Komposisi Kimia Tepung Jagung

60 karena itu dibutuhkan penggilingan berulang agar didapatkan rendemen yang lebih besar. Cara lain untuk meningkatkan rendemen dari tepung jagung ini adalah dengan waktu perendaman yang lebih lama. Perendaman pada jagung berfungsi untuk melunakan bagian endosperma, sehingga apabila dilakukan perendaman yang lebih lama, akan menghasilkan endosperma yang lebih lunak dan mudah digiling. Neraca massa dari pembuatan tepung jagung ini dapat dilihat pada Lampiran 6.

2. Karakteristik Tepung Jagung

a. Komposisi Kimia Tepung Jagung

Sifat kimia tepung jagung yang diuji antara lain kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat by difference, kadar pati, kadar amilosa, dan kadar amilopektin serta kadar serat kasar. Komposisi kimia dari tepung jagung yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 13, sedangkan data lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 13 Komposisi kimia tepung jagung Kandungan bb bk Air 7,45 8,06 Abu 0,13 0,14 Lemak 2,38 2,57 Protein 6,67 7,24 Karbohidrat 83,37 90,05 Pati 59,39 64,17 Amilosa 27,90 30,14 Amilopektin 31,49 34,03 Serat kasar 0,88 0,95 1 Kadar Air Air merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam bahan pangan. Kandungan air dalam bahan makanan ikut 61 menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan bahan itu. Kadar air yang tinggi akan mengurangi daya tahan bahan sehingga mengurangi umur simpannya. Air juga dapat memengaruhi tekstur, penampakan dan cita rasa makanan. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau yang berasal dari bahan itu sendiri Winarno 1992. Kadar air tepung jagung yang dihasilkan sebesar 7,45 bb. Nilai kadar air tersebut telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam SNI 01-3727-1995 BSN 1995 untuk tepung jagung yaitu maksimal 10 bb. Nilai kadar air yang rendah pada tepung jagung disebabkan karena adanya proses pengeringan dalam proses pembuatannya. Pengeringan pada tepung dapat mengurangi kadar air tepung sampai batas tertentu sehingga pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab kerusakan pada tepung dapat dihambat. 2 Kadar Abu Pengukuran kadar abu dilakukan untuk mengetahui banyaknya mineral yang terkandung di dalam suatu bahan. Mineral merupakan zat anorganik dalam bahan yang tidak terbakar selama proses pembakaran. Kadar abu sangat dipengaruhi oleh jenis bahan, umur bahan, dan lain-lain. Secara kuantitatif, kadar abu yang terdapat dalam suatu bahan berasal dari mineral-mineral dalam bahan yang masih segar, pemakaian pupuk dan dapat juga berasal dari kontaminasi tanah dan udara selama pengolahan. Menurut Nielsen 2003, kadar abu tepung-tepungan bervariasi antara 0,30-1,40 bb. Semakin besar kadar abu suatu bahan pangan, semakin besar pula kandungan mineral yang terkandung di dalam bahan pangan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar abu dari tepung jagung yang 62 dihasilkan sangat rendah yaitu 0,13 bb. Nilai tersebut memenuhi persyaratan SNI 01-3727-1995 BSN 1995 yang menetapkan kadar abu tepung jagung maksimal sebesar 1,50 bb. Menurut Watson 2003, bagian biji jagung yang memiliki banyak kandungan abu adalah bagian lembaga. Adanya pemisahan bagian lembaga pada proses pembuatan tepung jagung, menyebabkan nilai kadar abu pada tepung jagung yang dihasilkan rendah. Selain itu, bagian tip cap dan pericarp juga mengandung mineral, penghilangan bagian ini juga menyebabkan nilai kadar abu yang rendah pada tepung jagung yang dihasilkan. 3 Kadar Lemak Analisa kadar lemak yang dilakukan menggunakan metode ekstraksi Soxhlet dimana kadar lemak yang dianalisa merupakan kadar lemak kasar yaitu tidak hanya lemak yang terekstrak oleh pelarut organik tetapi juga lilin, fosfolipid, sterol, hormon, minyak atsiri, pigmen, dan juga vitamin yang larut lemak Ketaren 1986. Jumlah lemak di dalam suatu bahan juga ikut memengaruhi penyimpanannya. Kadar lemak yang tinggi pada tepung jagung yang disimpan pada waktu yang cukup lama akan menyebabkan penurunan mutu akibat adanya oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan pada tepung jagung tersebut Syarief dan Halid 1993. Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar lemak tepung jagung yang dihasilkan sebesar 2,38 bb. Kandungan lemak yang rendah ini disebabkan karena adanya proses pemisahan bagian lembaga pada proses pembuatan tepung jagung. Lembaga merupakan bagian biji jagung yang kaya akan lemak, sehingga jika lembaga tidak dipisahkan, nantinya akan menghasilkan tepung jagung yang tinggi kandungan lemaknya dan menyebabkan tepung jagung tersebut cepat tengik. 