Penetapan peringkat dilakukan dengan asumsi bahwa pencapaian produksi real dibandingkan dengan produksi ideal intensifikasi sampai dengan 2.8 ton ha
dapat mengindikasikan tingkat efisiensi lahan dan atau produktivitas tanaman. Sesuai pantauan dilapangan terhadap kondisi wilayahnya, telah dipilih 5 lokasi
pada Kabupaten Minahasa Selatan yaitu Sinonsayang, Touluaan, Tumpaan, Tenga dan Tombasian dan 3 lokasi pada Kabupaten Minahasa Utara yaitu Airmadidi,
Kauditan dan Dimembe Barat.
IV.5.2. Penetapan agroindustri kajian
Agroindustri yang dipilih untuk kajian strategi pengembangan didasarkan pada seleksi produk unggulan yaitu agroindustri minyak kelapa melalui konsep
terpadu yang dalam penelitian ini adalah industri dengan produk akhir minyak goreng crude coconut oil-CCO + virgin coconut oil VCO dan bungkil sebagai
makanan ternak. Perkembangan VCO sebagai produk yang cukup prospektif di Sulawesi Utara dapat dilihat pada Tabel 40. Aspek prosesing secara umum
ditunjukkan pada skenario pengembangan. Keseluruhan unit agroindustri VCO yang diamati masih berada pada skala usa kecil mikro atau dapat dikelompokan
sebagai home industry. Tabel 40 Perkembangan agroindustri VCO di Sulawesi Utara
Lokasi Nama Jumlah Unit
Produksi Proses
1
Lemo Kec. Tomba- riri Minahasa
“Sambalean” 5 unit
20 lt hari; 5 hari minggu
Metode pancingan – proses manual
2
MINUT APPV
1
20 unit 10 lt hari unit
-sentrifugal -pancingan
-mixing
3
MINUT ECO
2
10 unit 20 lt 3 hari
unit -pemanasan
4
Manado Mitra Mandiri Mapanget
3
5 Produsen lepas
6 Tidak pasti
- pemanasan - manual
1
Asosiasi Petani Produsen VCO di Minahasa Utara
2
Exnewmount Coconut Oil sebagai mitra produsen VCO di Minahasa Utara
3
Dibawah binaan Balai Penelitian Kelapa Manado
IV.5.3. Model ketersediaan sumber daya
Kriteria yang digunakan sebagai patokan dalam menilai ketersediaan setiap sumber daya adalah sebagai berikut:
SDM SDS
Angkatan kerja Lembaga formal
Tingkat pendidikan memadai Lembaga non formal
Keterampilan pengalaman kerja Peran pemerintah
Pelatihan Peran swasta
Sekolah khusus Respon masyarakat
SDA SDT
Material initi Infrastruktur
Material pendukung Sistem informasi
Penanganan material inti Alat mekanisasi pertanian
Penanganan material pendukung Mesin pengolahan
Pasokan Peralatan transportasi
Ketersediaan SDM
mengindikasikan tingkat
pemahaman pelaku
agroindustri pada lokasi tertentu terhadap sasaran strategi pengembangan yang dimaksud, menyangkut kemampuan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.
Ketersediaan SDA berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama dan bahan pelengkap lainnya yang menentukan keberlanjutan proses produksi.
Ketersediaan SDS berkaitan dengan sikap sosial masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung dapat bersifat pendukung atau penghambat proses
perkembangan agroindustri setempat. SDS dapat berwujud lembaga-lembaga sosial yang turut terlibat dalam proses perkembangan agroindustri.
Ketersediaan SDT berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur yang mendukung operasional agroindustri dan aktifitas terkait lainnya. Hasil
pengamatan ketersediaan sumber daya pada lokasi pilihan untuk setiap alternatif strategi pengembangan ditunjukkan pada Tabel 41 sampai dengan Tabel 44.
Tabel isian ketersediaan sumber daya strategi pengembangan Lampiran 7 Strategi Sumber daya
Nilai Ketersediaan Kriteria Tipe Sumber daya
Lokasi
Total Penetapan : total nilai = 5, tersedia; = 4, cukup tersedia; = 3, kurang tersedia; = 2,
sangat kurang tersedia; = 1, hampir tidak tersedia.
