Usaha Kecil dan Menengah

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini menggunakan dua kerangka pemikiran yaitu kerangka pemikiran teoritis dan kerangka pemikiran operasional. Kerangka pemikiran teoritis mencakup definisi usaha kecil dan menengah, definisi studi kelayakan bisnis, teori biaya dan manfaat, analisis finansial, analisis sensitivitas, dan laporan laba rugi.

3.1.1. Usaha Kecil dan Menengah

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah ditetapkan pada tanggal 4 Juli 2008. Definisi UKM menurut UU No. 202008 ini adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut: 1 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 s.d. Rp 2.500.000.000,00. Ciri-ciri usaha kecil, antara lain: 1 Jenis barang atau komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap dan tidak berubah 2 Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap dan tidak berpindah- pindah 3 Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha 4 Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP 5 Sumberdaya Manusia memiliki pengalaman dalam berwirausaha 6 Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal 7 Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. Usaha menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha menengah memiliki kriteria sebagai berikut: 1 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 s.d. Rp 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 s.d. Rp 50.000.000.000,00. Ciri-ciri usaha menengah, antara lain: 1 Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, dan bagian produksi 2 Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan 3 Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan, dll. 4 Sudah memiliki persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan, dll. 5 Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan 6 Pada umumnya telah memiliki SDM yang terlatih dan terdidik. Definisi usaha kecil, termasuk usaha mikro, menurut Kementrian Koperasi dan UKM adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha menengah merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,00 s.d. Rp 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan. Badan Pusat Statistik BPS memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu: 1 Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar lima hingga19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan. 2 Industri menengah, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

3.1.2. Teori Investasi