Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha (Studi Kasus: Rencana Pembukaan Gerai Baru oleh Elsari Brownies and Bakery)

(1)

I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rancangan terstruktur yang mencakup perbaikan di segala bidang guna peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Pembangunan nasional yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia

dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan yang hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi terpusat dan tidak merata serta tidak diimbangi kehidupan sosial, politik, ekonomi yang demokratis dan adil akan menghasilkan fundamental pembangunan ekonomi yang rapuh. Perekonomian nasional yang rapuh telah mengakibatkan Indonesia terjebak dalam krisis ekonomi yang berkepanjangan pada tahun 1997 serta menurunkan daya saing ekonomi nasional.

Krisis global pada tahun 2008 yang melanda perekonomian Amerika Serikat turut mengakibatkan goncangan pada berbagai sektor bisnis di seluruh dunia. Sektor industri skala besar mengalami stagnasi bahkan kebangkrutan. Industri dengan orientasi ekspor memiliki berbagai hambatan untuk mengembangkan usahanya akibat adanya krisis global. Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu bertahan dari ancaman krisis global. Ekonomi

Indonesia mampu tumbuh positif walau hanya sebesar 3-4 persen1 akibat

kontribusi dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai pilar pembangunan ekonomi rakyat yang tetap tangguh walau dilanda krisis global.

UKM di Indonesia mampu tampil sebagai salah satu sektor yang relatif sedikit mendapat pengaruh krisis global dalam perekonomian dunia. UKM sebagai cerminan ekonomi kerakyatan merupakan industri mikro yang tidak bergantung kepada perdagangan internasional sehingga tidak terpengaruh dampak krisis global. Eksistensi UKM tersebut dikarenakan berbagai faktor, antara lain UKM tidak mengandalkan bahan baku impor dalam menjalankan kegiatan produksinya. Pangsa pasar dalam negeri yang masih sangat prospektif menjadikan UKM tidak berkontribusi aktif dalam kegiatan perdagangan internasional. UKM juga tidak memiliki pinjaman dalam jumlah besar kepada perbankan dikarenakan

1

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/11/eksistensi-dan-kinerja-ukm-di-indonesia-3/ [Diakses 15 Januari 2012]


(2)

nilai investasi yang digunakan relatif kecil. Kegiatan UKM sebagian besar digerakkan dengan modal milik pribadi. Oleh karena itu, risiko UKM relatif kecil dalam memanfaatkan dana perbankan. Faktor-faktor tersebut membuat UKM mampu melewati krisis global dengan baik.

UKM memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perolehan PDB Nasional. Peran UKM terhadap penciptaan PDB Nasional pada tahun 2007 menurut harga berlaku adalah sebesar Rp 2.121,31 triliun atau 53,60 persen dari

total PDB Nasional2. Sumbangan UKM terhadap pembentukan PDB Nasional

pada tahun 2009 mencapai 56,5 persen. Oleh karena itu, UKM berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta terbukti mampu menjadi garda depan pewujudan stabilitas perekonomian nasional.

UKM merupakan kelompok usaha yang memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Hal ini dapat ditinjau dari semakin banyaknya UKM di Indonesia yang berdiri dari tahun ke tahun. Populasi UKM pada tahun 2006 ialah 48,9 juta unit usaha. Eksistensi UKM pada tahun 2007 sejumlah 49,84 juta unit. Pada tahun 2009, jumlah UKM mencapai 52,8 juta unit usaha atau meningkat sebesar 2,9 persen dari tahun 2008. Selain itu, UKM memiliki potensi cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan setiap unit investasi pada sektor UKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Dalam hal penyerapan kerja, peran UKM pada tahun 2007 tercatat sebesar 88.739.744 orang atau 96,95 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada. Pada tahun 2008, UKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.270 orang atau 97,04 persen dari total tenaga kerja yang ada. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 sebesar

2,43 persen3. UKM mampu menyerap tenaga kerja hingga 96,2 juta orang pada

tahun 2009 atau meningkat sebesar 2,3 persen dari tahun sebelumnya4. Dengan

demikian, UKM merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja serta memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat.

2

http://smecda.com/deputi7/menu/files/berita_resmi_statistik_ukm_bps_2008.pdf [Diakses 15 Januari 2012]

3

http://mediahki.wordpress.com/vol-viino-01februari-2010/kolom-hki-2-2/ [Diakses 15 Januari 2012]

4


(3)

UKM telah menjadi kelompok usaha penggerak pertumbuhan Indonesia pasca krisis global yang melanda dunia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah UKM di Indonesia hingga tahun 2010 ialah 51,26 juta unit usaha. Kontribusi UKM terhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) Nasional mencapai

Rp 2.609 triliun atau hampir seperempat dari total PDB Indonesia5.

Kota Bogor merupakan salah satu daerah yang memberdayakan UKM sebagai komponen pembangunan daerah. Perkembangan perekonomian Kota Bogor dari tahun ke tahun dapat ditinjau berdasarkan perolehan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor. PDRB Kota Bogor sebagai potret keadaan perekonomian memberikan gambaran situasi serta merupakan alat untuk mengkaji dan mengevaluasi kondisi perekonomian Kota Bogor. Perolehan nilai PDRB Kota Bogor mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Nilai PDRB Kota Bogor pada tahun 2010 secara umum mengalami kenaikan sebesar 18,19 persen dibanding tahun 2009, yaitu dari Rp 11.904.599,66 juta menjadi Rp 14.070.351,26 juta di tahun 2010.

Tabel 1. PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2010

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010

PDRB (juta rupiah)

7.257.742,09 8.558.035,70 10.089.943,96 11.904.599,66 14.070.351,26

Sumber: Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor (2011)

Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor didukung oleh berbagai

macam subsektor, diantaranya ialah industri pengolahan. Kontribusi subsektor industri pengolahan dalam perolehan PDRB Kota Bogor pada tahun 2010 ialah sebesar 25,90 persen. Peran serta industri pengolahan ini meningkat sebesar 1,3 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2009. Lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran merupakan subsektor yang memberikan andil terbesar dalam penyusunan komponen PDRB Kota Bogor dengan persentase sebesar 37,16 persen. Kontribusi berbagai sektor penyusun perekonomian Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.

5

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=81164ukmstrategis-tanggulangi-kemiskinan&catid=77&Itemid=131 [Diakses 15 Januari 2012]


(4)

Tabel 2. Kontribusi Sektor Dalam Perekonomian Kota Bogor Tahun 2009-2010

Lapangan Usaha

PDRB Atas Dasar Harga yang Berlaku (persen)

2009 2010

Pertanian 0,2 0,19

Industri Pengolahan 25,57 25,90

Listrik, Gas dan Air Bersih 2,06 2,00

Bangunan 5,49 5,29

Perdagangan, Hotel dan Restoran 38,40 37,16

Angkutan dan Komunikasi 14,45 15,35

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

10,22 10,39

Jasa-Jasa 3,97 3,72

Sumber: Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor (2011)

Industri pengolahan merupakan salah satu subsektor yang berperan dalam menopang roda perekonomian Kota Bogor. Industri makanan ialah salah satu komponen penyusun dalam industri pengolahan non migas di Kota Bogor. Industri makanan ini mencakup industri besar, sedang, industri kecil dan rumah tangga. Potensi industri pengolahan non migas khususnya industri makanan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Potensi Industri Pengolahan Non Migas Khususnya Industri Makanan di Kota Bogor tahun 2008-2010

Jenis Industri

2008 2009 2010

Jumlah Usaha (Unit) Tenaga Kerja (Orang) Jumlah Usaha (Unit) Tenaga Kerja (Orang) Jumlah Usaha (Unit) Tenaga Kerja (Orang) Industri

menengah atau besar

22 1402 25 1422 25 1422

Industri kecil formal

213 2.062 225 2.167 240 2.213

Industri kecil non formal

1.017 4.693 1.037 4.793 1.057 4.895

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor (2011)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Bogor yang bergerak di bidang industri makanan, baik yang berupa industri kecil formal maupun non-formal, mengalami peningkatan dari segi jumlah unit usaha dan tenaga kerja. Hal ini membuktikan bahwa UKM merupakan industri yang sangat potensial untuk diberdayakan lebih lanjut karena mampu menyerap tenaga kerja serta tidak membutuhkan modal yang terlalu besar dalam menjalankan kegiatan produksinya.


(5)

UKM merupakan usaha yang fleksibel dengan penerapan jiwa wirausaha sehingga memiliki ketahanan yang relatif tinggi dalam menghadapi krisis global yang melanda Indonesia.

Industri rotidi Kota Bogor merupakan salah satu jenis industri pengolahan

makanan yang prospektif untuk dikembangkan. Roti merupakan produk makanan yang bahan utamanya tepung (kebanyakan tepung terigu) dan dalam pengolahannya melibatkan proses pemanggangan. Produk roti contohnya adalah bakery, pie, bagel, pastry, cake dan cup cake, biskuit, kue kering (cookies), crackers, muffin, rolls, pretzel, donat, dll. Brownies sebagai bagian dari cake merupakan kue bantat yang berwarna cokelat pekat dengan berbagai aneka variasi topping yang menarik. Pertumbuhan industri brownies di Kota Bogor ditunjukkan

dengan semakin banyaknya usaha pengolahan brownies yang terdaftar di Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor dari tahun ke tahun. Daftar nama

produsen brownies di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Daftar Nama Perusahaan Brownies di Kota Bogor

Nama Perusahaan Alamat Tahun Daftar

Elsari Brownies &

Bakery

Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 2006

Brownies Kukus

“Bie&Bie” Jl. Batu Tulis Gg. Lurah No 12 RT 04/04 Kec. Bogor Selatan

2007

Monika Kebon Pedes RT 02/10 Kec.

