32 Berdasarkan tahap-tahap perkembangan yang diungkapkan oleh Piaget,
siswa sekolah dasar berada dalam tahap operasional konkret. Hal ini berarti dalam pembelajaran guru harus menggunakan bantuan benda-benda konkret agar siswa
lebih memahami matari yang disampaikan. Sapriati, dkk 2011: 2.5, menjelaskan bahwa siswa sekolah dasar pada umumnya berada dalam usia yang masih senang
bermain, senang melakukan kegiatan, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Kalpana 2014: 29 bahwa “Children learn
more and enjoy learning more when they are actively involved .” Anak-anak lebih
banyak belajar dan lebih menikmati pembelajaran ketika mereka terlibat secara aktif . Oleh karena itu, hendaknya guru mengembangkan pembelajaran yang
mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja dalam kelompok, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
terlibat langsung dalam pembelajaran Desmita, 2012: 35. Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru
dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di
lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, siswa hendaknya
diberi kesempatan untuk aktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok.
2.1.7 Hakikat IPA
Wisudawati dan Sulistyiowati 2014: 22 menjelaskan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, artinya pengetahuan
33 diperoleh dengan metode ilmiah. Dua sifat utama ilmu yakni rasional dan objektif.
Rasional artinya masuk akal, logis, atau dapat diterima akal sehat, sedangkan bersifat objektif artinya sesuai dengan kenyataan atau hasil pengamatan.
IPA atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, yaitu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. IPA membahas tentang
gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia Samatowa, 2010: 3.
Agustiana dan Tika 2013: 257-8 menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja melainkan juga merupakan suatu proses penemuan. Selain itu, Nash 1993 dalam
Darmojo 1992 dalam Samatowa 2010: 3, menyatakan bahwa IPA merupakan suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa
cara IPA mengamati dunia bersifat analisi, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara fenomena satu dengan yang lain, sehingga keseluruhannya membentuk
suatu persepektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Gagne 2010 dalam Wisudawati dan Sulistyowati 2014: 24, menyatakan
bahwa IPA harus dipandang sebagai cara berpikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia alam, sebagai cara penyelidikan terhadap gejala alam, dan
sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inquiri. Selanjutnya, Trianto 2014: 141 mengemukakan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya berupa produk ilmiah yang tersusun atas tiga
34 komponen yaitu konsep, prinsip, dan teori yang berlaku universal. Powler dalam
Winaputra 1992 dalam Samatowa 2010: 3, mengungkapkan bahwa: IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimensistematis teratur artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling
berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan
itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang
sama atau konsisten.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tentang pengertian IPA, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala alam
secara sistematis untuk memperoleh pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan sikap ilmiah melalui pengamatan dan
eksperimen, yang diharapkan mampu memunculkan hasil yang akurat serta mampu menggambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di
alam. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan penyelidikan sederhana dalam pembelajaran IPA disekolah dasar dan bukan kegiatan hafalan terhadap konsep
IPA. Kegiatan penelitian sederhana dalam pembelajaran IPA memberikaan pengalaman langsung kepada siswa, sehingga dapat menumbuhkan sikap ilmiah
siswa.
2.1.8 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar