Bingung cari calon wapres

21. Bingung cari calon wapres

Gambar 21 Caption: Bingung cari calon wapres Setelah Suara Akbar Roboh BIASA terlihat dingin dalam segala cuaca, Akbar Tandjung kelihatan agak panas Kamis pekan yang lalu ketika ia memimpin rapat pengurus pusat Partai Golkar di Slipi, Jakarta. Mendengar kawan-kawan dekatnya terus menggerutu tentang hasil konvensi Partai Golkar, yang dimenangi Wiranto Selasa pekan lalu, Akbar dengan suara keras berkata, Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Masih ada tugas yang jauh lebih penting. Rapat itu memang bukan ajang evaluasi hasil konvensi. Akbar sebagai ketua umum partai kemudian mengajak kawan-kawannya kembali terfokus pada agenda utama rapat: mencari partai lain yang hendak diajak berkoalisi dan mencari calon wakil presiden yang akan mendampingi Wiranto. Melangkah ke depan bagi politisi seulung Akbar memang lebih penting ketimbang terus meratapi kekalahan dua hari sebelumnya. Jika Wiranto pada 5 Juli mendatang menang dalam pemilu presiden, bukankah banyak hal menarik yang bisa dilakukan Partai Golkar dan tentu juga Akbar? Toh para pendukung Akbar tetap sulit melupakan konvensi yang di atas kertas di tangan Akbar itu. Bayangkan. Begitu masuk arena konvensi, sebelum suara daerah dikumpulkan, Akbar sudah mendapat modal 18 suara dari pengurus pusat partai. Ketika putaran pertama Akbar unggul dengan 147 suara-dengan Wiranto di urutan dua 137 suara, Aburizal Bakrie dengan 118 suara, Surya Paloh 77 suara, dan Prabowo Subianto 39 suara-sebenarnya pendukungnya mulai khawatir. Akbar gagal mengumpulkan suara 50 persen plus satu untuk langsung menang di putaran pertama. Tapi tim sukses Akbar masih menyisakan harapan. Mereka yakin suara Aburizal Bakrie dan Prabowo bisa melimpah ke tangan Akbar. Dengan itu, Setidaknya 60 persen suara bisa diraih oleh Bang Akbar, kata Ferry Mursyidan Baldan, salah satu anggota tim sukses. Rupanya, tidak mudah menafsirkan arti senyum politik Aburizal itu. Beberapa menit setelah pemungutan suara putaran pertama, Wiranto berpindah duduk di samping Prabowo Subianto. Bekas komandan dan anak buah itu sempat berbicara beberapa patah kata, kemudian keduanya tersenyum dan saling menggenggam tangan. Tak lama setelah itu, Wiranto bangkit keluar ruangan konvensi dan masuk salah satu ruangan di gedung itu. Di dalam ruangan sudah ada Aburizal Bakrie. Pertemuan itu singkat, hanya beberapa menit. Keduanya berpisah dengan senyum lebar dan tangan saling menepuk bahu. Janji mengalihkan suara pada putaran kedua itu ditepati-entah dengan iming-iming apa. Di putaran kedua, Akbar hanya bisa meraih 227 suara dan Wiranto unggul dengan 315 suara, melebihi hitungan di atas kertas. Kejutan besar yang membalikkan perhitungan tim sukses Akbar. Kemenangan Wiranto itu disambut sorak-sorai. Di lobi Balai Sidang Senayan, tempat konvensi berlangsung, para pendukung Wiranto meneriakkan yel-yel gembira begitu nama Wiranto disebut, tapi berubah menjadi huuuuuuu begitu nama Akbar disebut. Kubu Akbar kecewa. Mahadi Sinambela, ketua tim sukses Akbar, pun tak bisa menutupi kegusarannya. Menurut dia, apa yang dilakukan Akbar sudah mati- matian. Tiap minggu dalam setahun terakhir, Akbar nyaris tak pernah ada di Jakarta. Ia selalu menyambangi daerah. Tentu tak cuma pengorbanan waktu, tapi juga biaya. Yang bikin repot, tim sukses juga tidak all out membela Bang Akbar, kata dia lagi. Dibandingkan dengan tim sukses calon lainnya, tim kampanye Akbar boleh dibilang tampil ala kadarnya. Tak ada aksi seni menjual diri yang canggih. Stan promosi Akbar di lobi Balai Sidang Senayan nyaris sepi dari kunjungan. Padahal dua stan lainnya, yaitu Surya Paloh dan Prabowo, ramai dengan gadis cantik yang siap membagikan berbagai suvenir, dari permen, koran gratis, buku, kaus, hingga majalah. Itu juga yang dialami Akbar. Malah, menurut Akbar, mereka juga sulit ditemui di hotel. Sudah disediakan kamar hotel, eh..., masih menginap di mana- mana, keluhnya. Wajar jika tim sukses Akbar merasa dikibuli oleh para utusan daerah. Yang bikin parah, mereka berjanji akan memilih Bang Akbar, tapi nyatanya tidak, ujar Mahadi. Mungkin benar. Dan karier politik Akbar memang terancam tamat. Apalagi ia sudah jelas menolak menjadi calon presiden dari partai lain-suatu kondisi yang masih hipotesis, karena memang belum terdengar ada partai yang menawarinya. 