33
3. Hubungan antara Current Ratio terhadap Tingkat Underpricing
Current ratio merupakan rasio aktiva lancar terhadap hutang lancar, yang menunjukkan likuiditas suatu perusahaan. Current ratio mengindikasikan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya dari aktiva lancar yang dimiliki. Berdasar pada teori signaling Kim 1999 dalam Hapsari dan
Mahfud 2012 yakni untuk mengatasi masalah penilaian yang rendah terhadap harga saham, maka perusahaan yang berkualitas dapat memberikan signal bagi
investor untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kualitas yang baik. Semakin tinggi Current Ratio suatu perusahaaan berarti semakin kecil risiko
kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini menjadikan risiko yang ditanggung pemegang saham juga semakin
kecil. Jadi, semakin besar Current Ratio semakin kecil Initial Return. Semakin tinggi Current Ratio suatu perusahaan berarti semakin kecil risiko kegagalan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sehingga, risiko yang ditanggung pemegang saham juga semakin kecil. Jadi, semakin besar Current
Ratio semakin kecil Initial returns atau semakin besar Current Ratio maka semakin besar Underpricing Suyatmin dan Sujadi 2006 dalam Hapsari dan
Mahfud 2012. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Current Ratio berpengaruh terhadap underpricing.
34
4. Hubungan antara Debt to Equity Ratio terhadap Tingkat Underpricing
Tingkat Debt to Equity Ratio menggambarkan risiko yang diukur dengan membandingkan total kewajiban perusahaan dengan total aset. Menurut
penelitian yang dilakukan Kim et al., 1995 dalam Risqi dan Harto 2013 bahwa tingkat Debt to Equity Ratio berkorelasi positif dengan intial return. Dapat
disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio tinggi menggambarkan risiko perusahaan yang tinggi pula sehingga investor dalam melakukan keputusan
investasi akan menghindarkan penilaian harga saham perdana yang terlalu tinggi yang menyebabkan underpricing.
DER merupakan salah satu informasi yang penting bagi investor untuk menilai resiko suatu nilai saham. Nilai DER yang tinggi menandakan struktur
permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas, sehingga menunjukan resiko financial atau resiko kegagalan perusahaan
untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi yang nantinya akan mempengaruhi tingkat return yang akan diterima oleh investor dimasa yang akan
datang. Semakin tinggi nilai DER berarti semakin tinggi resiko saham emiten tersebut, maka semakin tinggi pula tingkat return yang diharapkan oleh investor,
yang berarti juga semakin tinggi tingkat underpricing tersebut Suyatmin 2006 dalam Aini 2013. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Debt to
Equity Ratio berpengaruh terhadap underpricing.