE = Nilai Eigen = dari hasil perkalian matrix sampai Iterasi ke 2
WV = Weighted sum vector = a
ij
x NE CV = Consistency vector =
NE WV
. . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
π =
n CV
n i
∑
= 1
atau nilai rata-rata dari Consistensi vektor . . . . 7 CI = Consistensy Index = π - n n – 1 ; n : banyaknya kriteria atau
juga alternatif CR =
RCI CI
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 RCI = Random Consistency Index
Penilaian Kriteria telah konsisten bila nilai CR tidak lebih dari 0.10 Nilai CR sebesar 0.10 berarti perbandingan berpasangan untuk kriteria belum
dilakukan dengan konsisten, sehingga penilaian perlu direvisi. Berdasarkan nilai eigen ditetapkan urutan pentingnya kriteria. Hasil akhir pembobotan keseluruhan,
kriteria maupun alternatif, berdasarkan penilaian responden ditampilkan dalam diagram struktur.
Pada penelitian ini selain operasi secara manual juga digunakan perangkat lunak Criterium Decision Pluss versi 2.0
Rekayasa model penetapan strategi pilihan dengan pendekatan AI’SWOT dilakukan dengan menggunakan elemen-elemen kajian I’SWOT sebagai dasar
penetapan Sasaran, Kriteria, dan berbagai Alternatif pada metode analisis AHP sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 13.
Sasaran
Kriteria B Kriteria A
Kriteria C
Alternatif D.1 Alternatif D.2
. .
Alternatif D.n
AHP
Kelompok Elemen dan Kelompok Sub-Elemen pada Kajian SWOT dan
Elemen Fokus Pengembangan pada kajian I’SWOT
Gambar 13 Diagram Alir Rekayasa Model Penetapan Strategi Pilihan dengan AI’SWOT
Strategi D Strategi E
Strategi F Strategi G
Alternatif E.1 Alternatif E.2
. .
Alternatif E.n Alternatif F.1
Alternatif F.2 .
. Alternatif F.n
Alternatif G.1 Alternatif G.2
. .
Alternatif G.n
III.4.6. Model analisis ketersediaan sumber daya
Interaksi antara ketersediaan berbagai sumber daya dan fokus pengembangan alternatif strategi pilihan dianalisis menggunakan model matriks
ketersediaan setelah lebih dahulu dilakukan penetapan kriteria, survey pendapat pakar, dan survey lapang terhadap lokasi-lokasi kajian, sebagaimana digambarkan
pada diagram alir tahap analisis ketersediaan sumber daya Gambar 14.
Ketersediaan sumber daya tertentu pada keseluruhan alternatif strategi pengembangan dapat dipakai sebagai gambaran ketersediaan sumber daya dalam
hal jumlah dan kualitas. Ketersediaan keseluruhan sumber daya pada alternatif strategi tertentu dapat dipakai sebagai gambaran kesiapan operasional agroindustri
yang dikaji. Pada tahap awal adalah penetapan kriteria sumber daya. Gambar 14 Diagram Alir Tahap Analisis Ketersediaan Sumber daya
Mulai
Penetapan lokasi kajian Dasar: Sentra produksi
Penetapan tipologi sumber daya Penetapan kriteria ketersediaan
Observasi: Penetapan metode, pengumpulan
data, analisis data
Matriks ketersediaan sumber daya
Selesai
Sistem penilaian setiap kriteria mengikuti pola biner yaitu: ada = 1, dan tidak ada = 0, sehingga total kisaran nilai pengamatan adalah tertinggi 5 dan
terendah 0, dengan atribut: Nilai 5 = tersedia Nilai 4 = cukup tersedia
Nilai 3 = kurang tersedia Nilai 2 = sangat kurang tersedia Nilai 1 = hampir tidak tersedia Nilai 0 = tidak tersedia
Data ketersediaan sumber daya dari lokasi potensial yang dijadikan lokasi kajian disajikan dalam bentuk tabel sumber daya. Data pada tabel sumber daya
kemudian dianalisis menggunakan Matriks Ketersediaan Sumber daya yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nilai ketersediaan terbatas S adalah nilai maksimum kesenjangan terbobot I yang diperoleh dari hasil multiplikasi nilai kesenjangan sumber daya K dan
