Rendemen Wirakartakusumah et al. 1989 Densitas kamba Muchtadi dan Sugiyono 1992 Warna Metode Lab Hunter Chromameter Sifat Amilograf Faridah et al. 2008

50 masuk ke dalam erlenmeyer dan dididihkan kembali sampel tersebut selama 30 menit dengan pendingin balik sambil sesekali digoyang- goyangkan, lalu dilakukan penyaringan kembali sampel tersebut dengan menggunakan kertas saring yang diketahui beratnya sambil dicuci dengan K 2 SO 4 10. Residu di kertas saring dicuci kembali dengan air mendidih, kemudian dengan alkohol 95. Setelah itu, kertas saring tersebut dikeringkan dalam oven 105 o C sampai berat konstan 1-2 jam. Setelah didinginkan dalam desikator sampel ditimbang. Kadar serat kasar dihitung dengan persamaan : Keterangan: W 2 = berat residu dan kertas saring yang telah dikeringkan g W 1 = berat kertas saring g W = berat contoh yang dianalisis g

2. Analisis Fisik

a. Rendemen Wirakartakusumah et al. 1989

Rendemen dapat dihitung berdasarkan perbandingan berat bahan yang dihasilkan dengan berat bahan dasar mula-mula sebelum diolah. 1 1 1

b. Densitas kamba Muchtadi dan Sugiyono 1992

Pengukuran densitas kamba dilakukan dengan menyiapkan sampel kering dan gelas ukur 50 ml. Pada tahap awal dilakukan penimbangan dan pencatatan berat gelas ukur a g kemudian sampel 51 dimasukan dalam gelas ukur 50 ml sampai tanda tera. Kemudian dilakukan pengukuran berat gelas ukur yang berisi sampel b g. Densitas kamba dihitung berdasarkan rumus: 8

c. Warna Metode Lab Hunter Chromameter

Sampel diletakkan pada cawan petri dengan alas putih. Sampel diratakan sampai semua permukaan tertutup sampel. Pengukuran dilakukan pada dua posisi yang berbeda dan dua kali untuk tiap sampel menggunakan Chromameter Minolta . Pengukuran menghasilkan nilai untuk parameter Y, x, y, L, a, b, Hue o , dan C. dalam pengukuran ini dipakai parameter sistem Hunter L, a, b. L menyatakan kecerahan sampel warna akromatis dari hitam mutlak dengan nilai 0 sampai putih mutlak dengan nilai 100. Parameter a menunjukkan campuran merah hijau a + = 0-100 untuk warna merah dan a - =0--80 untuk warna hijau. Parameter b menunjukkan campuran warna biru kuning b + = 0-70 untuk warna kuning dan b - = 0--70 untuk warna biru.

d. Sifat Amilograf Faridah et al. 2008

Sampel sebanyak 45 gram dimasukkan ke dalam botol gelas yang volumenya 500 ml air ditambah dengan 400 ml air akuades, diaduk selama 5 menit dengan pengaduk, kemudian dipindahkan ke mangkuk amilograf yang sebelumnya telah dipasang pada alat. Botol gelas dan pengaduk dicuci dengan 50 ml akuades, lalu air bilasan dituangkan ke mangkuk amilograf. Mangkuk amilograf yang berisi sampel diputar pada kecepatan 75 rpm, sambil suhunya dinaikkan mulai dari 30 o C sampai 95 o C dengan kenaikan 1,5 o C, lalu ditahan pada suhu tersebut selama 20 menit, kemudian diturunkan suhunya sampai 50 o C dengan laju penurunan yang sama, lalu ditahan pada suhu tersebut selama 20 menit. Perubahan viskositas pasta dicatat secara otomatis pada kertas 52 grafik dalam satuan Brabender Unit BU. Gambar 7 menunjukkan alat Brabender amylograph. Grafik atau amilogram yang diperoleh Gambar 8 dapat diinterpretasikan dengan menghitung parameter sebagai berikut : 1. Suhu awal gelatinisasi = suhu pada saat kurva mulai naik 2. Suhu pada puncak gelatinisasi = suhu pada saat viskositas maksimum dicapai kurva mencapai puncak. Suhu ditentukan berdasarkan perhitungan berikut : Suhu awal + waktu dalam menit x 1,5 o Cmenit 3. Viskositas maksimum = viskositas pada puncak gelatinisasi dinyatakan dalam Brabender Unit atau BU 4. Setback viscosity = viskositas pada suhu 50 o C setelah 20 menit – viskositas pada suhu 95 o C setelah 20 menit Bussie et al. 2007. Gambar 7 Alat Brabender amylograph 53 Gambar 8 Contoh amilogram dari suspensi pati yang diukur dengan Brabender amylograph Faridah et al. 2008

e. Viskositas Faridah et al. 2008