Tanah Sareal

2007

Ramana Kebon Pedes RT 02/10 2007

Brownies“Keisha” Jl. Sukasari III No. 35 RT 07/RW 01 Kelurahan Sukasari

2010

Brownies Lapis Bogor Jl. Dr. Semeru Blok 102 No 7 RT

1/11

2011

Akasia Cake Kedung Waringin 2011

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor (2012)

Elsari Brownies and Bakery merupakan salah satu industri kecil yang

bergerak dalam bidang pengolahan brownies di Kota Bogor. Elsari ialah produsen

brownies pertama di Kota Bogor. Elsari telah melakukan kegiatan pemasaran hingga ke daerah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Serang, Karawang, Cibubur, Sukabumi, dan Bandung. Elsari juga memiliki berbagai agen perseorangan dan counter titip jual yang membantu kegiatan pemasaran produk brownies.


(6)

Perkembangan Elsari Browniesand Bakery dari tahun ke tahun tidak lepas dari peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor yang secara rutin memberikan pembinaan kepada manajemen Elsari untuk meningkatkan

kompetensinya. Persaingan industri brownies yang relatif ketat di Kota Bogor

menuntut manajemen Elsari untuk terus mencari inovasi agar mampu

memenangkan pasar serta tetap mendapatkan perhatian dari pecinta brownies.

1.2. Perumusan Masalah

Elsari Brownies and Bakery merupakan Usaha Kecil Menengah (UKM)

yang tergolong cukup berkembang di Kota Bogor. Elsari merupakan salah satu UKM binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Berdasarkan informasi dari Kepala Bidang Perindustrian pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor diperoleh informasi bahwa pemilik Elsari rutin menghadiri pelatihan dan pembinaan bagi pengembangan kompetensi UKM di wilayah Kota Bogor serta sangat kooperatif dalam melakukan kerjasama dengan Disperindag Kota Bogor. Pemilik Elsari juga sering mendapat kunjungan dari berbagai instansi bahkan dari luar Kota Bogor, seperti Pekalongan, Kediri, Surabaya, bahkan Palembang. Permintaan dari luar Kota Bogor pun meningkat seiring dengan kunjungan tersebut. Elsari sebagai percontohan UKM sukses telah mampu memberikan inspirasi bagi perkembangan bisnis lain baik di lingkup Kota Bogor maupun luar Kota Bogor.

Brownies merupakan makanan ringan yang disukai oleh semua kalangan,

baik tua maupun muda. Produk brownies memiliki berbagai variasi harga dan rasa

sehingga konsumen memiliki beragam pilihan untuk menentukan keputusan

pembeliannya. Proses produksi brownies yang relatif mudah membuat banyak

industri mengusahakan produk ini. Faktor sosial budaya juga menentukan

tingginya permintaan terhadap brownies di Kota Bogor. Budaya yang mengakar

di masyarakat terkait dengan budaya oleh-oleh membuat bisnis brownies di Kota

Bogor masih merupakan bidang yang sangat potensial untuk dikembangkan. Kota Bogor merupakan kota satelit yang menunjang perekonomian ibukota Indonesia, yaitu Jakarta. Kota Bogor memiliki lokasi yang strategis serta menyimpan berbagai potensi wisata yang beragam seperti aneka produk kuliner khas Bogor


(7)

menjadi tujuan utama wisatawan domestik maupun mancanegara untuk menghabiskan waktu liburannya bersama keluarga. Wisatawan yang berkunjung ke Bogor pada tahun 2010 berjumlah 2,97 juta jiwa. Angka tersebut meningkat hampir 10 ribu wisatawan dibanding kunjungan pada tahun 2009 yang hanya mencapai 2,89 juta jiwa. Oleh karena itu, banyaknya wisatawan yang berkunjung

ke Kota Bogor turut mendukung tingginya permintaan brownies sebagai salah

satu produk oleh-oleh khas dari Bogor.

Elsari merupakan perusahaan yang jeli menangkap peluang pasar sehingga

produk browniesnya mampu berkembang menjadi salah satu buah tangan khas

Kota Bogor. Brownies Elsari mampu bersaing karena harga yang ditawarkan

relatif lebih murah dibanding produk pesaing.

Elsari Brownies and Bakery berdiri pada tahun 2003. Elsari telah mampu

bertahan dari ketatnya persaingan di industri makanan jadi, khususnya brownies.

Perkembangan Elsari dapat ditinjau melalui peningkatan produksi dari tahun ke

tahun. Elsari telah memproduksi 49.000 kotak brownies pada tahun 2010.

Produksi Elsari pada tahun 2011 kemudian meningkat menjadi 49.920 kotak brownies.

Elsari melakukan kegiatan pemasaran melalui penjualan langsung dan agen distributor. Elsari memiliki 120 distributor yang terdiri dari agen perorangan, counter, dan instansi. Agen perorangan merupakan ibu rumah tangga dan karyawan. Sistem penjualan melalui agen perorangan ialah jual lepas. Hal ini

berarti risiko produk ditanggung oleh agen tersebut. Counter yang bekerja sama

dengan Elsari terdiri dari toko oleh-oleh dan toko roti. Counter tersebut tersebar di

berbagai wilayah pemasaran Elsari Brownies and Bakery antara lain Bogor,

Bandung, Karawang, Cibubur, Depok, Sukabumi, dan Tangerang. Sistem

penjualan yang diterapkan pada counter ialah konsinyasi atau titip jual. Produk

Elsari yang mengalami kerusakan atau tidak laku dijual akan menjadi tanggungan pihak Elsari.

Instansi yang bekerja sama dengan Elsari dalam memasarkan produknya

ialah PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). PT KAI memasok brownies Elsari

untuk dimanfaatkan sebagai salah satu komponen dalam konsumsi yang disajikan kepada penumpang kereta api. Selain itu, pelayanan juga diberikan dalam bentuk


(8)

pembelian langsung brownies Elsari di Kafetaria. Armada yang melakukan kerja sama dengan Elsari ialah Kereta Api Argo Lawu dengan trayek Surabaya-Jakarta.

Permintaan terhadap brownies Elsari mencapai 40 kotak per minggu dengan

sistem perjanjian konsinyasi. Kerja sama ini sangat menguntungkan Elsari karena mampu memperluas jaringan pemasaran bahkan hingga ke luar Jawa.

Permintaan terhadap brownies panggang Elsari masih sangat tinggi. Hal

ini dapat dilihat dari permintaan distributor per bulan mencapai 5.184 kotak sedangkan kapasitas produksi Elsari saat ini ialah 4.160 kotak per bulan (Lampiran 3 dan 4). Adanya gap antara permintaan dan penawaran mengindikasikan potensi pasar yang masih prospektif untuk dikembangkan.

Kegiatan pemasaran secara langsung dilakukan di mini counter yang

terletak di depan pabrik Elsari di wilayah Pondok Rumput. Aneka produk bakery

Elsari dengan berbagai variasi rasa dan ukuran dipajang di rak-rak agar konsumen lebih mudah melakukan keputusan pembeliannya. Konsumen yang membeli secara langsung di pabrik Elsari akan memperoleh potongan harga khusus sebesar Rp 1.000,00 hingga Rp 2.000,00 apabila membeli lebih dari tiga kotak. Namun seringkali pihak manajemen Elsari memberikan potongan harga walaupun konsumen hanya membeli lebih dari dua kotak. Hal ini diterapkan untuk menarik minat konsumen terhadap produk Elsari.

Proporsi penjualan langsung Elsari sangat tidak signifikan apabila dibandingkan dengan penjualan melalui agen distributor. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan pemilik usaha, proporsi penjualan langsung hanya memiliki kontribusi sebanyak 20 persen terhadap pendapatan penjualan perusahaan. Lokasi pabrik yang tidak terletak di jalur utama Kota Bogor membuat konsumen kurang mengenal produk Elsari secara langsung. Konsumen dari luar kota Bogor akan kesulitan mengakses pabrik Elsari karena mini counter Elsari berada di wilayah perumahan sehingga kegiatan pemasaran secara langsung lebih banyak dilakukan oleh konsumen yang berada di sekitar lokasi pabrik. Hal ini tentu menghambat proses pemasaran langsung produk Elsari. Kelemahan inilah yang mendorong pemilik Elsari untuk membuka gerai baru pada tahun 2012 di kawasan yang lebih strategis sehingga akan memudahkan akses konsumen yang ingin membeli produk Elsari secara langsung.


(9)

Rencana pengembangan usaha akan dilakukan di Jalan Raya Padjadjaran. Lokasi tersebut merupakan jalan utama yang dilewati oleh masyarakat sebagai

akses keluar dan masuk Kota Bogor serta pusat industri kuliner dan fashion. Oleh

karena itu, lokasi tersebut dinilai strategis sebagai lokasi pembukaan gerai baru Elsari.

Konsep pengembangan usaha ialah pembukaan gerai baru yang dilengkapi

dengan counter penjualan kopi. Budaya meminum kopi sudah menjadi gaya hidup

bagi masyarakat saat ini. Masyarakat gemar untuk berkumpul dengan komunitasnya sembari ditemani dengan secangkir kopi. Bahkan, aktivitas rapat

pun saat ini dilakukan di coffee shop. Oleh karena itu, pengembangan usaha

counter penjualan kopi ini sangat prospektif untuk dikembangkan.

Kopi yang ditawarkan oleh Elsari ialah espresso, cappuccino, dan coffee

latte. Pemilihan produk tersebut disesuaikan dengan target pasar Elsari. Kopi yang dijual tidak hanya mengandung unsur kopi hitam murni namun memiliki tambahan komposisi berupa busa susu dan susu sehingga cocok dikonsumsi oleh berbagai kalangan. Kopi yang dijual memiliki kualitas terbaik, karena

menggunakan bahan baku yang sama dengan coffee shop internasional, namun

dengan harga yang terjangkau.