nilai bobot fokus pengembangan B. Nilai kesenjangan diperoleh dari selisih antara nilai maksimum ketersediaan sumber daya yang dalam penelitian ini adalah
20 dengan total nilai sumber daya yang terdata pada lokasi penelitian T Lampiran 10. Nilai S dapat dirumuskan sebagai berikut:
S = nilai ketersediaan terbatas = Max {Ij} untuk semua j = 1,2,..,m SDmax = nilai maksimum sumber daya yang ditetapkan
ΣSDi = total sumber daya terdata = T B = bobot fokus pengembangan penilaian pakar
n = tipe sumber daya
III.4.7. Model skenario pengembangan Skenario dapat digambarkan dalam bentuk matriks. Khusus skenario
pengembangan bahan baku menggunakan pendekatan Matriks Strategi Opsional yang dikembangkan untuk merancang ketersediaan bahan baku optimal dengan
membandingkan kondisi real di lapang dan kondisi ideal yang dapat dicapai. Metode yang dikembangkan mengikuti alur sebagai berikut:
n
S = [ SDmax –
Σ
SDi x B ]max ……………………………..……. .. 10
i=1
Penggambaran skenario dalam bentuk matriks, mengikuti pola scenario matrix
dari Pieerre Wack sebagaimana terlihat pada Gambar 15.
Scenario Matrix
Gambar 15 Matriks skenario menurut Pierre Wack netMBA 2006
Skenario pengembangan proses dirumuskan dengan menggunakan Model Matriks Prioritisasi Proses menurut Brelin et.al 1997, dengan fokus pengamatan
pada 1 faktor sukses kritis critical success factors-CSF yang merupakan faktor penentu pengembangan proses dan 2 proses kunci sebagai rangkaian
proses inti yang memberi dampak terhadap CSF. Tujuan utama penggunaan matriks ini adalah untuk melihat rangkaian proses mana yang memerlukan
prioritas penanganan segera dengan indikator nilai kesenjangan terbobot sebagai perkalian jumlah dampak dan nilai kinerja proses.
Kunci pemeringkatan yang ditetapkan adalah: Dampak proses pada CSF diberi nilai 1 = Rendah, 2 = Sedang dan, 3 =
Tinggi. VARIABLE 1
Outcome 1A Outcome 1B
Outcome 2A Scenario 1
Scenario 2 V
A R
I A
B L
E 2
Outcome 2B Scenario 3
Scenario 4 Matriks strategi opsional
Jenis Komoditas: Kondisi empiris real: . . . . . . a
Nilai teoritis ideal: . . . . . . . b Opsi penyesuaian: a = b, a b, a b
Strategi a = b: tanpa perlakuan
a b:
peninjauan
a b: pengembangan
Kinerja proses diberi nilai 1 = Tidak cukup, 5 = Oke dan, 9 = Baik, dibawah nilai sempurna kinerja proses yaitu nilai 10. Bagan matriks ditunjukkan
pada Gambar 16.
III.5. Tempat dan Waktu
Penelitian telah dilaksanakan mulai bulan Maret 2004, diawali dengan penelusuran sumber-sumber informasi antara lain studi pustaka, kemudian
melakukan diskusi-diskusi mengenai penyusunan desain penelitian, pemahaman dan identifikasi pakar, pemahaman metode-metode analisis yang sebagian besar
dilakukan di Laboratorium Teknik dan Manajemen Industri, Jurusan Teknologi Industri Pertanian IPB. Penelitian dilanjutkan dengan survei lapang setelah lebih
dahulu menetapkan lokasi penelitian yaitu Provinsi Sulawesi Utara. 1
2 3
.. ..
.. ..
n
Proses Kunci
Faktor Sukses Kritis Kunci Pemeringkatan
Dampak proses pada CSF:
1 = Rendah 2 = Sedang
3 = Tinggi Kinerja Proses:
1= Tidak cukup 5 = Oke
9 = Baik
J um
la h
D a
m pa
k P
ri o
ri ta
s
Ke se
n ja
n g
a n
Ki n
er ja
P ro
se s
K ine
rj a
P ro
se s
Ke se
nja n
g a
n T
er b
o b
o t
Gambar 16 Matriks Prioritisasi Proses
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Deskripsi karakter lokasi