20 Sign: - Gambar peri kecil membawa panah - Gambar tiga laki-laki dan satu perempuan. Masing masing memakai yang pertama laki-laki memakai jas kuning, lelaki kedua memakai jas biru dan lelaki ketiga memakai kemeja hijau, memakai peci dan memakai kacamata dan yang perempuan memakai kaos merah dan manset hitam, memakai kacamata, terdapat tahi lalat di bagian dagu. - Gambar love di depan ketiga laki-laki dan satu perempuan - Gambar balon dialog diatas kepala peri yang bertuliskan cari pasangan serasi. - Gambar sekelompok manusia dan berkepala hewan mengankat tangan - Gambar lelaki gendut, hidung besar, berkacamata dan memakai kemeja kuning - Gambar sebuah lingkran di dada seorang laki-laki Interpretasi: Pada gambar terlihat seorang peri yang membawa panah, peri bertugas mencara pasangan yang menurutnya serasi. Di dalam gambar tersebut juga terlihat dua kelompok orang yang berbeda, dari kubu kiri terdiri dari empat anggota yaitu tiga laki-laki dan satu perempuan. Keempat orang tersebut mewakili dari masing- masing parati-partainya, itu terlihat dari pakaian yang ia kenakan. Pertama, 20 http:majalah.tempointeraktif.comidarsip20040426LUmbm.20040426.LU90998.id .html, Diakses Pada 12 Desember 2010 Pukul 09: 22 perempuan gemuk berkacamata, mempunyai tahi lalat didagu dan memakai baju merah dan hitam. Perempuan tersebut adalah seorang Megawati dari partai PDI, warna merah merupakan lambang dari partai PDI . Kedua, laki-laki berkacamata, memakai peci, dan memakai baju berwarna hijau, laki-laki tersebut adalah Gusdur dari partai PKB, peci yang Gus Dur pakai merupakan ciri dari seorang Gus Dur dan warna hijau merupakan lambang dari partai PKB. Ketiga, laki-laki dengan bentuk wajah kotak dan memakai jas berwarna biru, lelaki tersebut adalah Amin Rais dari partai PAN, warna biru merupakan lambang dari partai PAN. Keempat laki-laki dengan bentuk wajah yang panjang, dengan rambut licin, dan memakai jas berwarna kuning, lelaki tersebut adalah Wiranto dari partai Golkar, warna kuning juga merupakan lambang dari partai Golkar. Kelompok dari kubu sebelah kanan terdiri tujuh anggota yaitu tiga laki- laki dan tiga lainya merupakan bermuka hewan dan seorang alien. Dari kelompok tersebut ada satu laki-laki yang terlihat mencolok dari enam yang lainnya. Laki- laki tersebut memakai kemeja kuning, berbadan gemuk, memilki hidung yang besar, memakai kacamata dan terlihat sebuah dada yang bergambar sebuah lingkaran-lingkaran, laki-laki tersebut adalah seorang Akbar Tanjung. Lingkaran- lingkaran tersebut di dalam sebuah permainan memanah yang mana lingkaran itu merupakan tempat tujuan dari panah yang di luncurkan. Peri tersebut adalah Capres, mendekati pemilihan presiden para capres sibuk mencari calon wapres. Sang Capres pun terlihat bingung memilih atau mencari calon Wapres yang serasi. Banyak sekali yang mengiginkan posisi sebagai calon Wapres, calon yang sudah ditunjuk mewakili partai mereka saling bersaing untuk mendapatkan posisi tersebut. Tabel 21 Histories Akbar berharap Sign - Peri cinta - Mega memakai baju merah, Gus Dur memakai kemeja hijau, Amin memakai jas biru, dan Akbar memakai kemeja kuning - Di dada Akbar tergambar tiga lingkaran Interpretasi Akbar sangat berharap sang Capres bisa menunjuknya untuk menjadi calon Wapres.

22. Menggoyang mega dari dalam partai