Pengaturan lay out di gerai baru Elsari dilakukan dengan

mempertimbangkan kenyamanan konsumen. Gerai ini akan dilengkapi dengan sejumlah sofa nyaman berikut fasilitas internet gratis sehingga menunjang kebutuhan konsumen terhadap informasi terkini. Selain itu, konsumen akan

dimanjakan dengan alunan musik lembut melalui speaker. Dengan demikian,

konsumen akan merasa nyaman menghabiskan waktu di gerai baru Elsari dengan

sajian brownies ditemani secangkir kopi baik dingin maupun hangat.

Rencana pengembangan usaha membutuhkan analisis keuangan yang tepat. Kebutuhan pendanaan yang tidak sedikit membuat studi kelayakan sangat penting untuk dilakukan. Kelayakan usaha Elsari baik dari sisi finansial maupun non finansial akan membuka peluang bagi pemilik untuk memperluas jangkauan pemasarannya dengan membuka gerai baru di wilayah yang lebih strategis.

Penelitian ini akan membandingkan kondisi kelayakan usaha saat ini dan saat pengembangan usaha. Pengembangan usaha dilakukan dengan menggunakan


(10)

dua buah skenario. Skenario pengembangan usaha pada dasarnya akan meningkatkan jumlah produksi, bahan baku, dan tenaga kerja guna pemenuhan kebutuhan di gerai baru. Skenario pengembangan usaha dibagi menurut kepemilikan bangunan. Skenario pengembangan usaha pertama ialah penyewaan

bangunan yang akan digunakan sebagai gerai baru Elsari sekaligus counter

penjualan kopi. Skenario pengembangan usaha yang lain ialah membeli bangunan yang akan digunakan sebagai pabrik sekaligus gerai baru Elsari. Hal ini dilakukan agar proses produksi hingga pemasaran dapat dilakukan secara efektif dan efisien karena berada di lokasi yang sama.

Kondisi lingkungan usaha yang tidak pasti atau dapat mengalami perubahan akan memengaruhi biaya dan manfaat yang diperoleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya. Elsari pernah menghadapi pengalaman terhadap berbagai perubahan, yaitu penurunan penjualan, kenaikan harga telur, dan kenaikan harga bahan bakar. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis untuk mengetahui pengaruh perubahan tersebut terhadap kelayakan usaha.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimana kondisi kelayakan usaha Elsari Brownies and Bakery saat ini dan

kondisi kelayakan pengembangan usaha dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, serta aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan aspek finansial?

2) Bagaimana sensitivitas usaha Elsari Browniesand Bakery saat ini dan dengan

pengembangan usaha apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat memengaruhi manfaat dan biaya?

1.3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah :

1) Mengidentifikasi kondisi kelayakan usaha Elsari Brownies and Bakery saat

ini dan kondisi kelayakan pengembangan usaha dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, serta aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan aspek finansial.


(11)

2) Menganalisis sensitivitas usaha Elsari Brownies and Bakery saat ini dan dengan pengembangan usaha apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat memengaruhi manfaat dan biaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Manfaat penelitian ini ialah sebagai berikut:

1) Bagi Elsari Brownies and Bakery, analisis ini dapat digunakan sebagai

masukan dan informasi untuk bahan pertimbangan dalam menjalankan operasional usaha dan dalam membuat rencana pengembangan usaha lebih lanjut, yaitu pembukaan gerai baru.

2) Bagi pemerintah, analisis ini dapat digunakan sebagai masukan untuk turut

mendukung usaha Elsari Browniesand Bakery.

3) Bagi penulis, penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang telah diperoleh selama kegiatan kuliah.

4) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan

informasi mengenai kelayakan pengembangan usaha brownies.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji kelayakan aspek-aspek non

finansial dan finansial dari usaha Elsari Brownies and Bakery. Aspek non

finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Aspek finansial meliputi kelayakan

usaha Elsari Brownies and Bakery saat ini (skenario usaha I) dan setelah

pengembangan usaha (skenario usaha II dan III). Selain itu, sensitivitas melalui

pendekatan switching value terhadap penurunan penjualan, kenaikan harga telur,


(12)

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Roti

Roti sebagai panganan alternatif yang mengandung karbohidrat semakin berkembang di Indonesia. Roti merupakan panganan yang praktis sehingga dapat dikonsumsi saat sarapan maupun waktu selingan saat beraktifitas. Roti mampu memenuhi kecukupan gizi dengan cara yang singkat dan mudah didapat sehingga disukai oleh masyarakat di era globalisasi ini.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nasution (2006) mengenai Analisis Strategi Pemasaran Roti Unyil pada Perusahaan Roti Venus di Kota Bogor, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, teknologi, dan aktifitas pembangunan di berbagai bidang membawa segala sesuatunya ke arah yang lebih praktis dan efisien termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Hal tersebut berdampak pada adanya perubahan konsumsi masyarakat dimana jenis makanan instan dan siap saji menjadi alternatif yang dipilih. Perubahan konsumsi yang terjadi salah satunya adalah peningkatan konsumsi makanan yang diolah dari

tepung terigu, yaitu roti.

Nusawanti (2009) memaparkan bahwa roti merupakan produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang lainnya kemudian dipanggang. Roti pada awalnya dihasilkan melalui bahan dan cara pembuatan yang sederhana, yaitu gandum yang digiling menjadi terigu murni dan dicampur air kemudian dibakar di atas batu panas. Namun dengan berkembangnya teknologi, saat ini roti lebih bervariasi baik dari segi ukuran, penampilan bentuk, tekstur, rasa, dan bahan pengisiannya. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan pembuatan roti yang meliputi aspek bahan baku, proses pencampuran, dan metode pengembangan adonan.

Roti merupakan makanan pokok pendamping sebagai pengganti nasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (2006) mengenai Analisis Strategi Pemasaran Industri Kecil Roti dan Kue (Studi Kasus Toko Ibu Ratna Roti dan Kue), masyarakat Indonesia yang tinggal di kota-kota besar lebih memilih roti sebagai makanan pokok pendamping dibandingkan jagung, ketela, ubi jalar, atau sagu. Hal ini dikarenakan sebagai bahan makanan olahan, roti memiliki nilai gizi yang tinggi dan lebih lengkap dibanding yang lain. Selain itu, roti juga lebih


(13)

praktis, memiliki banyak variasi, harganya relatif terjangkau, mudah diperoleh, dan lebih mengenyangkan. Menurut data yang diperoleh dari Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, diketahui bahwa dibandingkan dengan 100 gram nasi putih atau mie basah, maka 100 gram roti akan memberikan energi, karbohidrat, protein, kalsium, fosfor, dan besi yang lebih banyak. Komposisi gizi roti apabila dibandingkan dengan nasi dan mie basah dapat dilihat di Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Gizi Roti Dibanding Nasi dan Mie Basah6

Zat Gizi Satuan Roti Putih Roti Cokelat Nasi Mie Basah

Energi kkal 248 249 178 86

Protein gr 8,0 7,9 2,1 0,6

Lemak gr 1,2 1,5 0,1 3,3

Karbohidrat gr 50,0 49,7 40,6 14,0

Kalsium mg 10 20 5 14

Fosfor mg 95 140 22 13

Besi mg 1,5 2,5 0,5 0,8

Vitamin A SI 0 0 0 0

Vitamin B1 mg 0,1 0,15 0,02 0

Vitamin C mg 0 0 0 0

Air gr 40 40 57 80

Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (2002) 2.2. Variasi Roti

Brownies merupakan salah satu variasi dari roti yang termasuk ke dalam

golongan cake, yaitu jenis roti yang rasanya manis dengan tambahan rasa tanpa

menggunakan isi. Delfani dalam Nasution (2006) memaparkan bahwa terdapat

lima jenis variasi roti, yaitu: 1) Bakery

Bakery merupakan jenis roti manis yang berbahan dasar tepung terigum mentega, telur, susu, dan ragi. Jenis roti ini biasa diisi dengan cokelat, keju,

srikaya, selai buah, kelapa, pisang, fla, daging sapi atau ayam, dan sosis. Bakery

memiliki bentuk yang beragam seperti bulat, lonjong, keong, gulung, sampai dengan bentuk-bentuk hewan.

6

http://banabakery.wordpress.com/2008/06/30/roti-lebih-baik-dari-nasi-dan-mie/ [diakses tanggal 20 Januari 2012]


(14)

2) Roti Tawar

Roti tawar ialah salah satu jenis roti yang berbahan dasar tepung terigu, mentega, telur, susu, dan air. Roti ini biasanya tanpa diisi dengan bahan tambahan lain serta memiliki bentuk kotak, panjang, dan tabung.

3) Cake

Cake adalah jenis roti yang memiliki rasa manis dengan tambahan rasa (essense) rhum, jeruk, atau cokelat. Bahan dasarnya antara lain tepung terigu, telur, susu, mentega, serta tanpa menggunakan isi. Jenis roti ini dibagi menjadi

spikuk, roll tart, zebra cake, fruit cake, brownies, muffin, tart cake, cake siram,

dan caramel. 4) Pastry

Pastry merupakan salah satu jenis roti kering yang dapat berupa kue sus,

grem, dan croissant. Roti ini dapat diisi dengan kacang, keju, cokelat, daging

ayam dan sapi, sosis, fla, atau tidak diisi apapun.