Tabel 41 Analisis ketersediaan sumber daya pada setiap fokus pengembangan dari lokasi.pilihan pada Kab. Minahasa Utara.
Alokasi sumber daya Fokus
Pengembangan SDM
SDA SDS
SDT T
Lokasi 4
5 4
3 16
Air 3
4 4
2 13
Kau 1
Kawasan agroindustri terpadu
3 4
4 2
13 Dim
4 5
5 3
17 Air
4 4
5 2
15 Kau
2 S.u. kecil mikro
3 4
4 2
13 Dim
3 5
4 3
15 Air
2 4
4 2
12 Kau
3 Kemitraan aliansi
2 4
3 2
11 Dim
3 5
4 3
15 Air
3 4
4 3
14 Kau
4 Pasar tujuan ekspor
2 3
3 2
10 Dim
3 5
4 3
15 Air
3 4
4 2
13 Kau
5 Investasi PMAPMDN
2 4
2 2
10 Dim
3 4
3 3
13 Air
3 3
3 3
12 Kau
6 Teknologi transisi
2 3
3 2
10 Dim
20 29
24 18
91 Air
18 23
24 14
69 Kau
T 14
22 19
12
67 Dim
Ket. : Air = Airmadidi, Kau = Kauditan, Dib = Dimembe Barat, T = Total. nilai ketersediaan maksimal adalah 5 = tersedia, selanjutnya 4 = cukup
tersedia, 3 = kurang tersedia, 2 = sangat kurang tersedia,1 = hampir tidak tersedia, 0 = tidak tersedia
Analisis selanjutnya dilakukan untuk melihat keterbatasan sumber daya yang memberi dampak paling sensitif terhadap fokus pengembangan.
Hasil penelitian sensitivitas ketersediaan sumber daya setiap fokus pengembangan ditunjukkan pada Tabel 42.
Tabel 42 Matriks interaksi ketersediaan sumber daya setiap fokus pengem- bangan pada Kab. Minahasa Utara
Ketersediaan sumber daya Fokus Pengembangan
B SDM
SDA SDS
SDT T
K I
S 1
Kawasan agrin terpadu 0.18
3.3 4.3
4.0 2.3
13.9 6.1
1.1 2
S.u. kecil mikro 0.16
3.7 4.3
4.7 2.3
15.0 5.0
0.8 3
Kemitraan aliansi 0.18
2.3 4.3
3.7 2.3
12.6 7.3
1.3 1
4 Pasar tujuan ekspor
0.16 2.7
4.0 3.7
2.7 13.1
6.9 1.1
5 Investasi PMAPMDN
0.17 2.7
4.3 3.3
2.3 12.6
7.4 1.3
1 6
Teknologi transisi 0.15
2.7 3.3
3.0 2.7
11.7 8.3
1.2 2
nilai rataan, B=bobot, T=total sd, K=kesenjangan=20=maks. sd-T, I=KxB =nilai kesenjangan terbobot, S= nilai ketersediaan terbatas
Tabel 42 menunjukkan bahwa secara umum ketersediaan sumber daya belum maksimal tetapi ketersediaan paling terbatas adalah pada fokus
pengembangan Kemitraan aliansi dan Investasi, kemudian Teknologi transisi terutama keterbatasan SDM dan SDT.
Hasil penelitian pada Kab. Minahasa Selatan Tabel 43 tidak berbeda jauh dengan keadaan pada Kab. Minahasa Utara yaitu secara umum ketersediaan
sumber daya belum maksimal. Ketersediaan paling sensitif adalah pada fokus pengembangan Pasar tujuan ekspor dan Investasi, kemudian Teknologi transisi
sedangkan tipe sumber daya paling terbatas adalah SDM dan SDT. Hasil pengamatan pada keseluruhan lokasi penelitian menunjukkan bahwa
penerapan keseluruhan fokus pengembangan pada agroindustri pilihan tidak ditunjang dengan ketersediaan sumber daya yang cukup terutama untuk fokus
pengembangan Kemitraan aliansi, Pasar tujuan ekspor, Investasi, dan Teknologi. Kelemahan terutama pada ketersediaan SDM dan SDT.
Matriks interaksi ketersediaan dirancang dengan alur pikir mendekati model Matriks Prioritas Proses dari Brelin et al. 1997.