63 4 Kadar Protein Analisis kadar protein pada tepung jagung yang dihasilkan menggunakan metode Kjeldahl. Metode ini didasarkan pada pengukuran kadar nitrogen total yang ada di dalam bahan. Analisis protein ini berperan dalam menentukan aktivitas biologis, mengetahui sifat fungsional dalam suatu bahan pangan, serta berperan penting dalam menentukan pelabelan. Selain itu, protein juga berperan penting dalam menentukan sifat organoleptik dari suatu bahan pangan juga memengaruhi teksturnya Pomeranz dan Meloan 2000. Protein terbanyak dalam jagung adalah zein prolamin dan glutelin. Kadar protein dari tepung jagung yang dihasilkan dalam penelitian ini sebesar 6,67 bb. Kadar protein dalam tepung bukan merupakan syarat mutu tepung menurut SNI, namun keberadaannya dalam tepung dapat melengkapi nilai gizinya. Menurut Lawton dan Wilson 2003, kadar protein pada biji jagung bervariasi dari 6-18 dan paling banyak terkandung pada bagian lembaga. Pemisahan bagian lembaga pada proses pembuatan tepung jagung juga menyebabkan berkurangnya kandungan protein. Selain itu, bagian endosperma yang mengandung kadar protein paling banyak adalah pada bagian endosperma keras horny endosperm. Bagian ini merupakan bagian yang tidak lolos ayakan 120 mesh. Hal inilah yang menyebabkan kadar protein pada tepung jagung yang dihasilkan menjadi rendah. 5 Kadar Karbohidrat Kadar karbohidrat dihitung dengan menggunakan perhitungan by difference, artinya kandungan tersebut diperoleh dari hasil pengurangan angka 100 dengan persentase komponen lain air, abu, lemak, dan protein. Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa 64 maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati, pectin, selulosa, dan lignin. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain Winarno 1992. Kadar karbohidrat dalam tepung jagung yang dihasilkan sebesar 83,37 bb. Nilai tersebut merupakan hasil selisih dari seluruh jumlah komponen bahan pangan kecuali serat kasar. 6 Kadar Pati, Amilosa dan Amilopektin Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α- glukosidik. Pati beserta komponennya yaitu amilosa dan amilopektin merupakan bagian dari karbohidrat dimana selain pati terdapat komponen polisakarida lainnya seperti hemiselulosa, pentosan, selulosa, β-glukan, dan glukofruktan Belitz dan Grosch 1999. Komposisi pati merupakan faktor penting yang menentukan tekstur dan karakteristik dari produk yang dihasilkan. Kadar pati yang terdapat pada tepung jagung yang dihasilkan sebesar 59,39 bb. Pati tersusun dari dua fraksi utama yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa sangat berperan dalam proses gelatinisasi dan jumlah amilosa yang cukup tinggi dalam granula pati dapat meningkatkan karakteristik pasta pati. Kandungan amilosa dalam pati juga dapat meningkatkan daya serap air WAC, menurunkan tingkat kelarutan dan swelling volume tepung. Kadar amilosa dari tepung jagung yang dihasilkan sebesar 27,90 bb. Kadar amilosa dari tepung jagung ini jauh lebih tinggi dibandingkan kadar amilosa dari tepung bumbu komersial Lampiran 8. Kadar amilosa yang tinggi memengaruhi sifat amilograf dari tepung jagung. Pati yang memiliki amilosa yang tinggi mempunyai kekuatan ikatan hidrogen yang lebih besar karena jumlah rantai lurus yang besar dalam granula, sehingga membutuhkan energi yang besar untuk gelatinisasi. 65 Menurut Ediati et al. 2006, pemilihan pati sebagai bahan baku produk goreng pada umumnya didasarkan pada komposisi amilosa-amilopektinnya. Komposisi amilosa-amilopektin setiap pati berbeda-beda dan menentukan perbedaan sifat pengembangannya. Selain itu, amilosa juga berperan dalam penyerapan minyak selama penggorengan. Tepung yang kaya akan amilosa dapat digunakan untuk mengurangi penyerapan minyak karena kemampuannya dalam membentuk film Huang dan Rooney 2001. Kadar amilopektin diperoleh dari hasil selisih antara kadar pati dan kadar amilosa. Kandungan amilopektin yang tinggi dapat menyebabkan suspensi pati membutuhkan waktu yang lama untuk beretrogradasi dibandingkan dengan suspensi pati yang memiliki kadar amilosa yang tinggi Eliasson 2006. Kadar amilopektin dari tepung jagung yang dihasilkan sebesar 31,49 bb. 7 Kadar Serat Kasar Serat kasar ditentukan dari residu setelah bahan pangan diperlakukan dengan asam dan basa kuat. Penentuan kadar serat kasar ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil penggilingan dan pemisahan bagian kulit dari endosperma pada proses penepungan jagung Pomeranz dan Meloan 2000. Kadar serat kasar dari tepung jagung yang dihasilkan sebesar 0,88 bb. Angka ini memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam SNI tepung jagung, yaitu maksimal 1,5 bb. Menurut Watson 2003, bagian biji jagung yang tinggi akan serat adalah bagian kulit pericarp dan tip cap. Adanya pemisahan bagian tersebut dalam proses pembuatan tepung jagung menyebabkan rendahnya kadar serat kasar dalam tepung jagung. 66

b. Sifat Fisik