5) Donat

Donat adalah jenis roti tawar atau manis yang proses pematangannya dengan cara digoreng atau dipanggang. Roti ini dikenal dengan bentuknya yang khas yaitu terdapat lubang pada bagian tengahnya. Ada beberapa jenis donat yang sudah dikenal secara umum, antara lain donat siram, donat keju, donat meisses, donat kacang, dan donat isi.

2.3. Pengertian Brownies

Brownies merupakan kue khas Amerika yang pertama kali dikenal pada

tahun 1987. Seorang koki di Amerika yang sedang membuat cake cokelat lupa

memasukkan baking powder sehingga terciptalah cake bantat yang tidak

mengembang namun lezat rasanya. Kegagalan membuat cake ini justru

menciptakan jenis cake baru yang menjadi terkenal hingga sekarang. Tekstur

brownies dianggap unik karena seperti persilangan antara cake dengan cookies yang renyah. Pada tahun 1907, Maria Willet Howard dalam Lowney’s Cook Book

memunculkan resep Brownies dengan ekstra telur dan cokelat batangan. Menurut

situs The Amazing of Brownies, resep brownies pertama kali diterbitkan pada


(15)

The Boston Cooking School Cook Book oleh Fannie Merritt Farmer pada edisi 1906.

Nama brownies sendiri diambil karena cake tersebut dominan berwarna

cokelat pekat (brown), ditambah lagi karena bahan bakunya juga terdiri dari aneka

cokelat seperti dark chocolate, cokelat pasta, dan cokelat bubuk. Dalam

perkembangannya, banyak sekali brownies dengan aneka kreasi dan rasa yang

variatif. Penampilannya pun lebih cantik dan mengundang selera walaupun tidak

meninggalkan ciri khas asli brownies yang kaya akan rasa cokelatnya. Variasi

tersebut biasanya dengan menambah topping di atasnya seperti krim keju,

chocolate ganache, marshmellow, chocolate chip, atau taburan aneka jenis kacang-kacangan.

Brownies tergolong jenis kue yang memiliki indeks glikemik tinggi artinya

dengan mengonsumsi brownies, gula darah dapat cepat naik sehingga sesaat

setelah mengonsumsi brownies badan akan lebih segar. Brownies juga

mengandung vitamin yang cukup lengkap seperti vitamin C, thiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, vitamin B6, dan vitamin B12. Komposisi angka

kecukupan gizi untuk setiap 100 gram brownies dapat dilihat pada Tabel 6.

Brownies dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu brownies panggang dan brownies kukus. Berdasarkan penelitian dari Saragih (2011), secara umum tidak terdapat perbedaan diantara keduanya. Perbedaannya terletak pada kandungan

kadar air di dalamnya. Brownies kukus memiliki kadar air yang lebih tinggi

dibanding brownies panggang sehingga memiliki daya simpan yang lebih rendah.

Apabila ditinjau dari segi rasa, brownies panggang lebih gurih. Namun, dari segi

kesehatan, brownies kukus lebih aman karena tidak terbentuk radikal bebas akibat

proses pemanggangan. Meskipun demikian, kekhawatiran berlebih terhadap

konsumsi brownies panggang tidaklah perlu. Hal ini dikarenakan secara alami

manusia juga selalu memproduksi radikal bebas di dalam tubuhnya. Selama jumlah radikal bebas di dalam tubuh masih dalam batasan yang terkendali, maka tidak perlu ada yang dikhawatirkan.


(16)

Tabel 6. Komposisi Angka Kecukupan Gizi per 100 gram Brownies7

Komponen Gizi Satuan Kadar

Air gr 2,80

Energi kkal 434,00

Protein gr 4,00

Lemak gr 14,00

Karbohidrat gr 76,60

Kalsium mg 19,00

Besi mg 1,99

Magnesium mg 40,00

Fosfor mg 82,00

Kalium mg 219,00

Natrium mg 303,00

Seng mg 0,64

Tembaga mg 0,27

Mangan mg 0,35

Selenium mcg 2,60

Vitamin C mg 0,30

Thiamin mg 0,16

Riboflavin mg 0,16

Niasin mg 1,88

Asam pantotenat mg 0,13

Vitamin B6 mg 0,01

Asam folat mcg 35,00

Vitamin A IU 11,00

2.4. Penelitian Terdahulu

Referensi melalui penelitian terdahulu merupakan salah satu sumber informasi yang dapat dijadikan acuan bagi penelitian ini. Hal yang dikaji dalam penelitian terdahulu diantaranya ialah produk yang diteliti, periode pembangunan

investasi, alat analisis yang digunakan, tingkat diskonto yang digunakan,

penetapan umur usaha, asumsi aspek finansial, dan indikator perubahan pada analisis sensitivitas.

Proses pemasaran produk olahan roti salah satunya dilakukan melalui

restoran. Death by Chocolate (DBC) merupakan restoran yang mengusung

panganan berbasis cokelat dalam menunya, antara lain brownies. Heidyningsih

(2009) melakukan penelitian mengenai kelayakan usaha Death by Chocolate di

Kota Bogor, Jawa Barat. Analisis kelayakan berdasarkan produk agribisnis tidak

hanya dilakukan pada produk brownies. Penelitian terdahulu menunjukkan


(17)

berbagai macam produk agribisnis yang telah diteliti kelayakan usahanya, antara lain jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah, kerupuk rambak, dan yoghurt. Produk agribisnis tersebut memiliki kesamaan karakteristik dengan brownies yaitu produk olahan yang telah siap untuk dikonsumsi. Napitupulu (2009) melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah. Lokasi penelitian dilakukan di CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat. Oktafiyani (2009) melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak dengan membandingkan penggunaan bahan baku kulit sapi dan kulit kerbau. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Syafrul (2010) meneliti tentang analisis kelayakan usaha pembuatan yoghurt di Perusahaan Dafarm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Periode pembangunan investasi setiap perusahaan berbeda-beda. Hal ini tergantung dari lamanya waktu yang diperlukan untuk membangun investasi

sebelum kegiatan operasional usaha dilakukan. Heidyningsih (2009)

menggunakan tahun ke-0 sebagai tahun pembangunan investasi. Hal ini

dikarenakan pembangunan investasi restoran Death by Chocolate (DBC) relatif

lama sehingga diasumsikan investasi dibangun selama tahun ke-0. Penelitian Napitupulu (2009), Oktafiyani (2009), dan Syafrul (2010) menggunakan tahun pertama untuk pembangunan investasi usaha. Pada penelitian mengenai analisis

kelayakan pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery ini, peneliti

menggunakan tahun pertama sebagai tahun pembangunan investasi usaha. Investasi yang digunakan dalam usaha ini tidak memerlukan periode yang lama untuk membangunnya. Oleh karena itu, investasi dilakukan pada tahun pertama usaha.

Pada dasarnya, tidak terdapat perbedaan mengenai alat analisis yang digunakan dalam penelitian mengenai studi kelayakan bisnis. Alat analisis yang

digunakan ialah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi pada penelitian ini menggunakan alat analisis yang sama. Namun, terdapat perbedaan pada salah satu kriteria investasi yang digunakan,


(18)

discounted payback period dalam penentuan periode pengembalian investasi.

Penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha Elsari Brownies and

Bakery ini menggunakan metode yang sama yaitu discounted payback period

untuk menentukan periode pengembalian investasi. Penggunaan metode ini

ditujukan untuk mengetahui perbandingan manfaat yang diperoleh usaha di masa mendatang dengan nilai uang saat ini. Oleh karena itu, nilai manfaat bersih yang digunakan merupakan manfaat bersih yang telah didiskonto.

Tingkat diskonto dalam penelitian terdahulu memiliki nilai yang berbeda-beda. Hal ini didasarkan melalui sumber permodalan yang digunakan dalam pengembangan usaha. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heidyningsih (2009), sumber permodalan pada restoran DBC berasal dari modal sendiri. Oleh karena itu, tingkat diskonto yang digunakan sebesar tujuh persen dari tingkat suku bunga deposito tahun 2009. Napitupulu (2009) menggunakan tingkat diskonto sebesar 14 persen karena sumber modal diperoleh melalui pinjaman kepada Bank Jabar Banten. Tingkat diskonto yang digunakan dalam penelitian Oktafiyani (2009) ialah sebesar 8,38 persen. Nilai ini didasarkan pada tingkat suku bunga deposito bank yang terdekat dengan pengusaha, yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) serta modal usaha berasal dari modal sendiri. Syafrul (2010) menggunakan tingkat diskonto sebesar 6,5 persen. Nilai ini diperoleh melalui tingkat suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia (BI) pada bulan November 2009 karena usaha ini dijalankan melalui modal sendiri. Pada penelitian mengenai analisis kelayakan

pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery ini, tingkat diskonto yang

digunakan ialah rata-rata BI rate pada bulan Februari 2012 hingga Maret 2012

pada skenario usaha I. Tingkat diskonto pada skenario usaha II dan III ialah opportunity cost of capital (OCC) berdasarkan rata-rata tertimbang antara BI rate dan tingkat suku bunga pinjaman BRI selama Februari 2012 hingga Maret 2012. Hal ini dikarenakan modal yang digunakan dalam skenario usaha II dan III berasal dari pinjaman bank.

Umur bisnis ditetapkan melalui dasar yang berbeda-beda. Pada penelitian Heidyningsih (2009), umur bisnis yang digunakan ialah selama sepuluh tahun berdasarkan umur ekonomis peralatan yang digunakan perusahaan. Umur bisnis pada penelitian Napitupulu (2009) didasarkan pada usia bangunan yaitu selama


(19)

sepuluh tahun. Umur ekonomis bangunan digunakan sebagai dasar penetapan umur bisnis karena bangunan merupakan investasi yang memerlukan biaya terbesar setelah lahan. Oktafiyani (2009) menentukan umur bisnis berdasarkan umur ekonomis investasi terlama, yaitu bangunan. Umur bisnis yang digunakan ialah sepuluh tahun. Penelitian Syafrul (2010) menggunakan umur bisnis selama sepuluh tahun. Hal ini didasarkan pada umur ekonomis mesin inkubator dan mesin pasteurisasi. Umur ekonomis yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

ialah 10 tahun. Hal ini berdasarkan pada umur ekonomis mixer sebagai peralatan

produksi yang paling krusial dalam usaha Elsari Brownies and Bakery.