Tabel 43 Analisis ketersediaan sumber daya setiap fokus pengembangan dari lokasi.pilihan pada Kab. Minahasa Selatan.
Alokasi sumber daya Fokus
Pengembangan SDM
SDA SDS
SDT T
Lokasi 4
4 5
3 16
Tum 3
3 4
2 12
Ten 3
3 4
2 12
Sin 3
3 4
2 12
Tou 1
Kawasan agroindustri terpadu
4 5
5 3
17 Tom
4 5
4 4
17 Tum
3 3
3 2
11 Ten
3 3
3 2
11 Sin
3 3
4 2
12 Tou
2 S.u. kecil mikro
4 5
4 3
15 Tom
3 5
4 4
16 Tum
2 4
4 2
12 Ten
2 4
4 2
12 Sin
2 4
4 2
12 Tou
3 Kemitraan aliansi
3 5
4 3
15 Tom
3 4
4 3
14 Tum
2 2
3 2
9 Ten
2 2
3 2
9 Sin
2 2
3 2
9 Tou
4 Pasar tujuan ekspor
3 4
4 4
15 Tom
3 4
4 3
14 Tum
2 3
3 2
10 Ten
2 3
3 2
10 Sin
2 3
3 2
10 Tou
5 Investasi PMAPMDN
3 4
4 3
14 Tom
3 4
3 3
13 Tum
2 3
3 2
10 Ten
2 3
3 2
10 Sin
2 3
3 2
10 Tou
6 Teknologi transisi
3 4
4 3
14 Tom
20 26
24 20
90 Tum
14 18
20 12
64 Ten
14 18
20 12
64 Sin
14 18
21 12
65 Tou
T
20 27
25 19
91 Tom
Ket. : Tum = Tumpaan, Ten = Tenga, Sin = Sinonsayang, Tou = Touluaan, Tom = Tombasian, T = Total.
Analisis selanjutnya dengan Matriks Interaksi Ketersediaan Tabel 44 menunjukkan bahwa ketersediaan sumber daya paling terbatas adalah pada fokus
pengembangan Pasar tujuan ekspor dan Investasi.
Tabel 44 Matriks interaksi ketersediaan sumber daya setiap fokus pengem-
bangan pada Kab. Minahasa Selatan
Ketersediaan sumber daya Fokus Pengembangan
B SDM
SDA SDS
SDT T
K I
S 1
Kawasan agrin terpadu 0.18
3.4 3.6
4.4 2.4
13.8 6.2
1.1 2
S.u. kecil mikro 0.16
2.8 3.8
3.6 2.6
12.8 7.2
1.2 3
Kemitraan aliansi 0.18
2.4 4.4
4.0 2.6
13.4 6.6
1.2 4
Pasar tujuan ekspor 0.16
2.4 2.8
3.4 2.6
11.2 8.8
1.4 1
5 Investasi PMAPMDN
0.17 2.4
3.4 3.4
2.4 11.6
8.4 1.4
1 6
Teknologi transisi 0.15
2.4 3.4
3.2 2.4
11.4 8.6
1.3 2
nilai rataan, B=bobot, T=total sd, K=kesenjangan=20maks. sd-T, I=KxB =nilai kesenjangan terbobot, S=nilai ketersediaan terbatas.
Penerapan model implementasi strategi pengembangan pada agroindustri dan lokasi kajian memberikan informasi sebagai berikut:
1. Analisis ketersediaan bahan baku agroindustri pada lokasi kajian menunjukkan bahwa produksi kelapa secara keseluruhan masih jauh dibawah
target produksi yang ideal. 2. Analisis ketersediaan sumber daya pada lokasi kajian menunjukkan adanya
keterbatasan semua tipe sumber daya pada keseluruhan lokasi terutama pada tipe sumber daya teknologi.
3. Matriks interaksi antara ketersediaan sumber daya dan penerapan fokus pengembangan menunjukkan bahwa ketersediaan sumber daya paling terbatas
adalah pada penerapan kemitraan aliansi sebagai pilihan tipe kelembagaan, pasar tujuan ekspor sebagai pilihan pemasaran produk, investasi PMA
PMDN sebagai pilihan sumber modal usaha dan teknologi transisi sebagai pilihan teknologi pengembangan agroindustri unggulan.
IV.6. Evaluasi Strategi Pengembangan