34 komponen yaitu konsep, prinsip, dan teori yang berlaku universal. Powler dalam
Winaputra 1992 dalam Samatowa 2010: 3, mengungkapkan bahwa: IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimensistematis teratur artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling
berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan
itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang
sama atau konsisten.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tentang pengertian IPA, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala alam
secara sistematis untuk memperoleh pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan sikap ilmiah melalui pengamatan dan
eksperimen, yang diharapkan mampu memunculkan hasil yang akurat serta mampu menggambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di
alam. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan penyelidikan sederhana dalam pembelajaran IPA disekolah dasar dan bukan kegiatan hafalan terhadap konsep
IPA. Kegiatan penelitian sederhana dalam pembelajaran IPA memberikaan pengalaman langsung kepada siswa, sehingga dapat menumbuhkan sikap ilmiah
siswa.
2.1.8 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Sains merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan kita merupakan bagian dari pembelajaran sains. De Vito, et al 1993 dalam Samatowa
2010: 104, menyatakan “pembelajaran IPA yang baik harus mengkaitkan IPA dengan kehidupan sehari-
hari siswa”. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan
35 pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang
segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat
diperlukan untuk dipelajari. Sapriati 2011: 2.5, berpendapat bahwa kurikulum IPA lebih menekankan
siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif dan luwes. Kurikulumnya menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses
IPA. Beliau juga mengemukakan ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah serta pemahaman konsep dan
penerapannya terdiri atas mahluk hidup dan proses kehidupan, benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya, bumi dan alam semesta, serta sains, lingkungan,
teknologi dan masyarakat. Pembelajaran IPA di sekolah dasar menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah Agustiana dan Tika 2013: 258. Blough,et
al. 1958 dalam Samatowa 2010: 104 juga menegaskan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar perlu didasarkan pada pengalaman untuk membantu siswa
belajar IPA, mendeskripsikan dan menjelaskan hasil kerja dan prosedurnya. Paolo dan Marten t.t dalam Carin 1993 dalam Samatowa 2010: 5,
mendefinisikan keterampilan proses sains adalah sebagai berikut: 1 mengamati, 2 mencoba memahami apa yang diamati, 3 mempergunakan pengetahuan baru
untuk meramalkan apa yang terjadi, dan 4 menguji ramalan-ramalan di bawah
36 kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar
. Selanjutnya Paolo
dan Marten juga menegaskan bahwa: Dalam IPA tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal
dan mencoba lagi. IPA tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang ada. Dalam IPA anak-anak dan pendidik harus
bersikap skeptis sehingga pendidik selalu siap untuk memodifikasi model-model yang ada untuk mempelajari alam sejalan dengan
penemuan-penemuan baru yang didapatkan.
Karakteristik siswa sekolah dasar pada umumnya masih senang bermain, senang melakukan kegiatan, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka
juga tertarik untuk melakukan penggalian, melakukan kegiatan, melakukan permainan, mendapatkan pengalaman yang bervariasi, memenuhi rasa
keingintahuannya. Di sinilah letak peran seorang guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan untuk menanamkan konsep-
konsep IPA dengan berbagai kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa. Pembelajaran dengan model CLIS terkait dengan dilakukannya percobaan
sederhana yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Model pembelajaran yang
seperti itu dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang dapat melatih sikap berpikir kritis melalui pembelajaran IPA.
2.1.9 Materi Energi