Analisis aspek finansial dapat menggunakan berbagai macam asumsi dan skenario usaha. Penentuan asumsi pada aspek finansial akan turut memengaruhi perhitungan pada analisis laba rugi dan laporan arus kas. Penelitian yang dilakukan oleh Napitupulu (2009) menggunakan asumsi bahwa pada tahun pertama dan kedua CV. WPIU berproduksi sebesar 70 persen dari kapasitas yang ingin dicapai. Hal ini dilakukan pada tahun-tahun awal produk yang dihasilkan dipasarkan di supermarket sehingga produk belum dikenal konsumen secara luas. Pada tahun ketiga hingga tahun kesepuluh, CV WPIU telah melakukan kegiatan produksi sebesar 100 persen karena telah memiliki pengalaman dan produk telah dikenal di pasaran.

Oktafiyani (2009) melakukan perbandingan antara pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan baku kulit sapi dan kerbau. Analisis finansial dari penelitian ini menggunakan asumsi bahwa pada tahun pertama dan kedua masing-masing berproduksi sebesar 50 persen dan 70 persen. Hal ini dikarenakan usaha masih dalam tahap pengenalan produk kepada konsumen sehingga usaha membatasi jumlah produksinya. Pada tahun ketiga hingga kesepuluh, jumlah produksi telah mencapai 100 persen.

Penelitian yang dilakukan oleh Syafrul (2010) menggunakan dua skenario usaha. Analisis kelayakan finansial skenario I mengacu pada kondisi usaha saat ini dimana usaha belum berproduksi dengan memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi. Nilai tersebut diasumsikan konstan hingga umur usaha berakhir. Pada analisis finansial skenario II, jumlah input produksi setiap bulannya


(20)

meningkat 16 persen dari skenario I dan diasumsikan konstan hingga akhir umur usaha.

Penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery menggunakan tiga skenario usaha. Pada skenario usaha satu, proses analisis kelayakan dilakukan dengan mengacu pada kondisi perusahaan saat ini. Asumsi yang digunakan ialah kegiatan produksi sudah berjalan dengan optimal sehingga jumlah produksi tetap hingga akhir umur usaha. Pada skenario usaha dua dan tiga, asumsi yang digunakan ialah adanya peningkatan produksi sebesar 50 persen pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha serta peningkatan produksi sebesar 100 persen pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha.

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan pada faktor-faktor yang akan memengaruhi biaya dan manfaat. Perubahan-perubahan yang dimaksud berbeda tergantung dari pengalaman masing-masing perusahaan. Analisis sensitivitas pada penelitian Heidyningsih (2009) berdasarkan pengalaman perusahaan, yaitu perubahan harga output sebesar tujuh persen, peningkatan harga input sebesar tujuh persen, dan perubahan penurunan produksi sebesar lima persen.

Syafrul (2010) melakukan analisis sensitivitas terhadap usaha pembuatan yoghurt. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan dari usaha pembuatan yoghurt dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada. Perubahan biasanya terjadi pada faktor-faktor produksi seperti kenaikan biaya bahan baku dan penurunan penjualan. Berdasarkan pengalaman perusahaan, usaha ini pernah mengalami penurunan penjualan sebesar 36,57 persen. Nilai tersebut berasal dari jumlah penjualan terkecil dalam satu bulan dibandingkan dengan nilai rata-rata penjualan per bulannya. Biaya bahan baku juga memiliki pengaruh dalam komponen biaya usaha. Biaya bahan baku terbesar adalah biaya pembelian susu segar. Kenaikan harga susu segar pernah mengalami peningkatan sebesar 12,5 persen. Penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku tersebut memerlukan analisis sensitivitas untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan secara finansial.

Analisis sensitivitas juga dilakukan pada penelitian mengenai analisis


(21)

didasarkan pada pengalaman perusahaan. Perubahan yang pernah dialami perusahaan ialah penurunan penjualan sebesar 3,85 persen, peningkatan harga telur sebesar 14 persen, dan peningkatan harga BBM sebesar 33,33 persen.

Analisis nilai pengganti atau switching value merupakan variasi analisis

sensitivitas yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir sehingga usaha masih layak untuk dijalankan. Penelitian Napitupulu (2009) menggunakan analisis nilai pengganti untuk melihat perubahan maksimal pada faktor-faktor yang memengaruhi biaya dan manfaat agar usaha masih dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Analisis nilai pengganti dilakukan pada perubahan faktor-faktor yaitu kenaikan harga gula pasir, kenaikan harga botol jus, penurunan penjualan jus, dan penurunan penjualan sirup. Analisis terhadap variabel harga gula pasir dan botol jus dilakukan karena memegang proporsi yang besar dalam biaya usaha. Analisis penurunan penjualan jus dan sirup dilakukan karena persaingan yang terjadi di dalam industri semakin ketat dan produk tidak lagi berada dalam tahap pertumbuhan dalam siklus hidup produk. Dengan demikian, variabel yang dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan terhadap usaha.

Oktafiyani (2009) melakukan analisis switching value untuk mengetahui

perubahan maksimal pada variabel yang berpengaruh dalam usaha. Variabel yang

dianalisis dalam switching value ialah variabel yang dianggap signifikan

memengaruhi usaha. Dalam penelitian ini variabel yang akan dianalisis yaitu jumlah produksi dan biaya bahan baku. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan penurunan penjualan produk sebagai akibat penurunan produksi. Selain itu, usaha ini juga sangat bergantung pada kulit sapi dan kerbau sebagai bahan baku utama dan lemak sebagai bahan baku penolong yang memiliki harga fluktuatif di pasar.

Penelitian terdahulu yang dilakukan di lokasi yang sama dengan penelitian ini juga dijadikan acuan dalam perolehan informasi. Rahmanto (2010) meneliti tentang strategi pengembangan usaha “Elsari Brownies and Bakery”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan Elsari serta merumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi Elsari. Hasil penelitian memberikan rekomendasi untuk menjaga dan


(22)

mempertahankan usaha. Strategi yang paling sesuai dengan Elsari adalah strategi intensif yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan kondisi

perusahaan, sebaiknya perusahaan melaksanakan restrukturisasi sistem

manajemen perusahaan untuk mengatasi kelemahan sumberdaya perusahaan, seperti tenaga pemasar dan keterbatasan peralatan, dan strategi meningkatkan diferensiasi produk serta pelayanan kepada konsumen untuk mengatasi persaingan sebagai solusi masalah eksternal perusahaan.

Penelitian yang dilakukan adalah analisis kelayakan usaha Elsari Brownies and Bakery pada kondisi saat ini atau tanpa pengembangan usaha dengan pengembangan usaha berupa pembukaan gerai baru. Kelebihan dari penelitian yang dilakukan adalah adanya penambahan inovasi dari peneliti untuk

melengkapi gerai baru Elsari dengan counter penjualan kopi sebagai salah satu

rencana pengembangan usaha. Selain itu, terdapat perbedaan alat analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Penelitian

terdahulu menggunakan metode payback period untuk menentukan periode

pengembalian investasi sedangkan penelitian ini menggunakan metode discounted

payback period. Hal ini dikarenakan analisis dengan menggunakan payback period memiliki kelemahan, yaitu diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan diabaikannya cash flow setelah periode payback (Nurmalina et al

2009). Oleh karena itu, pemakaian metode discounted payback period dapat

menjadi solusi untuk mengurangi kelemahan pertama. Menurut Umar (2007),

nilai discounted payback period diperoleh melalui nilai investasi dikurangi saldo

nilai tunai bersih sekarang dengan tingkat diskonto yang berlaku. Nilai tunai bersih yang digunakan adalah nilai yang telah di diskon dengan tingkat suku bunga yang berlaku.

Penelitian atas nama Rahmanto (2010) memiliki kesamaan lokasi dengan penelitian yang akan dilakukan. Namun, perbedaannya ialah topik yang akan

dianalisis. Rahmato (2010) mengadakan penelitian mengenai strategi

pengembangan usaha Elsari Browniesand Bakery sedangkan penelitian yang akan

dilakukan terfokus pada analisis kelayakan rencana pengembangan usaha Elsari Browniesand Bakery.


(23)

III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini menggunakan dua kerangka pemikiran yaitu kerangka pemikiran teoritis dan kerangka pemikiran operasional. Kerangka pemikiran teoritis mencakup definisi usaha kecil dan menengah, definisi studi kelayakan bisnis, teori biaya dan manfaat, analisis finansial, analisis sensitivitas, dan laporan laba rugi.

3.1.1. Usaha Kecil dan Menengah

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah ditetapkan pada tanggal 4 Juli 2008. Definisi UKM menurut UU No. 20/2008 ini adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 s.d. Rp

500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 s.d. Rp

2.500.000.000,00.

Ciri-ciri usaha kecil, antara lain:

1) Jenis barang atau komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap dan tidak

berubah

2) Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap dan tidak

berpindah-pindah

3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha

4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP

5) Sumberdaya Manusia memiliki pengalaman dalam berwirausaha


(24)

7) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.

Usaha menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha menengah memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 s.d. Rp

10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 s.d. Rp

50.000.000.000,00.

