Megawati yang pelit bicara

14. Megawati yang pelit bicara

Gambar 14 Caption: Megawati yang pelit bicara 26 Juli 1999 Jika Megawati Berhenti Semedi Barangkali ini kabar baik bagi Anda yang kangen berat pada Megawati Soekarnoputri. Ketua Umum PDI Perjuangan itu akan buka mulut kepada public selepas hasil penghitungan suara nasional secara resmi diumumkan. Jika memang Rudini, Ketua Komisi Pemilihan Umum KPU, tepat waktu menyampaikan hasil kerja timnya pada 26 Juli ini, diperkirakan Mega akan cuap-cuap satu atau dua hari sesudahnya. Apalagi konsep pidatonya sudah disiapkan. Inti pesan kurang lebih berikut: selamat tinggal Orde Baru, selamat datang Orde Reformasi. Jika betul, inilah akhir dari “semedi” Mega setelah putrid Bung Karno ini meolak bicara. Alasannya selalu sama: calon presiden dari partai pemenang pemilu ini baru akan ngomong setelah hasil pemilu diteken dan diumumkan. Maka, selama berminggu-minggu ia seperti dewa yang tak tersentuh: tak ada keterangan, tak ada konferensi pers. Dengan siapa partai berlambang banteng gemuk ini akan menjalin koalisi, apa strateginya memantapkan langkah menuju kursi presiden, pemerintahan macam apa yang akan ia bentuk, adalah sederet pertanyaan yang seolah hanya diketahui Tuhan dan Megawati sendiri. Ketertutupan Mega atas sikap politik partainya terakhir kali tampak dalam rapat kerja nasional rakernas partai itu, yang diadakan di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Ahad sampai Selasa pekan lalu. Bak sebuah pertemuan rahasia mafioso Italia, puluhan petugas PDI Perjuangan berseragam merah hitam memagari hotel dan ruang pertemuan. Wartawan yang mendekat harus jelas identitasnya. Itu pun jangan berharap bisa mendapat informasi. Para peserta rakernas tutup mulut. Di tempat-tempat netral seperti ruang makan, wartawan dihadang agar tidak mendekati peserta. Semua paper diserahkan ke Ketua Umum dan kopinya dimusnahkan setelah rakernas, kata seorang peserta asal Palembang yang tidak mau disebut namanya. Tapi, pertanyaannya, mengapa acara rapat kerja partai yang mengaku terbuka itu justru dikunci rapat-rapat. Mega kelihatannya tidak ingin langkahnya diintip orang. Maklum, meski jelas-jelas menang pemilu, ia bukan pemenang multak. Dengan 154 kursi yang diperolehnya dan dengan asumsi akan terjadi perdebatan soal cara pemilihan presiden —mayoritas sederhana ataukah mayoritas mutlak, berikut tahapannya, sebagaimana kelak diatur dalam tata tertib MPR —Mega bagaimanapun harus menyusun kekuatan. Apalagi Golkar dengan calonnya Habibie kelihatannya juga akan sekuat tenaga membendung Mega. Kabar-kabar yang beredar, kartu politik uang pun akan dimainkan Partai Beringin tersebut. Akan silaukah para calon legislatif Banteng Ketaton itu terhadap gemerincing uang dari Golkar? Inilah soalnya. Di sudut yang lain ada pula sayap berotot yang dijaga orang seperti Mangara Siahaan. Banteng berbibir putih pecah? Meski resminya ditolak, kesan itulah yang muncul. Fakta yang tidak terlalu aneh, mengingat partai itu sebetulnya bukan partai baru, sehingga menyimpan banyak unsur, juga faksi. Mega dalam masa susahnya didukung banyak orang, sehingga kini harus membiarkan mereka merasa punya hak untuk menuai hasil. Saat melobi, pelbagai kelompok ini bisa bermain sendiri-sendiri. Untuk menggalang kekuatan partai Islam di Sidang Umum SU MPR nanti, misalnya, suami Megawati, Taufik Kiemas, kini rajin berkeliling ke partai-partai Islam. Partai Bulan Bintang PBB, misalnya, jadi prioritas karena ia merasa punya background keluarga Masyumi. Saya kan dekat dengan Yusril Ihza dan Farid Prawiranegara Ketua Umum dan Ketua Partai Bulan Bintang, kata Taufik menjelaskan. Dalam rakernas di Depok, kubu PDI Perjuangan kelihatannya sudah bulat tekad. Kartu truf yang akan dimainkan Mega: menawarkan kabinet bersama kepada partai-partai lain. Kabinet itu, konon, akan mereka sebut sebagai Kabinet Kebangsaan. Dengan kata lain, Mega akan mengobral jabatan menteri. Jabatan tersebut akan dibarter dengan dukungan kepada Megawati dalam sidang umum. Iming-iming ini diyakini kubu Mega bisa membuat kader-kader partai lain luluh. Jadi, di atas kertas, semua partai, kecuali Golkar, bisa saja masuk ke dalam kabinet ini. 14 Sign: - Gambar seorang perempuan berkacamata, tahi lalat di dagu dan tidak memiliki mulut atau bibir - Gambar sekumpulan orang di belakang wanita tersebut dengan ekspresi berbeda-beda - Gambar sebuah bibir diatas bantal Interpretasi: Pada gambar diatas terlihat sekelompok orang dengan ekspresi yang berbeda-beda, seperti memohon, bertopang dagu, menunujuk dengan ekspresi kesal, marah, meledek dengan mengeluarkan lidah dan lain-lain. Ekspresi kelompok tersebut ditujukan kepada seorang perempuan berambut pendek, berkacamata dan memiliki tahi lalat di dagu yang ada dihadapannya, perempuan tersebut yaitu Megawati. Sekelompok orang tersebut memaksa Mega berbicara atau angkat bicara tentang hasil penghitungan suara nasional. Mega menaruh mulutnya di sebuah bantal dan menjaganya, Mega seperti dewa yang tak tersentuh. Mega menunggu waktu yang tepat untuk membicara han hasil tersebut. Mega yang memakai kacamata hitam sehingga bola matanya tidak terlihat, jadi Mega tidak menghiraukan keadaan sekitar yang meledek dan mencacimakinya. 14 http:ip52214.cbn.net.ididarsip19990726NASmbm.19990726.NAS95923.id.html, Diakses Pada 23 Desember 2010 Pukul 09:15 Tabel 14 Histories Tutup Mulut Sign - Sekelompok orang mencibir, marah dan memohon - Mega menjaga bibir Interpretasi Mega tidak menghiraukan orang-orang disekitarnya yang memaksa dirinya angkat bicara tentang hasil penghitungan suara nasional.

15. Dipaksa berbicara keras oleh kalangan islam