Daya Beda Soal-soal Tes

84 Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan menurut Arikunto 2013: 225 adalah sebagai berikut: 1 Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal kategori sukar, 2 Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal kategori sedang, 3 Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal kategori mudah. Instrumen soal yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kelengkapan taraf kesukaran soal yang ditentukan, di mana ada soal dengan kategori mudah, kategori sedang, dan soal dengan kategori sukar. Pengujian tingkat kesukaran dilakukan dengan membandingkan banyaknya jumlah siswa yang menjawab soal benar pada setiap butir soal dibanding dengan jumlah peserta tes. Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran soal disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba No Tingkat Soal Nomor Soal Jumlah 1 2 3 Mudah Sedang Sukar 1, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 15, 16, 19, 20, 23, 24, 25, 25, 33, 38, 39 2, 3, 4, 6, 10, 13, 14, 18, 21, 22, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 35, 36, 37 17, 32, 40 18 19 3 Sumber data: Lampiran 30

3.7.4.4 Daya Beda

Arikunto 2013: 226 menyatakan bahwa “daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai 85 berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah ”. Untuk menghitung daya pembeda butir soal pilihan ganda dapat digunakan rumus: Keterangan: J = jumlah peserta tes J A = banyaknya peserta kelompok atas J B = banyaknya peserta kelompok bawah B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar P A = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = proporsi peserta kelompok bawah yang menajwab benar Arikunto, 2013: 228-9. Untuk menafsirkan hasilnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut: 1 D = 0,00 – 0,20 : jelek poor 2 D = 0,21 – 0,40 : cukup satisfaktory 3 D = 0,41 – 0,70 : baik good 4 D = 0,71 – 1,00 : baik sekali excellent 5 D = negatif, semuanya tidak baik. Arikunto, 2013: 232 Sebelum perhitungan daya beda soal, kelompok siswa dibagi dua menjadi kelompok atas dan kelompok bawah lampiran 29. Penentuan kelompok atas dan bawah didasarkan pada skor hasil jawaban siswa kemudian dilakukan peringkat 86 dari skor tertinggi ke skor terendah kemudian dibagi dua menurut jumlah siswa. Siswa yang mendapat peringkat dari setengah jumlah siswa keatas menjadi siswa kelompok atas dan siswa yang mendapat peringkat dari setengah jumlah siswa kebawah menjadi kelompok bawah. Pengujian daya beda diperoleh dari hasil perhitungan jumlah jawaban benar pada kelompok atas dibanding jumlah siswa pada kelompok atas PA dikurangi hasil jumlah jawaban benar pada kelompok bawah dibanding jumlah siswa pada kelompok bawah PB. Rekapitulasi hasil analisis daya beda soal disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Beda Soal Uji Coba keterangan Kriteria Baik Sekali Baik Cukup Jelek Tidak Baik Nomor Soal 13 2, 3, 4, 6, 14, 17, 18, 20, 21, 28, 29, 31, 36, 37, 40 1, 5, 10, 15, 19, 22, 25, 26, 27, 32, 33, 34, 39 7, 8, 9, 11, 12, 16, 23, 24, 30, 35, 38 Jumlah 1 soal 15 soal 13 soal 11 soal 0 soal Sumber data: Lampiran 31

3.8 Teknik Analisis Data

Sugiyono 2013: 147, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data tersebut ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, selanjutnya membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian ini meliputi: deskripsi data, uji prasyarat

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajan CLIS (Children Learning in Science) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda

0 6 256

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DENGAN PROBLEM SOLVING

3 13 54

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Gentan 03 Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 20

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Children Learning In Science (Clis) pada Siswa Kelas V SD Negeri Jaten I Kecamatan Selogiri

0 0 15

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Children Learning In Science (Clis) pada Siswa Kelas V SD Negeri Jaten I Kecamatan Selogiri

0 1 12

PENGEMBANGAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR.

0 4 47

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Children Learning in Scinece (CLIS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Ngembatpadas I Kecamatan

0 1 18

PENGARUH MODEL CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE ) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Salam dan SDN Ciranjang Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang ).

0 2 37

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA SISWA KELAS III SD N DAWUNGAN II MASARAN SRAGEN.

0 0 240

Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk

1 3 4