Ciri-ciri usaha menengah, antara lain:

1) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih teratur

bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, dan bagian produksi

2) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi

dengan teratur sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau

pemeriksaan termasuk oleh perbankan

3) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah

ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan, dll.

4) Sudah memiliki persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin

tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan, dll.

5) Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan

6) Pada umumnya telah memiliki SDM yang terlatih dan terdidik.

Definisi usaha kecil, termasuk usaha mikro, menurut Kementrian Koperasi dan UKM adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha menengah merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,00 s.d. Rp 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan.


(25)

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu:

1) Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar lima

hingga19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

2) Industri menengah, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20

sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

3.1.2. Teori Investasi

Pada saat merencanakan, memulai, dan menjalankan suatu bisnis, pengusaha dihadapkan pada pertimbangan kelayakan bisnis tersebut. Biasanya langkah awal yang menjadi pertimbangan adalah penyediaan modal untuk investasi. Investasi memiliki umur ekonomis dan akan mengalami penyusutan tiap tahunnya. Oleh sebab itu, investasi tidak hanya dipersiapkan pada saat memulai bisnis saja, tetapi juga pada saat bisnis tersebut sedang berjalan. Berdasarkan hal tersebut didapatkan pengertian investasi, yaitu usaha menanamkan modal barang dalam wujud fisik yang menunjang kegiatan produksi dengan masa pakai lebih dari satu tahun dan investasi tersebut harus dilakukan lagi pada saat umur ekonomisnya telah habis agar bisnis tersebut dapat berjalan (Gittinger 2008). Sumber lain menyebutkan bahwa proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas

yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapat kemanfaatan (benefit) atau

suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai, dan

dilaksanakan sebagai satu unit usaha (Kadariah et al. 1999).

Investasi di dalam perusahaan adalah penggunaan sumber-sumber yang diharapkan dapat memberikan imbalan atau pengembalian yang menguntungkan di masa datang. Investasi pada prinsipnya adalah penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan


(26)

darinya. Dari sudut pandang jangka waktu penanamannya, investasi dibagi dalam dua tipe yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek biasanya memiliki periode kurang dari satu tahun. Investasi ini bertujuan untuk mendayagunakan atau memanfaatkan dana yang sementara

menganggur serta bersifat marketable (mudah untuk diperjualbelikan). Investasi

jangka panjang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun serta tidak bersifat marketable karena investasi ini menyangkut kelangsungan hidup usaha di masa datang (Suratman 2002).

Semua jenis pengeluaran investasi berkaitan secara terbalik dengan tingkat bunga riil. Tingkat bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya modal bagi perusahaan yang berinvestasi dalam pabrik dan peralatan, meningkatkan biaya peminjaman, dan meningkatkan biaya penyimpanan persediaan. Ada berbagai penyebab pergeseran dalam fungsi investasi, seperti kemajuan teknologi, perubahan kredit pajak investasi, dan pajak pendapatan perusahaan. Investasi akan berubah selama siklus bisnis karena pengeluaran investasi bergantung pada output perekonomian serta tingkat bunga (Mankiw 2007).

3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat

Dalam menganalisis suatu usaha tujuan analisis harus disertai dengan definisi biaya dan manfaat. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang kita terima, sedangkan manfaat adalah sesuatu yang menimbulkan kontribusi terhadap tujuan suatu

proyek (Nurmalina et al 2009). Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis

bisnis adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara lain biaya investasi dan biaya operasional. Menurut Gittinger (2008), komponen yang termasuk biaya adalah sebagai berikut:

1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat

jangka panjang, seperti tanah , bangunan, pabrik, dan mesin.

2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang

diperlukan pada saat usaha mulai dilaksanakan, seperti biaya input produksi dan biaya tenaga kerja.


(27)

Menurut Ibrahim (2003), jenis biaya dalam evaluasi proyek pada umumnya dapat dikempokkan dalam dua bagian, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang berhubungan langsung dengan kepentingan proyek seperti biaya investasi, biaya operasi, dan biaya pemeliharaan proyek. Biaya investasi dalam suatu proyek terdiri dari biaya pembangunan konstruksi dan biaya peralatan lainnya. Biaya operasi dan pemeliharaan proyek terdiri dari biaya penyusutan, biaya bunga bank, biaya tanah, modal kerja, biaya pengganti, dan berbagai biaya lainnya sesuai dengan kebutuhan biaya dari masing-masing proyek. Biaya tidak langsung adalah biaya yang perlu diperhitungkan dalam menganalisis proyek, seperti biaya polusi udara karena adanya proyek, biaya untuk mengatasi pencemaran, bising, dan berbagai biaya lainnya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi dampak negatif atas keberadaan proyek.

Manfaat dapat diartikan sebagai suatu yang dapat menimbulkan kontribusi

terhadap suatu bisnis. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), manfaat (benefit) dapat

dibedakan menjadi :

1) Manfaat langsung (direct benefit) yaitu manfaat yang diperoleh dari adanya

kenaikan fisik dan atau dari penurunan biaya. Manfaat langsung adalah manfaat yang diterima sebagai akibat adanya proyek, seperti naiknya nilai hasil produksi barang atau jasa, perubahan bentuk, turunnya biaya, dll. Kenaikan nilai hasil produksi dapat disebabkan karena meningkatknya jumlah produksi dan kualitas dari produk yang dihasilkan sebagai akibat adanya proyek. Misalnya kenaikan produksi padi karena adanya irigasi, turunnya

biaya pengangkutan karena adanya perbaikan jalan, membaiknya job

description di antara tenaga kerja karena adanya perbaikan cara kerja, dll. Demikian pula dalam perubahan bentuk, dengan adanya perubahan bentuk dari suatu produk yang dihasilkan, permintaan bisa meningkat bila dibanding dengan sebelum adanya perubahan. Semua manfaat yang diperoleh sebagai tujuan utama dalam pembangunan proyek dinamakan dengan manfaat langsung.

2) Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yaitu manfaat yang disebabkan


(28)

masyarakat berupa adanya effect multiplier, skala ekonomi yang lebih besar

dan adanya dynamic secondary effect, perubahan produktivitas tenaga kerja

yang disebabkan keahlian. Sebagai contoh, adanya perbaikan jalan dari sebuah kota ke kota lainnya telah menyebabkan timbulnya berbagai kegiatan masyarakat dalam memanfaatkan berbagai potensi ekonomi di sepanjang jalan yang dibangun. Demikian pula dengan adanya proyek listrik masuk desa telah tumbuh berbagai industri yang memanfaatkan listrik sebagai sumber energi. Kesemua kegiatan usaha yang timbul sebagai dampak dari proyek yang dibangun adalah manfaat tidak langsung yang perluu diperhitungkan dalam evaluasi proyek.

3) Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible

benefit), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi pendapatan, peningkatan ketahanan nasional, perubahan pola pikir masyarakat, kemantapan tingkat harga, dan lain-lain. Manfaat tidak terlihat ini juga perlu diperhitungkan secara kualitatif dalam mengadakan evaluasi proyek.

Komponen biaya dan manfaat ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

a) Biaya

Komponen biaya yang dimasukkan dalam perhitungan adalah biaya yang dapat dikuantifikasikan dan biaya yang benar-benar dikeluarkan dalam suatu proses produksi.

1. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pada awal proyek untuk pembelian barang-barang investasi yang nilainya dalam jumlah besar dan tidak habis dalam satu kali periode produksi. Biaya investasi ini dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan pada masa datang.

2. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi namun besarnya tidak dipengaruhi oleh perubahan output ataupun input yang digunakan selama produksi.


(29)

3. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dan besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah input yang digunakan atau output yang dihasilkan pada proses produksi. Biaya variabel dikeluarkan pada pembelian input langsung habis yang dikeluarkan untuk menghasilkan output produksi.

4. Debt Service

Debt service adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran modal pinjaman yang diterima oleh suatu usaha. Biaya ini terdiri dari suku bunga dan pokok pinjaman.

b) Manfaat

Manfaat adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh suatu usaha yang mendorong tercapainya suatu tujuan. Adapun yang termasuk dalam komponen manfaat adalah:

1. Nilai Produksi Total

Nilai produksi total adalah nilai yang didapatkan dari produksi total yang dihasilkan pada suatu usaha dan dikalikan dengan harga per satuan produk tersebut. Nilai produksi ini mencakup produksi secara keseluruhan baik produksi yang dijual maupun yang tidak, yakni produksi yang dikonsumsi sendiri, produk utama, dan produk sampingan yang dihasilkan.

2. Penerimaan Pinjaman (Loan)

Penerimaan pinjaman adalah semua tambahan modal yang diterima suatu usaha untuk digunakan sebagai biaya investasi, biaya tetap, ataupun biaya variabel. Pinjaman ini dapat berasal dari berbagai pihak dan instansi seperti pihak bank, kreditor, ataupun teman dan keluarga.

3. Bantuan (Grants)

Bantuan adalah semua tambahan modal yang diterima suatu usaha yang sifatnya hibah. Dana ini dapat berupa uang tunai atau pun barang. Untuk dana yang berupa uang, maka dana tersebut dikuantifikasikan terlebih dahulu ketika memasukkannya ke dalam komponen manfaat.


(30)

4. Nilai Sewa

Nilai sewa adalah nilai dari hasil menyewakan alat atau bahan yang dimiliki suatu usaha. Alat atau bahan yang sering disewakan adalah barang investasi.

5. Salvage Value

Salvage value adalah nilai barang investasi yang tidak habis selama umur usaha. Nilai ini diukur pada akhir usaha atau di tahun terakhir usaha.

3.1.4. Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang dikoordinasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka (Umar 2007). Definisi bisnis secara umum merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit.

