30
9. EPS Earning per Share
Menurut Brigham dan Houston 2010:93 Labar Per Saham atau Earning per Share EPS adalah jumlah labar bersih dibagi dengan jumlah saham yang
beredar di perusahaan tersebut. Dalam laporan laba rugi EPS merupakan pos terpenting bagi pemegang saham. Jika suatu perusahaan memeliki opsi atau
konvertibel beredar atau jika perusahaan menerbitkan saham biasa baru-baru ini, maka perhitungan EPS menjadi sedikit lebih rumit.
Menurut Horne dan Wachowicz 2005:5 Labar Per Saham atau Earning per Share EPS adalah pendapatan setelah pajak earning after tax dibagi dengan
jumlah saham biasa yang tersebar. Harga pasar saham perusahan mencerminkan penialaian khusus dari semua pelaku pasar atas nilai suatu perusahaan. Penilaian
tersebut memperhitungkan EPS saat ini dan perkiraan EPS di masa mendatang. Menurut Siamat 2005:519 Labar Per Saham atau Earning per Share EPS
adalah rasio yang menunjukan laba bersih yang berhasil diperoleh perusahaan untuk setiap unit saham selama periode.
Persamaan yang digunakan untuk mengukur Earning per Share EPS mengikuti pengukuran yang dilakukan oleh Brigham dan Houston 2010:93,
Horne dan Wachowicz 2005:5, Siamat 2005:519, Retnowati 2013, Hapsari dan Mahfud 2012, dan Sari 2011 sebagai berikut :
EPS = Laba Bersih Setelah Pajak
Jumlah Saham Beredar
31
B. Hubungan Antara Variabel
1. Hubungan antara Umur Perusahaan terhadap Tingkat Underpricing
Umur perusahaan emiten menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan dan banyaknya informasi yang dapat diserap oleh publik. Perusahaan
yang beroperasi lebih lama mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada
perusahaan yang baru saja berdiri. Dengan demikian akan mengurangi adanya asimetri informasi dan memperkecil ketidakpastian pasar dan pada akhirnya akan
mempengaruhi underpricing How et al., 1995 dalam Kristiantari 2013. Perusahaan yang telah lama berdiri bisa dipersepsikan sebagai perusahaan
yang sudah tahan uji sehingga kadar resikonya rendah dan hal ini bisa menarik investor karena diyakini perusahaan yang sudah lama berdiri bisa dikatakan lebih
berpengalaman dalam menghasilkan return bagi perusahaan yang pada baik akan lebih dipercaya oleh investor dibandingkan dengan yang tidak memiliki reputasi
baik. Hal ini berarti auditor yang memiliki reputasi tinggi akan mengurangi ketidakpastian IPO serta mencerminkan resiko perusahaan IPO tersebut rendah,
serta rendah pula tingkat underpricing tersebut Aini 2013. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan memiliki pengaruh terhadap
underpricing.