Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia

7. Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia

Gambar 7 Caption: Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia Indonesia Kehilangan Pulau Sipadan-Ligitan TEMPO Interaktif , Jakarta:Mahkamah Internasional International Court of Justice telah memutuskan bahwa Malaysia memiliki kedaulatan atas Pulau Sipadan- Ligitan. “Pemerintah Indonesia menerima keputusan akhir Mahkamah Internasional MI, dan saya sungguh berharap bahwa keputusan MI dalam masalah ini dapat menutup satu babakan dalam sejarah bilateral antara Indonesia-Mala ysia,” kata Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda, dalam jumpa persnya di Deplu, Selasa 1712. Hari ini, pada sidang yang dimulai pukul 10.00 waktu Den Haag, atau pukul 16.00 WIB, MI telah mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligatan antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim tetap dari MI, sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh Indonesia. Kemenangan Malaysia, kata menteri, berdasarkan pertimbangan effectivitee, yaitu pemerintah Inggris penjajah Malaysia telah melakukan tindakan administratif secara nyata berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan operasi mercu suar sejak 1960- an. “Sementara itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia tidak menjadi pertimbangan, serta penolakan berdasarkan chain of title rangkain kepemilikan da ri Sultan Sulu,” kata Menlu. Di pihak yang lain, MI juga menolak argumentasi Indonesia yang bersandar pada konvensi 1891, yang dinilai hanya mengatur perbatasan kedua negara di Kalimantan. Garis paralel 14 derajat Lintang Utara ditafsirkan hanya menjorok ke laut sejauh 3 mil dari titik pantai timur Pulau Sebatik, sesuai dengan ketentuan hukum laut internasional pada waktu itu yang menetapkan laut wilayah sejauh 3 mil. Dalam kesempatan itu, Wirajuda juga mengatakan, pemerintah Indonesia menyatakan rasa kecewa yang mendalam bahwa upaya yang dilakukan oleh empat pemerintahan Indonesia sejak tahun 1997 ternyata tidak membuahkan hasil. “Namun, kita berkewajiban untuk menghormati Persetujuan Khusus untuk bersama-sama mengajukan sengketa kedua pulau ini ke Mahkamah Internasional pada 31 Mei 1997,” kata dia. Dia menambahkan, sesuai dengan kesekapatan antara Indonesia-Malaysia tidak ada banding setelah keputusan ini. Sebab, keputusan mahkamah ini bersifat final dan mengikat. Dalam urusan ini, pemerintah Indonesia juga percaya seluruh proses peradilan telah berlangsung secara adil dan transparan. Tentang tindak lanjut pasca keputusan MI, menteri menyatakan, langkah pertama yang diambil adalah merumuskan batas-batas negara dengan negara- negara terdekat. “Untuk Sipadan- Ligitan akan ditarik batas laut wilayah sejauh 12 mil dari lingkungan dua pulau tersebut,” katanya. Disebutkan, biaya yang dikeluarkan hingga proses ini mencapai Rp 16 miliar, yang sebagian besar digunakan untuk membayar pengacara. Saat ditanya, apakah pemerintahan Megawati bisa dijatuhkan karena kasus ini, Wirajuda menyatakan tidak bisa begitu. Sebab, masalah ini sudah ada sejak tahun 1997, dan telah menjadi masalah serius bagi empat Presiden sebelumnya. “Jadi, tidak bisa kita salahkan ujungnya karena merupakan satu rangkaian yang tida k bisa dilepaskan,” kata dia. Mengenai rencana interpelasi anggota DPR jika pemerintah Indonesia kehilangan pulau ini, menteri menjawab hal itu merupakan satu rangkaian dari keputusan serius yang telah lama ada di Indonesia, dan proses peradilan ini sendiri telah berlangsung secara adil dan transparan. Justru ini merupakan upaya diplomasi dan konsultasi yang dilakukan secara gencar oleh berbagai pihak, kata dia. Wirajuda sendiri berpendapat, kehilangan dua pulau ini berkaitan dengan keteidakjelasan pembatasan wilayah Nusantara sehingga perlu dilakukan upaya untuk memperjelas garis pembatas negara. Ini menjadi kebijakan penting pada pemerintahan Megawati saat ini, yaitu menginventarisir garis batas wilayah kita agar 17.508 pulau kita tidak tercecer, kata dia. Diah Ayu Candraningrum- Tempo News Room 7 Sign: - Gambar bayi kembar diberi nama Sipandan dan Ligitan - Gambar seorang perempuan memakai pakaian muslim - Gambar nenek-nenek mata melotot dan menggemgam tangan - Gambar seorang perempuan gemuk, menangis, memakai sanggul, memakai perhiasan, memakai tas tangan dan memakai songket batik Interpretasi: Pada gambar diatas: terlihat seorang ibu bersanggul dan mengenakan songket batik. Perempuan tersebut mengelurakan air mata yang berarti ibu itu sedang merasa sedih sehingga membuat dirinya menangis. Batik dan songket merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Terlihat juga seorang nenek tua 7 http:www.tempointeraktif.comhgnasional20021217brk,20021217-30,id.html, Diakse Pada 3 Desember 2010 Pukul 10:03 sedang memarahi seorang ibu anaknya. Pada gambar diatas terlihat seorang wanita muslimah membawa anak kembar yang diberinama Sipadan dan Ligitan. Pada gambar tidak diberi warna terang melainkan diberi warna abu-abu, warna tersebut memiliki makna Intelek, Masa Depan kayak warna Milenium, Kesederhanaan, Kesedihan. Ibu bersanggul dan memakai kebaya itu tidak lain seorang Megawati. Jika kita bersedih pasti ada sebab, yang menyebabkan Mega menangis dikarenakan Mega kehilangan seorang anak kembar yaitu Sipadan dan Ligitan. Sipadan dan Ligitan pada gambar di atas merupakan sebuah pulau yang menjadi persengketaan Indonesia dan Malaysia atas pemilikan terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makassar. Sikap Indonesia semula ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN namun akhirnya sepakat untuk menyelesaikan sengketa ini melalui jalur hukum Mahkamah Internasional. Perempuan muslimah pada gambar diatas merupakan seorang perempuan Malaysia. Perempuan tersebut mendekap erat kedua anak tersebut yaitu Sipadan dan Ligitan. Perempuan itu mendekap erat anak tersebut, karena pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ, kemudian pada hari Selasa 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligatan antara Indonesia dengan Malaysia. Dan masalah ini di menangkan oleh pihak Malaysia. Seorang nenek sedang memarahi Mega, karena sebagai seorang ibu yang baik bias menjaga anak-anaknya dengan baik. Saat itu Mega masih menjabat sebagai seorang Presiden, sebagai Presiden sebaiknya Mega bias menjaga pulau- pulau dari perampasan Negara lain. Tabel 7 Histories Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan Sign - Mega menangis - Nenek marah-marah - Wanita muslimah membawa anak kembar Interpretasi Mega menangisi pulau kembar Sipadan dan Ligitan yang di rebut oleh Malyasia

8. Kisruh internal PDI