Kasmir dan Jakfar (2009) mengungkapkan bahwa bisnis merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya. Keuntungan merupakan tujuan utama dalam dunia bisnis, terutama bagi pemilik bisnis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis bisnis adalah suatu metode untuk menentukan pilihan berbagai penggunaan yang kompetitif dari sumberdaya-sumberdaya dengan cara sederhana. Pada dasarnya analisis bisnis adalah menaksir manfaat dan biaya suatu usaha serta merumuskannya menjadi alat ukur yang berlaku umum.

Pendirian suatu bisnis akan memberikan berbagai manfaat atau keuntungan terutama bagi pemilik usaha. Di samping itu, keuntungan dan manfaat lain dapat pula dipetik oleh berbagai pihak dengan kehadiran suatu usaha, antara lain:

1) Memperoleh keuntungan

Apabila suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan akan memberikan keuntungan, terutama keuntungan keuangan bagi pemilik bisnis. Keuntungan ini


(31)

biasanya diukur dari nilai uang yang akan diperoleh dari hasil usaha yang dijalankannya.

2) Membuka peluang usaha

Dengan adanya usaha jelas akan membuka peluang pekerjaan kepada masyarakat, baik bagi masyarakat yang terlibat langsung dengan usaha atau masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi usaha. Adanya peluang pekerjaan ini akan memberikan pendapatan bagi masyarakat yang bekerja pada usaha tersebut.

3) Manfaat ekonomi

a) Menambah jumlah barang dan jasa

Pendirian pabrik tertentu akan memproduksi barang dan jasa. Dengan tersedianya jumlah barang dan jasa yang lebih banyak, masyarakat punya banyak pilihan. Hal ini akan berdampak pada harga yang cenderung turun dan kualitas barang sejenis akan lebih meningkat.

b) Meningkatkan mutu produk

Peningkatan mutu produk disebabkan oleh adanya barang dari usaha sejenis dapat memacu produsen untuk meningkatkan kualitas produknya.

c) Meningkatkan devisa

Barang produksi suatu industri dengan tujuan ekspor akan dapat menambah devisa atau akan dapat memberikan pemasukan devisa atau akan dapat memberikan pemasukan devisa bagi negara dari barang yang kita ekspor.

d) Menghemat devisa

Artinya apabila semula barang tersebut kita impor dan sekarang bisa diproduksi di dalam negeri maka jelas tindakan ini akan dapat menghemat devisa negara.

4) Tersedia sarana dan prasarana

Bisnis yang akan dijalankan di samping memberikan manfaat seperti di atas juga memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas terutama bagi masyarakat sekitar bisnis yang akan dijalankan. Manfaat yang dirasakan seperti tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti jalan, telepon, air, penerangan, pendidikan, rumah sakit, rumah ibadah, sarana olahraga, dll.


(1)

Lampiran 30. Analisis Switching Value Kenaikan Harga BBM 290,91261 Persen pada Skenario Usaha II (dalam Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A Inflow

1. Penjualan brownies panggang 1.617.408.000 1.617.408.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2. Penjualan kopi 90.000.000 90.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000

3. Pinjaman 100.000.000

TOTAL INFLOW 1.807.408.000 1.707.408.000 2.201.760.000 2.201.760.000 2.201.760.000 2.201.760.000 2.201.760.000 2.201.760.000 2.201.760.000 2.201.760.000

B Outflow 1. BIAYA INVESTASI

Sewa bangunan dan lahan dibayar di muka 100.000.000

Peralatan produksi 25.480.000 480.000 480.000 10.000.000 480.000 480.000

Perlengkapan kantor 19.800.000 19.800.000

Perizinan usaha 2.000.000

Armada transportasi 148.000.000

Pengembangan usaha 95.350.000 77.750.000

TOTAL BIAYA INVESTASI 390.630.000 480.000 480.000 107.550.000 480.000 480.000

2. BIAYA TETAP

Gaji karyawan 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 Komunikasi 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

Listrik 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000

Air 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000

Administrasi 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

Promosi 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000

PBB 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000

Konsumsi karyawan 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 Biaya pemeliharaan 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 THR 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 Sewa mobil 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 Pajak motor 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 Pajak mobil 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 Pembayaran wifi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 Peralatan produksi 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 Sewa bangunan 120.000.000 120.000.000 120.000.000 120.000.000 120.000.000 120.000.000 120.000.000 120.000.000 120.000.000 120.000.000 Pembayaran pinjaman 16.187.250 16.187.250 16.187.250 16.187.250 16.187.250 16.187.250 16.187.250 16.187.250 16.187.250 16.187.250 TOTAL BIAYA TETAP 593.767.250 593.767.250 593.767.250 593.767.250 593.767.250 593.767.250 593.767.250 593.767.250 593.767.250 593.767.250 3. BIAYA VARIABEL

Gas LPG 60.060.000 60.060.000 75.114.000 75.114.000 75.114.000 75.114.000 75.114.000 75.114.000 75.114.000 75.114.000 Kemasan produk 81.000.000 81.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 Transportasi 151.986.823 151.986.823 202.649.097 202.649.097 202.649.097 202.649.097 202.649.097 202.649.097 202.649.097 202.649.097 Bahan baku brownies:

Tepung terigu 50.876.000 50.876.000 63.516.000 63.516.000 63.516.000 63.516.000 63.516.000 63.516.000 63.516.000 63.516.000 Gula 121.750.000 121.750.000 155.704.000 155.704.000 155.704.000 155.704.000 155.704.000 155.704.000 155.704.000 155.704.000 Telur 165.550.000 165.550.000 207.045.000 207.045.000 207.045.000 207.045.000 207.045.000 207.045.000 207.045.000 207.045.000 Minyak nabati 66.124.000 66.124.000 82.716.000 82.716.000 82.716.000 82.716.000 82.716.000 82.716.000 82.716.000 82.716.000 Cokelat bubuk 113.750.000 113.750.000 141.375.000 141.375.000 141.375.000 141.375.000 141.375.000 141.375.000 141.375.000 141.375.000 Keju 99.592.000 99.592.000 124.068.000 124.068.000 124.068.000 124.068.000 124.068.000 124.068.000 124.068.000 124.068.000 Cokelat batangan 75.000.000 75.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 Aneka topping 75.000.000 75.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 Lain-lain 75.000.000 75.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 Bahan baku kopi:

Biji Kopi 12.420.000 12.420.000 24.840.000 24.840.000 24.840.000 24.840.000 24.840.000 24.840.000 24.840.000 24.840.000 Susu cair 7.830.000 7.830.000 15.660.000 15.660.000 15.660.000 15.660.000 15.660.000 15.660.000 15.660.000 15.660.000 Lain-lain 5.000.000 5.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 Gelas plastik dan sedotan 9.000.000 9.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 TOTAL BIAYA VARIABEL 1.169.938.823 1.169.938.823 1.522.687.097 1.522.687.097 1.522.687.097 1.522.687.097 1.522.687.097 1.522.687.097 1.522.687.097 1.522.687.097

TOTAL OUTFLOW 2.154.336.073 1.763.706.073 2.116.934.347 2.116.454.347 2.116.934.347 2.224.004.347 2.116.934.347 2.116.454.347 2.116.934.347 2.116.454.347

C NET BENEFIT (346.928.073) (56.298.073) 84.825.653 85.305.653 84.825.653 -22.244.347 84.825.653 85.305.653 84.825.653 85.305.653

PAJAK 10% 0 0 355.134 361.405 368.296 375.866 384.185 393.324 403.367 414.401

D Net Benefit Setelah Pajak (346.928.073) (56.298.073) 84.470.519 84.944.248 84.457.357 -22.620.213 84.441.468 84.912.329 84.422.286 84.891.252 Discount Factor 6,81% 0,936 0,877 0,821 0,768 0,720 0,674 0,631 0,591 0,553 0,518

E PV/tahun (324.823.812) (49.352.637) 69.331.470 65.278.120 60.768.647 -15.238.675 53.261.658 50.146.205 46.680.215 43.948.808

PV Positif 324.823.812

PV Negatif (324.823.812)

F NPV 0

G IRR (%) 6,8%

H Net B/C 1,00


(2)

Lampiran 31. Analisis Switching Value Kenaikan Harga BBM 193,9402435 Persen pada Skenario Usaha III (dalam Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A Inflow

1. Penjualan brownies panggang 1.617.408.000 1.617.408.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2.021.760.000 2. Penjualan kopi 90.000.000 90.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000 180.000.000

3. Pinjaman 400.000.000

TOTAL INFLOW 2.107.408.000 1.707.408.000 2.201.760.000 2.201.760.000 2.201.760.000 2.201.760.000 2.201.760.000 2.201.760.000 2.201.760.000 2.201.760.000 B Outflow

1. BIAYA INVESTASI

Sewa bangunan dan lahan dibayar di muka 1.300.000.000

Peralatan produksi 25.480.000 480.000 480.000 10.000.000 480.000 480.000

Perlengkapan kantor 19.800.000 19.800.000

Perizinan usaha 2.000.000

Armada transportasi 148.000.000

Pengembangan usaha 95.350.000 77.750.000

TOTAL BIAYA INVESTASI 1.590.630.000 480.000 480.000 107.550.000 480.000 480.000

2. BIAYA TETAP

Gaji karyawan 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000

Komunikasi 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

Listrik 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000

Air 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000

Administrasi 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

Promosi 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000

PBB 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000

Konsumsi karyawan 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000 106.080.000

Biaya pemeliharaan 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000

THR 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000

Sewa mobil 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000

Pajak motor 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000

Pajak mobil 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000

Pembayaran wifi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000

Peralatan produksi 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

Pembayaran pinjaman 64.749.000 64.749.000 64.749.000 64.749.000 64.749.000 64.749.000 64.749.000 64.749.000 64.749.000 64.749.000

TOTAL BIAYA TETAP 522.329.000 522.329.000 522.329.000 522.329.000 522.329.000 522.329.000 522.329.000 522.329.000 522.329.000 522.329.000 3. BIAYA VARIABEL

Gas LPG 60.060.000 60.060.000 75.114.000 75.114.000 75.114.000 75.114.000 75.114.000 75.114.000 75.114.000 75.114.000

Kemasan produk 81.000.000 81.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000

Transportasi 113.895.167 113.895.167 151.860.222 151.860.222 151.860.222 151.860.222 151.860.222 151.860.222 151.860.222 151.860.222

Bahan baku brownies:

Tepung terigu 50.876.000 50.876.000 63.516.000 63.516.000 63.516.000 63.516.000 63.516.000 63.516.000 63.516.000 63.516.000

Gula 121.750.000 121.750.000 155.704.000 155.704.000 155.704.000 155.704.000 155.704.000 155.704.000 155.704.000 155.704.000

Telur 165.550.000 165.550.000 207.045.000 207.045.000 207.045.000 207.045.000 207.045.000 207.045.000 207.045.000 207.045.000

Minyak nabati 66.124.000 66.124.000 82.716.000 82.716.000 82.716.000 82.716.000 82.716.000 82.716.000 82.716.000 82.716.000

Cokelat bubuk 113.750.000 113.750.000 141.375.000 141.375.000 141.375.000 141.375.000 141.375.000 141.375.000 141.375.000 141.375.000

Keju 99.592.000 99.592.000 124.068.000 124.068.000 124.068.000 124.068.000 124.068.000 124.068.000 124.068.000 124.068.000

Cokelat batangan 75.000.000 75.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000

Aneka topping 75.000.000 75.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000

Lain-lain 75.000.000 75.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000

Bahan baku kopi:

Biji Kopi 12.420.000 12.420.000 24.840.000 24.840.000 24.840.000 24.840.000 24.840.000 24.840.000 24.840.000 24.840.000

Susu cair 7.830.000 7.830.000 15.660.000 15.660.000 15.660.000 15.660.000 15.660.000 15.660.000 15.660.000 15.660.000

Lain-lain 5.000.000 5.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000

Gelas plastik dan sedotan 9.000.000 9.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000

TOTAL BIAYA VARIABEL 1.131.847.167 1.131.847.167 1.471.898.222 1.471.898.222 1.471.898.222 1.471.898.222 1.471.898.222 1.471.898.222 1.471.898.222 1.471.898.222 TOTAL OUTFLOW 3.244.806.167 1.654.176.167 1.994.707.222 1.994.227.222 1.994.707.222 2.101.777.222 1.994.707.222 1.994.227.222 1.994.707.222 1.994.227.222

C NET BENEFIT (1.137.398.167) 53.231.833 207.052.778 207.532.778 207.052.778 99.982.778 207.052.778 207.532.778 207.052.778 207.532.778

PAJAK 10% 0 0 564.206 589.290 616.851 647.134 680.407 716.966 757.135 801.271

D Net Benefit Setelah Pajak (1.137.398.167) 53.231.833 206.488.572 206.943.488 206.435.927 99.335.644 206.372.371 206.815.812 206.295.643 206.731.507

Discount Factor 6,79% 0,936 0,877 0,821 0,769 0,720 0,674 0,631 0,591 0,554 0,519

E PV/tahun (1.065.109.205) 46.680.409 169.566.815 159.139.585 148.659.734 66.987.658 130.323.535 122.302.871 114.241.680 107.206.918

PV Positif 1.065.109.206

PV Negatif (1.065.109.205)

F NPV 0

G IRR (%) 6,79%

H Net B/C 1,00


(3)

Lampiran 32. Dokumentasi

Logo Elsari Mini Counter Elsari

Oven Loyang


(4)

Loyang siap panggang Adonan siap panggang


(5)

RINGKASAN

RATIH KUSUMA NINGRUM. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha

(Studi Kasus: Rencana Pembukaan Gerai Baru oleh Elsari Brownies and

Bakery). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan IMAN FIRMANSYAH)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai pilar pembangunan ekonomi rakyat Indonesia mampu tampil sebagai salah satu sektor yang relatif sedikit

mendapat pengaruh krisis global dalam perekonomian dunia. Elsari Browniesand

Bakery merupakan salah satu industri kecil yang bergerak dalam bidang

pengolahan brownies di Kota Bogor. Elsari ialah produsen brownies pertama yang

berdiri di Kota Bogor. Elsari saat ini mampu melakukan kegiatan produksi hingga

4.160 kotak brownies panggang per bulan. Pemasaran langsung dilayani melalui

mini counter yang lokasinya menyatu dengan pabrik Elsari. Pemasaran langsung

kurang optimal dilakukan karena lokasi mini counter yang kurang strategis.

Pemasaran langsung hanya memberikan kontribusi sebesar 20 persen terhadap total penjualan. Saluran distribusi mayoritas dilakukan melalui mitra penjualan. Oleh karena itu, manajemen Elsari memiliki rencana pengembangan usaha berupa pembukaan gerai baru di wilayah yang lebih strategis. Pemindahan lokasi pemasaran langsung diharapkan akan menarik minat konsumen sehingga mampu

meningkatkan penerimaan bagi Elsari Brownies and Bakery. Rencana

pengembangan usaha membutuhkan perencanaan finansial yang tepat. Dengan demikian, perlu dilakukan analisis kelayakan rencana pengembangan usaha.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi kondisi kelayakan

usaha Elsari Brownies and Bakery saat ini dan kondisi kelayakan pengembangan

usaha dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, serta aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan aspek

finansial (2) Menganalisis sensitivitas usaha Elsari Browniesand Bakery saat ini

dan dengan pengembangan usaha apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat memengaruhi manfaat dan biaya. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive). Penelitian dilakukan pada bulan Februari

sampai dengan Maret 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait dan observasi secara langsung. Data sekunder diperoleh dari hasil laporan perusahaan, studi literatur, artikel internet, dan data dari lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, dan Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran usaha serta untuk mengkaji aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial lingkungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial usaha. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat kepekaan usaha dalam menghadapi kemungkinan perubahan yang terjadi. Pengalaman yang pernah dialami oleh perusahaan adalah penurunan penjualan sebesar 3,85 persen, kenaikan harga telur sebesar 14 persen, dan kenaikan harga bahan bakar premium sebesar 33,33 persen. Analisis nilai pengganti atau

switching value diperlukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan dapat terjadi agar usaha tetap layak untuk dijalankan.


(6)

Hasil yang diperoleh yaitu Elsari Brownies and Bakery layak untuk dikembangkan apabila ditinjau dari aspek finansial dan non finansial. Elsari memiliki potensi dan prospek pasar yang baik. Elsari tidak mengalami kendala dari aspek teknis. Elsari memiliki struktur organisasi dan pembagian kerja yang jelas sehingga layak dijalankan dari aspek manajemen. Izin dan sertifikat pendukung seperti izin dari Dinas Kesehatan Kota Bogor dan Majelis Ulama Indonesia membuat usaha ini layak dijalankan dari sisi hukum. Aspek sosial dan lingkungan menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan tidak merugikan masyarakat sekitar.

Hasil analisis terhadap kelayakan aspek finansial menunjukkan ketiga skenario layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Analisis kelayakan terhadap kondisi perusahaan saat ini menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 454.845.062, nilai Net B/C sebesar 5,64, nilai IRR sebesar 74 persen, dan

Discounted payback period (DPP) 3,55 tahun. Kriteria kelayakan investasi pada skenario usaha I dinyatakan layak dijalankan secara finansial. Analisis kelayakan finansial skenario usaha II yaitu penyewaan bangunan yang akan digunakan

sebagai gerai baru Elsari sekaligus counter penjualan kopi menghasilkan nilai

NPV sebesar Rp 993.854.285, nilai Net B/C sebesar 5,54, nilai IRR sebesar 66 persen, dan DPP selama 3,83 tahun. Hasil analisis kelayakan kriteria investasi menunjukkan bahwa skenario usaha II layak untuk dijalankan. Analisis kelayakan skenario usaha III berupa pembelian bangunan yang akan digunakan sebagai pabrik dan gerai baru Elsari menghasilkan kriteria investasi sebagai berikut, yaitu NPV sebesar Rp 659.725.212,63. Nilai IRR yang dihasilkan ialah sebesar 19 persen. Perolehan Net B/C pada skenario usaha III adalah sebesar 1,66. DPP skenario usaha III ialah selama 9,6 tahun. Kriteria kelayakan investasi pada skenario usaha III dinyatakan layak dijalankan secara finansial.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan penjualan sebesar 3,85 persen dan kenaikan harga telur sebesar 14 persen tidak akan mengubah kelayakan usaha pada seluruh skenario usaha walaupun terdapat

penurunan perolehan NPV. Berdasarkan analisis switching value secara

keseluruhan dapat disimpulkan bahwa rencana pengembangan usaha pada skenario usaha II dan III menunjukkan kondisi yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi perusahaan saat ini atau skenario usaha I. Dengan demikian, rencana pengembangan usaha merupakan solusi yang baik untuk menanggulangi kepekaan Elsari saat ini terhadap adanya perubahan.

Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan, perusahaan sebaiknya mengusahakan skenario II yaitu pengembangan usaha melalui penyewaan

bangunan di wilayah yang lebih strategis sebagai gerai baru Elsari dan counter

penjualan kopi. Hal ini dikarenakan skenario II merupakan kondisi yang paling